15. Sebuah Janji

7.2K 397 2
                                    

"Zahra. Lo dipanggil sama Bu Fani, disuruh ke ruang BK sekarang. Suami lo udah nunggu" ujar Hilman.

Zahra hanya mengangguk sebagai jawaban lalu ia berjalan pergi ke ruang BK. Teman satu kelas Zahra memang sudah tau jika Zahra menikah. Itu semua dikarenakan mulut toa dari Ify. Sebenarnya memang kelas Zahra selalu terbuka satu sama lain. Tak ada yang mereka sembunyikan. Bahkan jika ada salah satu dari mereka mendapat masalah, teman yang lain akan ikut menghibur dan membantu.

Hari ini pun kelas Zahra sedang kosong. Jadi sejak pagi tadi Zahra hanya membaca novel sambil mendengarkan musik dari ponselnya. Karena merasa namanya terpanggil, Zahra segera menuju tempat yang dikatakan oleh Hilman. Si pria bersuara lemah lembut itu.

"Permisi" ujar Zahra diambang pintu.

Zahra mengernyitkan dahinya. Ternyata ada 2 manusia lagi yang mengisi ruangan laknat itu. Ada senior iblisnya beserta mamanya. Bu Fani segera mempersilahkan Zahra masuk lalu gadis itu duduk tepat disebelah Reza.

"Bu. Saya bilang sekali lagi, disini yang salah tuh Zahra bukan saya. Harusnya saya nggak ikut di BP juga dong" bantah Salsa.

Zahra menghembuskan nafasnya kasar dan memutar bola matanya jengah. Sebenarnya Zahra berani saja jika ada mama Salsa. Tapi disini ada suami tercintanya. Zahra harus bisa menjaga sopan santun dan mengontrol emosinya. Mendengar bantahan dari mulut pedas Salsa, rasanya Zahra sudah ingin merontokan semua tulang tulang Salsa.

"Saya juga nggak terima kalo anak saya disalahin kayak gini. Ibu gimana sih. Harusnya ibu ngerti mana yang salah dan mana yang bener" tambah Ritha-mama Salsa.

"Ibu kok jadi ngompor ngomporin Bu Fani ya? Maksud ibu apa?" Sahut Reza tak terima.

"Satu sekolah juga tau kalo keponakan mas ini begajulan, kayak preman. Dia aja yang salah, main jambak jambak anak saya" jawab Ritha.

"Keponakan saya nggak mungkin berantem sama anak ibu kalo anak ibu sendiri nggak bikin masalah sama Zahra" tukas Reza.

"Terus aja mas belain keponakannya yang nggak tau diri itu"

"Dasar kompor meleduk" celetuk Zahra.

"Heh heh. Kamu anak kecil ngapain ikut campur urusan orang tua" sentak Ritha.

"Oke fined. Bu Fani yang Zahra sayang dan hormatin seumur hidup Zahra. Kalo Zahra emang nggak dibutuhin diruang laknat ini, mending Zahra keluar" sahut Zahra.

"Zahra kamu jangan emosi gini dong. Jelas ibu butuh kamu disini. Karna yang jadi objek tuh kamu sama Salsa" ujar Bu Fani.

"Apaan nih. Maksud ibu saya juga disalahin gitu? Mata ibu masih normal nggak sih? Apa ibu udah nggak bisa ngeliat dengan jelas lagi?" tanya Salsa.

"Jaga mulut kamu ya Salsa. Kamu ini ketua osis disini. Sebagai senior kamu harus bisa jaga sikap sama omongan" jawab Bu Fani.

"Saya tegesin sekali lagi ya bu. Saya nggak salah. Yang salah tuh adik kelas blangsak itu. Udah begajulan, cabe cabean, suka berantem, berani sama senior. Kenapa ibu nggak keluarin aja dia dari dari sekolah?"

"Maksud lo apa pake ngata ngatain gue kayak gitu? Lo pikir disini lo yang paling suci gitu hah?" tanya Zahra.

"Iya. Emang gue yang paling suci dan yang paling bener disini. Kenapa? Masalah buat lo? Lo nggak suka sama gue? Asal lo tau ya. Dari pertama lo nginjekkin kaki busuk lo ke sekolah ini, gue udah dendam sama lo" sentak Salsa.

Zahra membulatkan mata serta membuka mulutnya lebar lebar. Kedua tangannya mengepal dan rahangnya mengeras. Dadanya sudah naik turun pertanda, emosi Zahra sudah semakin memuncak dan tidak dapat ditahan lagi. Gadis itu tiba tiba saja bangkit dari duduknya.

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang