Reza mengusap wajahnya gusar. Setelah kejadian dirumah sakit itu, Zahra pasti salah sangka dengan ucapan Reza. Memang fakta jika Reza akan menikah dengan Nadine. Tapi pria itu sudah berkali kali berusaha menolak keinginan bodoh tersebut.
Sekarang Reza sedang khawatir dan cemas setengah mati. Ponsel Zahra tidak bisa dihubungi, dan sekarang dia tak tau dimana keberadaan istri kecilnya. Walaupun sudah bertahun tahun tinggal di Jakarta, Zahra tak begitu mengenal jalanan dengan baik.
Tinggal di ibukota Jakarta yang setiao harinya ramai dengan orang orang baik maupun jahat membuat Reza was was akan keselamatan Zahra. Apalagi sekarang kejahatan semakin merajalela. Banyak copet, maling, pembunuh, dan pelecehan seksual telah menyebar dimanapun tempatnya itu.
Reza tak mau Zahra menjadi salah satu korban dari kebejatan yang mengerikan itu. Istri kecilnya adalah gadis yang polos. Meskipun Zahra pandai berkelahi, dirinya adalah wanita. Kekuatan wanita pasti tak sebanding dengan kekuatan pria. Jika pria jahat itu lebih dari satu, Zahra pasti tak akan bisa berbuat apa apa selain pasrah.
Mau memberontak pun itu juga tak akan berhasil. Jika jalanan sepi tak berpenghuni, dan yang menghuni hanya orang orang bejat itu Zahra akan habis ditangan mereka. Pikiran buruk itu terus terngiang diotak Reza. Dia paling tidak bisa melihat Zahra sedih, apalagi terjebak dalam sebuah ketakutan.
Reza merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipihnya. Sebenarnya Reza tak ingin meminta bantuan orang lain. Apalagi salah satu dari anggota keluarga Zahra. Namun sudah tak ada cara lain lagi. Hari sudah malam dan Zahra tak kunjung pulang. Rasa takut dan bersalah itu terus menerus menyelimuti jiwa serta raga Reza.
"Halo? Kenapa bang? Tumben lo nelfon gue. Bubuk kopi sama gula dirumah lo udah abis yah? Ohh, atau lo mau nginep dirumah gue?" tebak Risky diseberang sana.
"Lo tau nggak Zahra dimana?" tanya Reza to the point.
"Maksud lo? Kok malah nanya ke gue sih? Yang suaminya itu kan elo, gue cuma abangnya"
"Zahra belum pulang Ris sampek sekarang"
"Hah? Maksud lo Zahra ilang?"
"Gue nggak tau sekarang dia ada dimana. Gue takut dia kenapa napa Ris"
"Gue kerumah lo sekarang. Mami sama papi nggak boleh tau soal ini. Mereka pasti bakalan khawatir"
Tut.
Panggilan tiba tiba terputus begitu saja saat Reza belum sempat membalas ucapan Risky. Dari situ dia bisa menyimpulkan bahwa Risky sedang marah padanya. Wajar jika semua orang menyalahkan Reza. Disini memang dia yang salah dan Zahra hanya korban kebodohan serta kebohongannya, pikir Reza.
Ketika bibir laki laki berusia 23 tahun itu telah mengucap ijab qabul, itu tandanya dia sudah siap memulai kehidupan baru bersama dengan pendamping hidupnya. Umur dan status tak pernah dia jadikan penghalang cinta. Selagi mereka hidup bersama dengan canda dan tawa apa salahnya?
Saat itu juga pertama kalinya Reza mencium kening Zahra dengan lembut dan pertama kalinya juga bagi Zahra karena ia telah mencium punggung tangan suaminya. Pada waktu itu, Zahra memang masih belum bisa menerima pernikahan tersebut. Namun dengan seiring berjalannya waktu, rasa cinta itu tumbuh begitu saja tanpa diminta.
Pernikahan itu sakral dan terjadi karena dua pasang manusia berlawanan jenis saling cinta dan ingin melaksanakan ibadah yang benar di jalan Allah. Pada hari itu, hari dimana dia telah mengucap janji sucinya, Reza berjanji akan menjaga Zahra sepenuhnya.
Bahkan dia rela menyerahkan raga dan nyawanya agar Zahra bisa hidup bahagia. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tak akan pernah membuat gadis kesayangannya menangis. Air mata yang keluar dari pelupuk mata istrinya adalah sebuah kesakitan bagi Reza. Jika air mata itu telah berhasil menetes, itu artinya Reza sudah gagal menjadi seorang imam dari keluarga kecil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RE-ZAHRA : After Married
Teen Fiction"DASAR DOKTER GILA. NGGAK WARAS. JANGAN SAMPEK GUE KETEMU LAGI SAMA LO" Namanya Zahra, Halwatuzahra Iva Kayla. Seorang gadis bar bar serta troublemaker. Memiliki sifat polos yang tiba tiba harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya. Ia telah...