Zahra masih sibuk berdiri sambil mondar mandir didepan kaca kamarnya. Sesekali ia berhenti melangkah dan memperhatikan penampilan dirinya dikaca. Zahra juga menyibak kerah seragamnya sehingga memperlihatkan beberapa tanda kepemilikan yang masih menempel di leher jenjangnya.
Ini semua karena ulah Reza yang menggempurnya semalaman penuh hingga Zahra kuwalahan. Gadis mungil itu menggigit kukunya sendiri. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya tanda itu cepat hilang, tetapi tetap saja. Semua upaya itu sia sia.
"Duhh, gimana caranya gue nutupin? Bisa bisa gue disangka aneh aneh sama temen temen. Kalo sama temen sekelas sih gue bodo amat. Tapi kalo guru sama tetangga kelas?" tanya Zahra pada dirinya sendiri.
Dia baru tau jika menghilangkan bekas ciuman itu ternyata susah sekali. Waktu mandi tadi Zahra sudah menggosoknya menggunakan sabun dengan banyak. Tapi tanda itu juga tidak kunjung hilang. Zahra juga sudah mengoleskan minyak kayu putih dan hasilnya tetap sama.
Gadis itu mengusap wajahnya gusar. Dia bingung harus melakukan apa sekarang. Jika tau tanda itu akan susah untuk dihilangkan, Zahra pasti akan mencegah Reza ketika ia ingin mencium lehernya. Ditambah lagi sekarang Zahra juga masih sangat mengantuk. Karena dia baru memejamkan mata pada pukul 02.33.
Badannya pegal pegal dan daerah kewanitaannya terasa sangat sakit. Untuk berjalan pun Zahra sedikit agak kesusahan. Pagi tadi saja saat dia ingin mandi Zahra digendong oleh Reza hingga ke dalam kamar mandi.
"Cepet cepet Zahra mikirrrrr. Kalo orang² tau bisa gawat nih gueeee" gumam Zahra sambil menyentikkan jarinya berkali kali.
Gadis yang tengah kebingungan itu tersentak kaget saat ia merasakan ada sebuah tangan telah melingkar sempurna pada pinggang serta perutnya. Zahra menghembuskan nafasnya perlahan ketika Reza mulai menciumi lehernya lagi dengan lembut.
"Za lepasin dongggg" ujar Zahra berusaha menghentikan perbuatan Reza.
"Nggak mau" jawab Reza.
"Tadi malem kan udah. Masa masih kurang sih? Aku capek Reza. Mau sekolah"
Karena terlalu terpesona dengan istrinya, Reza sampai lupa bahwa ini waktunya Zahra ke sekolah dan waktunya dia ke rumah sakit. Reza menghentikan ciumannya dan beralih memeluk Zahra dengan erat. Ia menghirup dalam dalam aroma tubuh Zahra yang memabukkan.
"Kalo mau sekolah ngapain masih disini?" tanya Reza lembut.
Zahra diam dan melepaskan tangan Reza dari perutnya. Dia memperlihatkan ulah Reza yang membekas cukup banyak dilehernya. Zahra hanya diam dan mendengus kesal ketika respon Reza terlihat seperti biasa saja.
Pria itu melangkahkan kakinya dan berhenti disebuah lemari pakaian yang ada dikamar tersebut. Tangannya ia ulurkan untuk mengambil sebuah hoodie berwarna biru laut bergambar beruang.
"Pakek ini aja biar nggak keliatan" ujar Reza sambil menyerahkan hoodie tersebut.
"Lo nyuruh gue buat pakek hoodie?" tanya Zahra tak percaya.
Reza mengangguk polos, "Ya iya"
"Nggak nggak. Gue nggak mau. Lo tau kan kalo gue paling nggak bisa pakek jaket atau apapun itu kalo ke sekolah" sungut Zahra.
"Ya terus mau gimana? Cuma ini yang bisa nutupin leher kamu" jawab Reza.
Zahra mendesis kesal dan memicingkan matanya. Ia bersedekap dada lalu kembali menatap dirinya pada cermin dihadapannya. Zahra kembali memperhatikan tanda kepemilikan itu yang terpampang jelas di lehernya.
Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia mengira saat ini Zahra sedang marah padanya. Kali ini ia juga bingung harus berbuat apa. Permainannya semalam begitu lama dan Reza menikmati itu. Sedangkan dia sampai lupa bahwa istrinya sedang kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RE-ZAHRA : After Married
Teen Fiction"DASAR DOKTER GILA. NGGAK WARAS. JANGAN SAMPEK GUE KETEMU LAGI SAMA LO" Namanya Zahra, Halwatuzahra Iva Kayla. Seorang gadis bar bar serta troublemaker. Memiliki sifat polos yang tiba tiba harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya. Ia telah...