42. Pengakuan di Bandara

4K 211 2
                                    

Zahra masih termenung menatap ke arah luar jendela. Tatapan matanya masih kosong. Ia masih teringat ketika Nadine pingsan. Jujur saja. Sebenarnya Zahra ingin sekali egois dan tidak mementingkan keberadaan Nadine. Namun, penyakit yang Nadine derita dapat mengancam nyawa.

"Maaf neng. Sebenernya kita mau kemana?" tanya supir taksi tersebut.

"Ke bandara pak" jawab Zahra.

Sang supir menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Sebelumnya maap maap aja nih ya neng. Bandara kan banyak nggak cuma satu. Jadi, kita mau ke bandara yang mana?"

"Ya nggak tau. Pokoknya ke bandara"

"Iya neng. Bandara mana? Soekarno Hatta?"

"Soekarno Hatta kan nama pahlawan Indonesia bukan Bandara. Bapak gimana sih? Dulu waktu sekolah pasti suka ngumpet diselokan, iya kan? Makanya jadi nggak tau"

"Neng, dari tadi kita udah muter muter tapi ngga nyampe nyampe"

"Itu salah bapak. Zahra kan minta anterinnya ke bandara, bukan muter muter Jakarta"

Supir taksi tersebut diam dan hanya menganggukkan kepala. Ia tidak berani bertanya lagi ketika penumpangnya malah sewot seperti itu. Supir tersebut juga dapat melihat dari kaca bahwa mata Zahra tengah berkaca kaca. Karena tidak tau bandara mana yang akan dituju, akhirnya supir itu hanya memutar mutar Jakarta saja.

Ddrttt... Drrrrttt....

Zahra segera mengusap air mata yang sebentar lagi membasahi pipinya. Ia langsung merogoh saku celananya dan mengangkat panggilan tersebut.

Ify is calling📞....

"Halo Zahra? Lo dimana? Udah nyampek ke bandara belum?"

"Gue masih di taksi"

"Oh gitu ya? Kayaknya gue juga agak telat nyampeknya. Soalnya ini gue lagi kejebak macet. Eh bentar deh. Kok lo naik taksi? Emangnya Reza kemana? Dia nggak nganterin lo?"

"Nggak tau"

"Ngomong ngomong, kalo lo naik taksi, emangnya lo udah tau bandaranya dimana?"

"Nggak tau"

"Hah? Lo nggak tau bandaranya dimana? Lo berangkat dari rumah jam berapa?"

"Setengah delapan"

"Ya ampunnn Zahra. Ini tuh udah jam delapan pas. Jadi selama setengah jam lo masih bertahan di dalem taksi? Please deh Ra. Lo kalo lemot jangan keterlaluan"

"Udah deh nggak usah banyak omong. Mendingan lo sekarang kasih tau gue dimana bandaranya?"

"Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat kita berangkat setengah jam lagi dan lo harus cepet cepet nyampek sana"

"Lo juga masih dijalan. Ngapain malah ngomelin gue?"

"Ya kan gue lagi kejebak macet. Sedangkan lo enggak kan?"

"Hm"

Tut.

Moodnya kali ini sedang memburuk dan tak ingin banyak banyak mengeluarkan kata. Zahra kembali mengantongi ponselnya saat ia sudah mematikan panggilan secara sepihak.

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang