Selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian, Zahra segera menyiapkan makanan untuk sang suami. Waktu Zahra terbuang agak lama karena supir maminya tadi sempat ke rumah untuk mengantarkan beberapa foto yang Zahra inginkan.
Gadis kecil itu mengikat rambutnya asal ke atas sehingga anak rambutnya masih tergerai diwajahnya. Zahra memasak bahan yang ia beli tadi dengan lihai tanpa kesulitan sedikitpun.
Jangan pernah meragukan keahlian troublemaker satu ini. Meskipun ia pecicilan dan tomboy, Zahra pintar dalam bidang memasak. Di rumah, Hanna selalu mengajarkan putrinya itu memasak. Mulai dari hidangan untuk makan bersama, kue, dan lain sebagainya. Zahra selalu memperhatikan setiap maminya memberi pengarahan.
Namun Zahra juga jarang memasak ketika dirumah. Rasa malasnya terlalu besar ketimbang rasa rajinnya. Sudah berkali kali Hanna berusaha menyeret Zahra untuk pergi ke dapur. Tapi Zahra selalu menolak dengan alasan ia sudah bisa memasak dengan baik dan benar.
Butuh waktu 1 jam untuk Zahra menyelesaikan acara masak masakannya. Setelah semua matang, langsung saja Zahra menyajikan masakannya dan menatanya rapi diatas meja makan. Zahra melirik jam dinding. Pukul 18.16. Reza tak kunjung pulang. Zahra tidak masalah jika Reza pulang jam berapapun itu. Masalahnya adalah di diri Zahra sendiri.
Dari kecil, Zahra tak berani tinggal dirumah sendiri. Jika pagi ataupun siang ia berani sendirian. Tetapi jika hari sudah mulai gelap dan matahari telah berganti dengan bulan, Zahra ketakutan. Ia sudah membayangkan hal hal mistis yang tidak masuk akal. Agak menakutkan jika tinggal dirumah yang lumayan besar ini sendiri.
Zahra duduk dimeja makan sambil mengusap kedua bahunya. Bulu kuduknya berdiri, Zahra sungguh takut. Dirumah sepi. Tak ada penghuni selain Zahra. Rasa takutnya kini kian membesar. Zahra sudah tak tahan lagi. Dengan jurus lari seribu bayangan, Zahra berlari keluar rumah. Memilih untuk menunggu Reza diteras saja.
Di komplek yang mereka tempati cukup ramai. Jika malam sudah tiba, masih banyak juga warga yang berlalu lalang sambil jaga malam. Zahra merasa lebih tenang jika berada di keramaian seperti ini. Lagi lagi ia mendengus kesal lalu merogoh benda pipihnya yang tersimpan di saku celananya.
"Halo Ra? Kenapa?"
"OMMM CEPETAN PULANG DONGGG. GUE TAKUT DIRUMAH SENDIRI. RUMAH YANG LO BELI NIH HOROR TAUUUU"
"Apa? Horor? Hahahaha. Zahraaa. Lo tuh kebanyakan ngayal tau nggak. Lo nya aja yang dasarnya penakut. Nggak usah ngaco deh kalo ngomong. Bilang aja kalo lo kangen sama gue kan?"
"ISSHH BERCANDA LO NGGAK LUCU, GARING. CEPETAN PULANGGG. GUE NUNGGUIN LO DI TERAS SENDIRIANNN"
"Udah deh. Buruan lo masuk. Diluar dingin. Ntar lo masuk angin. Ini gue udah dijalan mau pulang"
"BANYAK BACOT LO. CEPETAN GAS BIAR CEPET NYAMPEK KE RUMAHHH. GUE KASIH WAKTU LO SAMPEK KE SINI. KALO LO TELAT, GUE NGGAK BAKAL KASIH JATAH LO MAKAN. 15 MENIT DARI SEKARANGGG TITIK NGGAK PAKEK KOMA!!!"
Tut.
Di lain tempat
Reza mulai menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Teriakan Zahra bisa membuat gendang telinga orang rusak. Reza sendiri terkadang bingung dengan sikap istri kecilnya. Kadang baik, kadang judes, galak, petakilan, bikin darah tinggi, penakut, manja.
Reza menghembuskan nafasnya perlahan. Ia ingat bahwa Zahra memberinya waktu untuk sampai ke rumah. Hanya 15 menit. Padahal jarak rumahnya kini sudah dekat. Reza tertawa kecil.
"Kenapa gue bisa jatuh cinta sama cewek kerdil yang berisik kayak lo" gumam Reza.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
RE-ZAHRA : After Married
Teen Fiction"DASAR DOKTER GILA. NGGAK WARAS. JANGAN SAMPEK GUE KETEMU LAGI SAMA LO" Namanya Zahra, Halwatuzahra Iva Kayla. Seorang gadis bar bar serta troublemaker. Memiliki sifat polos yang tiba tiba harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya. Ia telah...