52. Air Mata

3.9K 171 5
                                    

Zahra sedang menyapu seisi kelas secepat kilat. Ia ingin pekerjaannya cepat cepat selesai karna akan pergi kerumah sakit. Gadis itu telah membawakan sebungkus mie goreng yang ia beli di kantin tadi. Untung saja sebelum berangkat sekolah, Zahra sempat memasukkan kotak bekalnya yang masih kosong ke dalam tas.

"Zahraaaaaaa kalo nyapu yang bener donggggggg jangan cepet cepettttt" teriak Ify.

"Apa sih Fyyyy. Nggak usah teriak teriak juga dong. Sakit kuping gue dengernya" jawab Zahra kesal.

"Ya abisnya lo ngeselin, bikin emosi. Lo mau suami lo berewokan gara gara nyapunya nggak bersih hah?"

"Ih jangan gitu dong. Gue nggak suka cowok yang berewok"

"Makanya pelan pelan dong nyapunya"

"Emang lo mau kemana? Sampek nyapunya buru buru gitu?" tanya Febby.

"Gue mau ke rumah sakit" jawab Zahra santai.

"Ngapain?"

"Pertanyaan lo aneh. Ya ngapain lagi kalo bukan ketemu sama yayang eja" sahut Ify cepat seperti menyindir.

"Ohh, gue juga ikut dong. Mau ketemu Farel juga" jawab Febby memohon.

"Boleh. Nanti kita bareng bareng kesananya" jawab Zahra.

"Apaan nih. Lo berdua enak enakkan jalan. Gue juga mau ikut" sahut Ify lagi.

"Ngapain sih? Mendingan lo jalan aja sama bang Risky" tolak Zahra.

"Nggak mau. Gue lagi ngambek sama abang lo"

"Lagian kalo lo ke rumah sakit mau ketemu sama siapa coba?"

"Nggak ada sih. Gue mau ikut aja. Emang nggak boleh?"

"Boleh boleh. Nanti biar Ify yang jadi obat nyamuk. Hahaha" tawa Febby.

"Sialan lo curut" sungut Ify.

Zahra hanya terkekeh kecil melihat perdebatan kecil antara kedua sahabatnya itu. Ia harus segera menyelesaikan piket kelasnya. Zahra bisa menebak jika Reza pasti belum makan siang. Kalau bukan Zahra yang memperhatikan waktu makan Reza, pria itu pasti lupa dan tidak peduli akan kesehatannya. Zahra berharap, semoga suaminya suka dengan makanan yang dibawakan olehnya.

••••

Pria pemilik Rumah Sakit Medika Farma itu berusaha menyabarkan hati, batin dan jiwanya. Lagi lagi dia tak bisa menolak keinginan Nadine yang meminta perhatian darinya. Gadis itu kembali merajuk dan tidak mau makan jika Reza tak menyuapkannya. Meskipun dengan paksaan, akhirnya Reza mau menyuapi Nadine dengan lembut dan perlahan.

Sedangkan Nadine sendiri pun senang, tersenyum dan terkikik di sela sela makannya. Dalam hati ia bersorak kemenangan karena berhasil membuat Reza luluh kepadanya. Keinginan Nadine hanya satu. Yaitu menjalin hubungan kembali dengan Reza seperti dulu. Jika bisa sampai tua dan sampai maut yang memisahkan mereka.

"Mau minumm" rengek Nadine.

Reza menghembuskan nafasnya kasar dan meraih segelas air putih lalu meminumkannya kepada Nadine dengan hati hati supaya tidak tumpah. Setelah selesai minum, Reza kembali menyuapi Nadine dengan bubur tersebut.

Jika boleh jujur, sebenarnya Reza risih kalau keadaan terus menerus seperti ini. Dia merasa bahwa dirinya seperti pecundang. Reza tidak bisa melawan atau membantah Nadine. Sedikit saja Reza membentak Nadine, kepala gadis itu pasti akan terasa sakit dan berujung pingsan.

Sudah hampir seminggu Nadine dirawat. Mamanya bolak balik ke rumah sakit untuk menemani putri tunggalnya. Jika mamanya pulang, gantilah Reza yang menjaga Nadine. Selalu saja begitu hingga Reza muak. Dia seperti boneka yang hanya bisa diam dan menurut ketika dipermainkan.

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang