56. Tangisan Pilu

4K 156 1
                                    

Zahra memulai aktivitasnya seperti biasa lagi. Semalam, setelah Reza dan Risky menghampirinya dirumah Ify, Zahra langsung pamit untuk segera pulang. Bagaimanapun Zahra dan Reza memiliki rumah sendiri. Zahra juga tidak mau terus merepotkan orang orang di sekitarnya.

Kedua tangan mulus gadis cantik itu masih berkutat dengan wajan yang berisi nasi goreng. Menu sarapan yang tak pernah berubah. Zahra mencoba untuk membiasakan diri lagi seperti sedia kala. Bibirnya masih bisa melukis sebuah senyuman untuk menutupi luka yang mendalam.

Perlahan lahan, Zahra coba untuk melupakan masalah yang sedang ia hadapi. Kini dia hanya memerlukan waktu berdua bersama Reza sebelum perceraian yang memisahkan mereka. Jika boleh, Zahra ingin sekali egois dan tidak memperdulikan Nadine. Tapi dia masih punya hati nurani. Zahra masih tidak tega dan paling tidak bisa bahagia diatas penderitaan orang lain.

Gadis berseragam SMA itu menaikkan bibirnya keatas saat kedua pergelangan tangan melingkar sempurna diperut rampingnya. Jika biasanya Zahra protes ketika Reza memeluknya waktu memasak, kali ini Zahra biarkan suaminya bersikap sesuka hati. Karena pelukan itu bisa jadi adalah pelukan terakhir mereka.

"Sayang" panggil Reza yang masih memeluk Zahra dari belakang.

"Hm, kenapa?" tanya Zahra lembut sembari menatap Reza dari samping karena nasi gorengnya telah matang.

Reza mengamati setiap sudut dan inci wajah istrinya. Wajah polos nan cantik yang ia rindukan ketika jarak memisahkan. Wajah yang selalu menjadi semangat Reza dalam melakukan aktivitasnya. Wajah yang berhasil membuat rasa cinta Reza semakin bertambah setiap harinya.

Pria itu menghembuskan nafasnya perlahan, "Nggak apa apa" jawab Reza diikuti senyum singkatnya.

Dia kembali memeluk Zahra dengan erat. Menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Zahra. Menghirup dalam dalam aroma tubuh yang memabukkan itu. Dalam hati, Reza berteriak kencang bahwa ia tak ingin berpisah dengan Zahra. Dia terus memeluk istri kesayangannya dengan erat dan mencari kenyamanan ditubuh mungil itu.

Zahra tau betul apa yang sedang Reza pikir dan rasakan saat ini. Perasaan mereka berdua sama sama berat untuk melepaskan. Cinta yang mereka bangun perlahan lahan, akan runtuh begitu saja. Zahra menghembuskan nafasnya perlahan serta menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia harus terlihat kuat dan tegar.

Zahra mengelus tangan Reza dari depan lalu ia membalikkan badan. Kedua tangannya dia kalungkan ke leher suaminya. Zahra memperlihatkan senyum terindahnya agar wajah Reza yang sendu bisa ceria lagi seperti dulu.

"Suami aku yang ganteng kenapa mukanya ditekuk gitu? Kan gantengnya ilang. Jadi jelek tau"

Cup

Zahra mencium bibir Reza sekilas dan kembali melebarkan senyumnya. Gadis itu sedikit berjinjit ketika mencium karena tingginya dengan Reza tidak sepadan. Dia sedikit kesusahan karena ukuran tubuhnya yang pendek.

"Kamu selalu bisa bikin aku senyum sayang" bisik Reza.

Reza mendekatkan wajahnya pada wajah Zahra. Mencoba untuk menepis jarak diantara mereka. Sebelah tangannya terulur untuk membelai lembut rambut hitam Zahra. Perlahan namun pasti, Reza menempelkan bibirnya dengan bibir Zahra.

Dia melumat bibir kecil yang merah merona itu dengan lembut. Suara decapan mulai menggema dan memenuhi ruangan tersebut ketika Zahra mulai membalas ciuman Reza. Keduanya sama sama larut dalam tautan bibir mereka. Reza dan Zahra sama sama menikmatinya tanpa ada paksaan sedikitpun.

Ddrtt...drttt

Kedua pasangan yang bercumbu mesra itu langsung melepaskan tautan bibir mereka ketika ponsel Zahra berdering. Mereka menatap sekilas benda pipih yang terus berdering tersebut. Setelah itu mereka kembali menatap satu sama lain. Reza memberi isyarat agar Zahra lebih baik mengangkat dulu telepon itu.

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang