51. Rahasia

3.5K 169 1
                                    

Pagi yang cerah untuk hati yang sedang masih merasa bimbang dengan keadaan. Matahari mulai menampakkan diri dan semua makhluk dibumi akan memulai aktivitasnya. Zahra sedang memasak nasi goreng untuk sarapan. Gadis itu sudah memakai seragamnya dengan lengkap beserta sepatu. Tasnya pun sudah ia letakkan diatas kursi tempat makan.

Tangannya masih sibuk mengaduk nasi goreng yang berbau harum serta menggugah selera itu. Rambutnya yang ia gerai bebas sedikit menyusahkannya ketika memasak. Berkali kali Zahra meletakkan rambutnya dibelakang leher, namun berkali kali juga rambut itu kembali ke depan dada Zahra.

Gadis yang masih berkutat dengan wajan itu tersentak kaget saat kedua tangan kekar telah melingkar sempurna diperutnya. Zahra bahkan bisa merasakan hembusan nafas orang itu yang menusuk kulit lehernya. Tanpa bertanya pun Zahra sudah bisa menebak siapa pelakunya. Karna dirumah minimalis berlantai dua itu tak ada penghuni lagi selain dirinya dan suaminya.

"Reza lepasin dulu. Aku lagi masak" ujar Zahra sedikit kesal.

Pria itu hanya diam dan malah semakin mengeratkan pelukannya. Kepalanya ia tenggelamkan diceruk leher Zahra dan menciumnya berkali kali. Ia yang sedang memasak pun tentu risih dan terganggu dengan perlakuan Reza.

"Rezaa, lepasin dulu dong bentar. Ntar kalo nasinya gosong gimana?" bujuk Zahra.

"Gosong nggak gosong aku tetep makan kalo yang masak kamu" jawab Reza.

"Ya udah lepasin bentar. Ini udah mateng Reza"

Reza pun menghembuskan nafasnya perlahan dan melepaskan pelukannya dengan perasaan kecewa. Ia memberikan ciuman singkat dipipi kanan Zahra sebelum ia duduk diatas kursi.

Zahra segera menyajikan nasi goreng tersebut dalam sebuah piring yang masih kosong. Dia membawa dua piring berisi nasi goreng yang kelihatannya lezat itu ke meja makan. Kedua pasangan suami tersebut makan dengan sangat lahap. Tak ada percakapan lagi diantara mereka.

Karena terlalu kalap dengan masakannya sendiri, Zahra sampai lupa bahwa niatnya tadi ingin bertanya kepada Reza. Apa alasan pria itu sampai sampai tidak mau mengangkat dan membalas panggilan ataupun pesan dari Zahra.

"Zahra" panggil Reza.

"Hm" jawab Zahra masih sibuk mengunyah nasi gorengnya.

"Kamu semalem kenapa tidur disofa?"

Zahra langsung menghentikan kegiatan makannya. Ia menurunkan sendoknya dan meletakkannya diatas piring. Mulutnya masih mengunyah pelan nasi goreng yang akan ia telan.

"Aku.....sss.....semalem nungguin kamu" jawab Zahra pelan sambil menunduk.

Reza menghela nafasnya perlahan. Ia merapatkan duduknya dengan Zahra dan menggeser kursinya. Sebelah tangannya ia topangkan diatas meja lalu matanya menatap Zahra dengan tatapan teduh serta lembut.

"Kenapa nungguin? Kan udah ngantuk?" tanya Reza.

"Ya abisnya kamu aneh tau nggak. Seharian ini tuh kamu berubah. Kamu nggak angkat telfon aku, kamu nggak bales chat aku, terus kamu juga nggak ngabarin aku. Kalo kamu lembur kenapa nggak bilang dulu sama aku sih? Inget ya Za, aku itu istri kamu, bukan pacar kamu. Biasanya juga kalo lembur, operasi atau apapun itu kamu pasti bilang dulu ke aku. Tapi sekarang kenapa enggak? Farel aja aku tanya semalem katanya udah pulang, terus kamu kenapa malah masih dirumah sakit sampek malem? Emangnya rumah kamu udah pindah di rumah sakit? Kamu udah nggak mau ketemu aku lagi? Kamu udah nggak mau liat muka aku lagi gitu? Kamu udah bosen sama aku? Hah?" cerocos Zahra tanpa jeda dan koma berusaha mengeluarkan uneg unegnya.

Reza masih mengamati wajah Zahra yang sepertinya menunggu penjelasan darinya. Pria itu hanya bisa diam. Sebenarnya niat Reza kali ini ia ingin jujur dan menceritakan semuanya kepada Zahra tanpa ada yang ditutup tutupi lagi. Tapi rasanya berat, sangat berat. Reza tidak mau melihat gadis kesayangannya sedih karena kejujurannya. Namun jika Reza terus seperti ini, bukankah itu sudah menyakiti hati istrinya?

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang