49. Nadine Sheilla Aurora

3.9K 175 4
                                    

Reza melangkahkan kakinya melewati koridor rumah sakit yang lumayan ramai. Seperti biasa, banyak pasien yang harus dia urus. Ditambah lagi Nadine sekarang kembali dirawat dirumah sakit miliknya. Memang Nadine dirawat oleh Reza, tapi yang menangani adalah Dokter Andre.

Pria berusia 23 tahun itu memasuki sebuah bangsal dimana tempat Nadine dirawat. Ia menghembuskan nafasnya kasar. Matanya menatap datar Nadine yang tengah berbaring dengan mata tertutup.

"Gimana kondisinya Nadine?" tanya Reza.

"Eeemm... Kkk... Kondisinya, semakin hari semakin parah" gugup Andre.

Reza memutar kepalanya untuk menatap dokter disebelahnya ini. Ia terlihat sangat gugup dan wajahnya juga berkeringat. Sebelumnya dokter tersebut tak pernah seperti ini.

"Dokter kenapa gugup gitu?" tanya Reza curiga.

"Ah enggak dok. Saya nggak gugup kok. Sss.... Saya permisi dulu dok. Masih ada pasien yang harus saya tangani" jawab Andre lalu melenggang pergi meninggalkan Reza.

Reza semakin dibuat bingung dengan sikap Andre. Meskipun umur Reza lebih muda dari Andre, mereka tidak pernah gugup ataupun takut dalam membicarakan sesuatu. Apalagi semua dokter dirumah sakit Medika Farma akrab dengan Reza.

Namun Reza segera menepis pikiran anehnya. Ia berjalan kembali dan mendekat pada brankar Nadine. Gadis itu terlihat pucat dan lemas. Jika dulu Reza tidak menaruh hati kepada Nadine, keadaannya tidak akan seperti ini.

"Rezaa"

Reza tersentak kaget saat mendengar suara lirihan itu. Sangat lirih bahkan Reza sendiri sampai hampir tidak bisa mendengarnya. Tangan yang dingin itu menyentuh pergelangan Reza. Ditatapnya wajah tampan yang setiap hari ingin ia lihat.

"Reza..... kepala aku pusing" ucap Nadine lirih.

Pria itu hanya diam dan kembali menghela nafasnya. Dia tak bisa berbuat apa apa ketika keadaan Nadine malah semakin memburuk seperti itu. Yang Reza harapkan adalah kesembuhan Nadine, bukan sebaliknya.

"Lo belum makan. Makanya kepala lo pusing" jawab Reza.

"Za.... Andai aja kalo kita bisa kayak dulu lagi. Mungkin aku bakalan cepet sembuh"

"Gue nggak bisa"

"Kenapa nggak bisa? Ceraiin Zahra Reza. Biar kita bisa nikah"

"Gue nggak cinta sama lo Nad"

"Tapi aku cinta sama kamu Reza"

"Nadine please. Lo nggak bisa bergantung terus sama gue. Diluar sana masih banyak cowok yang pantes buat lo, yang lebih baik dari gue"

Tanpa aba aba, air mata Nadine lolos begitu saja dengan derasnya. Dia tak bisa terima mendengar semua ucapan Reza. Gadis yang tengah sakit itu menggelengkan kepalanya pelan sambil terus terisak.

"Nggak bisa Reza. Kamu tau kan kalo aku sayang banget sama kamu. Cuma kamu yang aku mau, bukan yang lain" ujar Nadine disela sela tangisnya.

"Kamu nggak kasian sama aku? Aku sakit Za. Penyakit aku nggak main main. Kalo keadaannya kayak gini, mendingan aku mati aja. Buat apa aku hidup kalo nggak ada yang butuhin aku?" sambungnya.

"Lo nggak boleh ngomong gitu Nad. Gue yakin kalo lo pasti sembuh. Kasihan mama lo. Dia pasti sedih kalo liat lo terus terusan sakit kayak gini" jawab Reza.

"Nggak Za. Mama aja nggak peduli sama aku. Buktinya, waktu aku sakit mama nggak nemenin aku. Bahkan jenguk aku aja enggak"

"Lo jangan mikir kayak gitu. Mama lo mungkin masih sibuk ngurusin kerjaan. Mama lo kerja juga buat ngobatin lo"

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang