Written by : _naafl
🖤🖤🖤
Kedua insan itu sama terdiam, tanpa ada yang mau memulai bercakap untuk memecah hening,- bahkan walau itu hanya salam sapa, sekedar menanyakan kabar.
Si gadis yang menunduk bungkam, dengan jemari yang bertaut gugup. Begitupun si pria yang hanya menatap lurus dengan tatapan yang sulit di artikan pada gadis yang masih enggan bertatap wajah dengannya.
Jennie tahu, sejak awal ia menapakkan kaki memasuki kafe ini, Yoongi sama sekali tak melepas pandang darinya. Membuat rasa sesak semakin bertambah dalam dada. Berkali-kali gadis itu menghembuskan napas gusar, menggerakkan kaki dengan gelisah, guna menahan air mata yang rasa-rasanya bisa tumpah kapan saja.
Setelah entah berapa menit yang terlewati dengan hening, juga menghembuskan napas panjang. Terbata Jennie coba menyapa. "B-bagaimana harimu, oppa?"
"Jika kau bermaksud memanggil 'oppa' karena aku kakak tirimu. Jangan harap aku akan menjawab. Kau pikir, bagaimana diriku setelah kau memutuskan hubungan kita dan menghindariku? Kau menjauh."
Jennie memejamkan matanya seraya mendongak; itu bukan keinginanku. Batinnya melirih.
Kendati memaksa, Jennie sunggingkan seulas senyum. "Aku mengajak bertemu karena ingin mengembalikan ini," ujarnya sambil merogoh tas selempang yang ia kenakan dan menyodorkan sebuah cincin perak. Yoongi tidak segera menerima. Pria itu justru tersenyum culas dan mendecih kecil sebelum mengalihkan arah pandangnya.
"Kau akan bertemu g--,"
"Cukup. Telingaku rasanya panas mendengarmu mengatakan hal itu berulang kali." Yoongi beranjak dari duduknya dan langsung melenggang pergi tanpa mengambil cincin yang Jennie sodorkan padanya tadi. Sebelum benar-benar keluar dari kafe, Yoongi menoleh sejenak. Menatap pada Jennie yang menunduk dengan bahu bergetar.
Menghela napas, Yoongi mengambil ponsel dan mengetikkan beberapa baris kata sebelum mengirimkannya. Pria itu kembali menatap pada Jennie yang masih menunduk, namun kini, kedua tangan gadis itu menutupi wajahnya. Ah, sakit. Hatinya terasa perih, melihat Jennie menangis adalah kelemahan terbesarnya.
Tidak, lebih tepatnya, segala sesuatu tentang Jennie adalah kelemahannya.
Seandainya saja ia tahu bahwa wanita yang akan menjadi ibu sambungnya adalah Kim Yoona, maka Yoongi akan lebih baik menolak pernikahan kedua sang ayah. Biar saja ia tak memiliki sosok ibu, toh, bagi Yoongi, ibunya yang sudah tenang di alam sana tidak akan pernah terganti.
Jennie terlalu menyangi Yoona sebagai orang yang telah mengasuhnya sejak kecil. Gadis itu menghormati Yoona dan tidak ingin ibu angkatnya itu 'gagal' menilah lagi hanya karena ia menjalin hubungan dengan Yoongi yang notabane putra satu-satunya dari calon suaminya.
Tring!
Jennie terlonjak, menghela napas juga mengusap air matanya pelan. Gadis itu mengambil ponsel dan membuka notifikasi pesan yang baru saja masuk.
Min Yoongi🖤
Akan lebih baik jika kau memilih membuang cincin itu dari pada mengembalikannya padaku. Kau tahu, rasanya sakit.
Jennie meremas rok yang ia kenakan. Ah, kenapa rasanya sulit mengilangkan perasaan itu? Seandainya ia mengenal Yoongi sebatas senior yang suka buat onar di kampus. Seandainya saja ia tak memiliki perasaan khusus pada Yoongi. Jennie tak perlu merasakan perasaan sesak seperti ini.
Hei, dua tahun menjalin hubungan dan memendam perasaan selama satu tahun sebelum jadian itu bukan waktu yang singkat.
🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Yoonnie Tale
RomanceHello shippers! Welcome to the world of Yoonnie. Prepare yourself and fasten your seat belts. Don't forget to also prepare your heart. Be careful, you will fall in love much and more with this gummies couple. Reading this story will give you side...