10 - End Of Meeting

1.4K 146 68
                                    

Story by littlemeonnie

🖤🖤🖤

Jennie memandang jalanan dari kaca jendela kafe yang sering ia datangi, mengambil duduk di bangku paling pojok dekat jendela. Ramainya orang-orang yang berkeliaran di jalanan sore itu, membuat Jennie kadang tersenyum saat mendapati sesuatu yang menarik untuk dilihatnya, seperti anak kecil dengan imutnya meminta sesuatu pada ibunya.

Jennie tak henti-hentinya tersenyum, lalu atensinya beralih pada dua orang yang sedang beradu romansa di kafe seberang, mereka mengambil duduk pada posisi yang sama seperti dirinya, dekat jendela. Interaksi yang begitu manis layaknya orang yang baru saja merasakan kasmaran. Si pemuda merayu dan si gadis tersenyum malu-malu, setidaknya itu yang bisa Jennie tangkap dan simpulkan dengan kedua mata lentiknya. Jennie meminum lattenya yang sedari awal tak ia hiraukan keberadaannya, akan tetapi kedua matanya masih saja memandang kedua muda-mudi yang sedang bercanda ria. Ia bisa merasakan lattenya terlalu manis seperti menggambarkan suasana yang ada di seberang, hingga ia lupa dan tidak bisa merasakan bagaimana rasa asin air matanya yang mengalir.

"Kau menangis?", suara berat itu menginterupsi kegiatan Jennie yang daritadi tidak bisa melepaskan pandangannya pada kedua orang tadi.

Jennie memandang wajah pemilik suara, seorang pemuda yang mengenakan baju pelayan, mungkin pelayan kafe ini. Jennie tersenyum manis padanya, "Tidak, mana mungkin aku sedih ketika melihat dua burung yang saling jatuh cinta."

Pemuda itu hanya menatap bingung, dan beralih menatap luar, mencari-cari apa yang dimaksud oleh Jennie. "Kupikir tidak ada burung di sekitar sini,"

Jennie tertawa pelan, "Burung-burungnya sudah terbang mengudara, membawa diri mereka lepas di udara dengan tangan saling menggenggam, tidak memperdulikan burung lain yang sedang sakit karena keegoisan mereka."

Pelayan muda itu mengangkat sebelah alisnya, bingung akan pernyataan yang baru saja di lontarkan Jennie. Bahkan Jennie saja bingung apa yang baru saja ia katakan.

Jennie mengambil tasnya di meja lalu berdiri dari kursinya.

"Omong-omong, terima kasih atas pertanyaanmu tadi," ujar Jennie sembari tersenyum, terakhir sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan kafe itu karena hari kini menjelang petang.

"Senyum yang sangat menyedihkan"

🖤🖤🖤

"Kau disini lagi?"

Jennie mengalihkan tatapannya dari jalanan menuju pelayan yang terakhir mengobrol dengannya 2 hari lalu.

"Tidak boleh?" tanya Jennie.

Pelayan itu mengambil duduk didepan Jennie, "Kau pelanggan disini?" tanya pelayan itu.

Jennie menaikkan sebelah alisnya, heran akan tingkah pelayan di depannya ini, kenapa ingin tahu sekali sedari kemarin. "Kukira ini belum waktu istirahat, kenapa kau malah memilih duduk disitu daripada melanjutkan pekerjaanmu?"

"Jangan bilang siapa-siapa, kafe ini sangat membebaskan pelayannya. Bosnya terlalu tampan dan baik."

Jennie hanya mengangguk mengerti lalu pandangannya beralih keluar jendela, lagi-lagi ia menemukan muda-mudi yang 2 hari lalu ia lihat sedang memasuki kafe seberang.

"Burung-burungnya kembali?" tanya pelayan itu membuat Jennie menatapnya.

"Aku memikirkan hampir 48 Jam apa yang kau maksud dari kalimatmu, tampaknya aku mengerti siapa yang kau maksud."

"Maksudmu muda-mudi yang baru saja masuk ke dalam kafe ya? Tatapan mu tajam sekali saat melihat mereka, apa iri karena ingin seperti mereka?" lanjut pelayan itu.

Our Yoonnie TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang