45 - Pasangan

625 86 9
                                    

Written by @baejennie_

🖤🖤🖤

Yoongi tersenyum, diam-diam tertawa kecil tanpa suara saat memperhatikan sosok gadis yang tengah serius mencatat satu-persatu nama peserta lomba tujuh belasan di desanya.

Gadis itu Jennie, anak kepala desa dan salah satu teman dekat Yoongi dari kecil. Kebetulan rumah mereka berdua hanya berjarak tiga rumah. Bisa dibilang bahwa Yoongi dan Jennie tumbuh besar bersama, mereka bahkan selalu satu sekolah sejak taman kanak-kanak sampai sekarang di bangku SMA.

Bagi Yoongi, Jennie itu mengangumkan. Gadis itu tak pernah mau nama ayahnya dicatut atas prestasi yang ia torehkan. Well, Jennie adalah kandidat terkuat untuk lomba debat atar sekolah. Selain itu, Jennie juga pandai menari yang membuatnya selalu tampil pada acara-acara formal sekolah, seperti penyambutan tamu penting dari pemerintahan.

Jennie gadis yang cerdas, ditambah rupanya yang cantik jelita, membuat gadis itu menjadi primadona. Baik di sekolah, maupun di desa. Telah banyak pemuda yang menyatakan perasaan suka padanya, namun tak satupun dari mereka diterima oleh Jennie.

Yoongi pernah iseng bertanya, kenapa Jennie selalu menolak pemuda-pemuda yang menyatakan perasaan suka padanya. Jawaban Jennie sederhana, karena pemuda itu tak sesuai tipenya. Katanya, pemuda tipenya itu sangat tidak peka, padahal mereka begitu dekat. Jennie yakin bahwa dirinya hanya dianggap sahabat oleh pemuda itu.

Yoongi mengernyit bingung. Dekat? Apa mungkin pemuda tipe Jennie itu adalah dirinya? Karena selama ini lelaki yang dekat dengan Jennie hanyalah dirinya. 

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Suara Jennie menyadarkan Yoongi yang tengah melamun karena mengingat pertanyaan konyolnya tempo hari.

Yoongi menggeleng kecil, "Lo lucu kalau lagi serius gitu," jawabnya.

"Lucu atau cantik? Biasa cowok-cowok tuh bilangnya gini ... Lo cantik kalau lagi serius gitu."

"Mauan lo itu mah!"

Jennie tertawa lalu menepuk pundak Yoongi pelan. "Capek gak nemenin gue?" tanyanya sambil menatap penuh wajah Yoongi yang duduk tepat di sebelahnya.

Jennie sengaja meminta Yoongi untuk menemaninya menjadi panitia lomba hari ini dan besok. Alasannya agar dirinya tak merasa kesepian saat menjadi panitia. Mau tidak mau, suka tak suka, Yoongi harus menemani Jennie. Jika tidak, gadis itu akan terus merengek padanya.

"Capek, padahal gue cuma duduk doang."

"Apa kabar gue yang daritadi nulis?"

Yoongi tersenyum, lalu mengusap lembut rambut hitam Jennie. "Minum es kelapa di jembatan mau gak? Seger nih siang-siang gini," tawarnya diakhiri senyum manis yang menawan.

Jennie terdiam menatap senyuman manis Yoongi. Saat ini jantungnya tengah berdebar tak karuan hanya karena usapan lembut lengkap dengan senyum manis pemuda di hadapannya ini. "Bo—boleh," gugupnya sambil mengalihkan pandangan dari Yoongi.

"Kuy," ajak Yoongi sambil menarik tangan Jennie untuk beranjak berdiri.

Keduanya berjalan menuju motor matic hitam milik Yoongi. Mereka berboncengan menuju jembatan yang menjadi jalan penghubung desa mereka dengan desa sebelah. Di sana ada gerobak es kepala langganan mereka dari zaman SMP.

"Yoon," panggil Jennie yang duduk di bangku penumpang. Gadis itu menyandarkan dagunya di bahu Yoongi sambil melingkarkan tangannya pada pinggang pemuda di depannya.

"Heum?" sahut Yoongi sambil sedikit menolehkan kepalanya.

"Perserta putra dan putri desa cuma ada dua pasangan masa," ujar Jennie membuka obrolan agar perjalanan mereka tak terasa membosankan.

Our Yoonnie TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang