53 - Kejutan

426 69 7
                                    

Written by baejennie_

🖤🖤🖤

"Kau membersihkannya lagi?"

"Heum. Mau bermain bersamaku?"

"Memainkannya?"

Yoongi mengangguk, tersenyum kecil di sudut bibirnya sambil menyimpan benda yang baru saja ia bersihkan. "Ini akan jadi permainan yang menarik," ujarnya lalu menutup peti kecil tempat ia menyimpan benda itu.

"Kau selalu mengatakan bahwa itu adalah permainan seru. Dimana letak serunya?"

"Saat kau berhasil menjadi pemenang, itu adalah letak keseruannya."

"Cih. Baiklah aku ikut, dan akan kupastikan kau kalah kali ini!"

Yoongi tersenyum, "Jangan menyesalinya, oke?"

Jennie mengangguk, lalu mengulurkan tangannya pada Yoongi. "Deal?"

"Deal." jawab Yoongi sambil menerima uluran tangan gadis itu.

"Beritahu aku kapan kau akan pergi bermain, aku akan menyiapkan barangku juga."

"Besok, 31 Oktober saat perayaan halloween di pusat kota."

"Oh! Ini benar-benar permainan yang seru!"

"Oho, kau mulai tertarik nona Kim?"

Jennie mengangguk dengan antusias. Gadis itu segera turun dari meja yang telah beralih fungsi menjadi tempat duduknya. "Aku harus menyiapkan barangku! Haruskah aku membawa shortgun?"

"Itu berlebihan. Kau cukup membawa yang kecil saja. Ada banyak polisi di sana jika kau lupa."

"Ah, benar! Baiklah. Aku pergi dulu! Sampai jumpa besok Tuan Min!" ujar Jennie sambil melangkah pergi meninggalkan Yoongi seorang diri di kamarnya.

Yoongi menatap tubuh Jennie yang perlahan menghilang di balik pintu kamarnya. "Dia cepat tanggap," gumamnya sebelum akhirnya berbaring dengan malas di atas ranjang kesayangannya itu.

Min Yoongi dan Jennie Kim, sepasang manusia yang terlahir menyedihkan. Hidup di panti asuhan membuat keduanya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Mereka bersama, menjalani kejamnya kehidupan saat dunia sama sekali tak berpihak pada mereka.

Tak memiliki orang tua membuat mereka lupa akan rasa kasih dan sayang. Tak memiliki pendidikan yang memadai membuat mereka terpaksa terjebak di sini, menjalani pekerjaan kotor sebagai pembunuh bayaran.

Nasib baik mungkin menghampiri mereka, saat seorang pria kaya raya —yang merupakan bos mereka saat ini, datang menghampiri keduanya yang kala itu tengah menyantap ramen sebagai ganjalan perut lantaran uang yang mereka miliki tak cukup banyak.

Pria itu menawarkan kemewahan, dengan syarat mereka harus pandai membidik dan menembak. Tanpa perlu berpikir dua kali, Yoongi dan Jennie menyetujui hal itu. Membuat mereka hidup di tempat ini, sebuah apartemen mewah yang dibelikan secara cuma-cuma sebagai imbalan hasil kerja mereka setelah berhasil membunuh musuh bos mereka.

Sekarang semua terasa mudah hanya dengan memiliki uang. Lembaran uang itu adalah segalanya bagi manusia, tak perlu munafik, kebahagian memang bisa diperoleh dari uang. Yoongi dan Jennie merasa hidup mereka memiliki sedikit warna setelah lembaran uang itu mengisi dompet dan rekening mereka. Uang membuat mereka dihargai dan diperlakukan dengan baik.

"Sangat baik sampai rasanya kau ingin membunuh mereka ..."

🖤🖤🖤

"Jadi, siapa korbannya?" tanya Jennie yang kini berjalan santai di samping Yoongi sambil menikmati lolipopnya.

"Tak ada. Hanya ingin membuat kekacauan."

"Huh? Maksudmu, kita akan menembak orang secara acak?"

"Heum. Kita adalah pemenangnya jika berhasil kabur tanpa diketahui polisi."

"Ohh ... menarik." Respon Jennie sebelum akhirnya membuang lolipopnya sembarangan. "Kapan kita akan memulainya?"

"Saat musik dimainkan dengan keras."

"Bukan saat kembang api?"

"Lebih baik saat manusia-manusia itu sedang menari, mereka tak akan menyangka mati saat sedang asik menari."

"Hahah gila ... kau benar-benar gila Yoongs."

Keduanya berpisah, Jennie memilih bergabung dalam keramaian manusia, sedang Yoongi hanya duduk manis di bawah pohon rindang. Mereka menikmati acara hari ini, acara kematian bagi manusia-manusia sialan yang dibutakan oleh uang.

Musik mulai dimainkan, ratusan bahkan mungkin ribuan manusia yang memadati pusat kota saat ini, bersuka cita menari mengikuti alunan lagu. Tak perduli siapa yang ada di sekitar mereka, entah itu orang baik atau jahat. Mereka tak sadar jika kematian sebentar lagi menjemput.

Jennie mengeluarkan pistolnya, telunjuknya langsung menekan pelatuk. Mengarahkan pistolnya ke segala arah, tanpa perduli ada anak kecil yang terkena tembakkan. Jennie tertawa puas, disusul tawa Yoongi yang kini sudah berada di balik tubuhnya.

"Aku pemenangnya! Kau lihat kan? Mereka semua mulai tertidur dengan nyenyak hahah ..." Jennie berujar dengan bangga.

Yoongi tersenyum, secara perlahan mengangkat pistolnya dan mendekatkan benda itu pada kepala Jennie. "Kau juga akan tertidur nyenyak bersama mereka Jen."

"Apa maksudmu?" Jennie menoleh, membuat ujung pistol Yoongi berada di pelipisnya. "Kau?" Kedua mata kucing Jennie membulat, menatap tak percaya pada Yoongi yang tersenyum dingin menatapnya.

"Kejutan." ucap Yoongi lalu menarik pelatuknya.

Tubuh Jennie terhempas ke belakang, sebelum akhirnya ambruk di tanah. Yoongi berbalik, berlari meninggalkan lokasi kejadian secepat mungkin sebelum polisi menyadari kehadirannya.

🖤🖤🖤

Tiga hari setelah perayaan halloween, berita di TV terus menyiarkan perkembangan kasus tragis itu. Yoongi dengan santai menonton berita itu sambil menyesap kopinya.

"Dari hasil penyidikan, gadis penembak tersebut membunuh dirinya sendiri setelah menembak korbannya secara acak. Hal ini karena luka tembak pada gadis tersebut berada tepat di bagian pelipis, letak luka yang pas untuk kasus bunuh diri."

Yoongi tersenyum puas. Ia sudah memperingatkan Jennie untuk tak menyesal ikut dengannya.

Bukan tanpa alasan Yoongi membunuhnya, itu karena perintah bosnya. Jennie telah menolak cinta bosnya, hal itu membuat pria tua itu marah dan memerintahkan Yoongi untuk membunuh Jennie dengan imbalan sebuah perusahaan di pusat kota.

Yoongi tak membuang kesempatan ini, segera ia menyanggupinya dan membuat rencana untuk menjebak Jennie.

Jennie Kim gadis yang malang, bahkan kematiannya pun dalam keadaan yang menyedihkan.

"Aku sudah memperingatkanmu, Jennie Kim."

End
🖤🖤🖤

Our Yoonnie TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang