50 - Trick

434 95 6
                                    

Written by archiletta

🖤🖤🖤

Padahal sudah dari jauh hari ia memikirkan hari ini. Hari dimana ia akan melompat bebas ke bawah sana, melepaskan seluruh beban hidupnya yang kacau bersama dengan nyawanya. Tapi sekarang, ketika ia sudah berada di pinggir atap gedung, ketinggian ini terasa lebih memuakkan daripada seluruh penderitaannya selama hidup. Bukankah itu lucu? Jelas-jelas kematian itu tidak ada apa-apanya dibandingkan penderitannya? Atau tidak?

Yoongi melompat mundur kembali ke lantai atap. Ia tidak ingin menunda rencana bunuh diri yang menjadi harapan terakhirnya itu, tapi ia bimbang. Ia takut. Bukan rasa sakit dan tubuh remuk yang ia takutkan. Ia takut bahwa keputusannya ini adalah keputusan yang akan dibenci oleh adiknya. Adik semata wayangnya yang tengah terbaring lemah di salah satu ruangan di gedung rumah sakit ini.

"Ahh, tidak asik."

Kedua alis Yoongi bertaut. Ia yakin betul tidak ada siapa-siapa di atap gedung ini. Lalu suara siapa itu? Ia menoleh ke sana-sini mencari asal suara. Tapi sepi, tidak ada siapapun. Saat Yoongi ingin menyimpulkan bahwa ia hanya berhalusinasi, seseorang melompat di belakangnya.

"Whoaa.." Yoongi spontan membalik tubuhnya. Mendapati seorang wanita berdiri di belakangnya. Yoongi mengerjap lalu menatapi wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sepatu boots tinggi, rok mini, baju renda yang transparan di bagian lengan, rambut panjang terurai, lipstik merah dan anting panjang. Benar-benar penampilan eksentrik yang bisa ditemui di atap gedung rumah sakit. Ia yakin betul tadi mendengar suara lompatan. Tapi, melihat di belakang wanita itu adalah atap gedung yang lebih tinggi, rasanya mustahil jika wanita itu melompat dari sana.

Wanita itu menghela napas bosan. "Jangan terlalu terpesona menatapku. Fokuslah dengan tujuanmu. Bukankah kau mau bunuh diri?"

Mendengar itu, Yoongi hanya mendengus. Terpesona katanya? Alih-alih terpesona, Yoongi justru merinding. Wanita itu berjalan melewatinya, memberikan hawa dingin yang sudah pasti bukan kebetulan datang dari hembusan angin malam. Yoongi merapatkan jaket hitam lusuhnya. Ia mengamati gerak-gerik wanita itu penuh kecurigaan. Apakah dia manusia?

"Kenapa tidak jadi bunuh diri? Kau takut?" tanya wanita itu lalu duduk di tepi gedung, membiarkan kaki jenjangnya menggantung di udara.

"Apa urusannya denganmu?"

Wanita itu tertawa, seolah pertanyaan itu adalah sebuah lelucon.

"Kau mau menyaksikanku bunuh diri? Menurutmu itu seru? Menurutmu itu lucu?"

"Benar, sangat menarik dan lucu." Wanita itu menoleh, senyuman lebarnya berangsur-angsur berhenti, berganti dengan tatapan serius yang membuat Yoongi tidak nyaman.

Yoongi memalingkan tatapannya. la ikut duduk di tepi, tapi menjaga jarak dari wanita itu sejauh mungkin. "Melihat kau menganggap bunuh diri adalah sesuatu yang menarik dan lucu, kau pasti bukan manusia."

Wanita itu berdiri lalu berjalan menyusuri tepi atap untuk duduk tepat di samping Yoongi. "Apa menurutmu aku terlihat seperti manusia?"

Yoongi menggeser duduknya. Ketika ia menoleh sekilas, kedua iris mata wanita itu tampak berwarna kemerahan. Anehnya, itu terlihat menakutkan dan mengagumkan di saat yang bersamaan.

"Entahlah.. kalau menyukai kematian barangkali kau.. semacam.. pencabut nyawa?" Yoongi sebenarnya ingin menyebutnya 'malaikat' pencabut nyawa. Tapi kata malaikat tampak tidak cocok sama sekali dengan wanita di sampingnya itu.

"Pencabut nyawa? Whoaa.. julukan yang keren. Aku bisa mencabut nyawamu jika kau mau."

"Bagaimana caranya? Membunuhku? Mau mendorongku ke bawah sana maksudmu? Kalau itu maksudmu, kau tidak perlu repot-repot. Aku bisa melakukannya sendiri."

Our Yoonnie TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang