Kaelyn mengacak seluruh isi lemarinya dengan heboh. Matanya bergerak kesana kemari. Berharap menemukan almamaternya yang ntah dimana keberadaannya saat ini. Huh, selalu saja begitu. Barang yang paling dicari selalu hilang ntah kemana saat dibutuhkan. Nanti jika sudah tidak diperlukan, akan muncul sendiri.
"Ya Allah, kemana sih almet gue. Nyempil dimana coba?" gumam Kaelyn. Setiap sudut kamarnya sudah ia acak-acak berulang kali. Mengacak lemaripun sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Ini percobaan ke empat dan ia masih belum menemukan almamaternya.
"Woah! Ini kamar abis siap diterjang badai, ya?" Barra yang kebetulan lewat di depan kamar adiknya berseru kaget melihat kondisi kamar Kaelyn yang sangat berantakan. Pemandangan yang sangat jarang terjadi karena Kaelyn termasuk orang yang rapi. Barra bahkan seringkali mengejek adiknya itu terkena OCD. Turunan dari sang ibu.
"Kak Barra, almet aku hilang," adu Kaelyn. Ia melesat mendekati Barra lalu menampilkan wajah super memelas dan lelahnya.
"Buat apa sih nyari almet pagi-pagi gini? Kamu ada acara di luar kampus?"
"Nanti siang ada acara sertijab sama sumpah jabatan BEM. Harus pakai almet. Tapi almetnya hilang," rengek Kaelyn, khas anak bungsu sekali. Barra jadi kasihan sendiri melihat adiknya yang merengek seperti itu.
"Mau pakai almet Kakak aja? Tapi ukurannya XL, sih," ringis Barra.
"No! Aku nggak mau keliatan kayak orang-orangan sawah. Badanku tenggelam kalau pakai almetnya Kakak." Kaelyn sudah pernah sekali memakai almamater milik Barra. Kebetulan tiga saudara keluarga Byakta itu berkuliah di universitas yang sama. Badan Kaelyn tenggelam di almamater Barra yang berukuran besar itu. Ia bahkan diejek seperti orang-orangan sawah oleh ayahnya ketika menyoba almamater Barra.
"Sini ,deh, Kakak bantu."
"Barra! Jazmyn manggil nih." Teriakan sang ibu dari lantai satu membuat Barra otomatis berhenti melangkah. Barra meringis pelan, sudah menebak bagaimana nasibnya setelah ini.
"Sampai kapan coba Kak Jazzy ngidamnya deketan sama aku terus?" Jazmyn Allie Byakta, kakak tertua mereka sedang mengalami fase ngidam dimana wanita itu selalu ingin berdekatan dengan Barra dan apa-apa harus Barra. Berbagai macam hal pernah Barra lakukan untuk menuruti ngidam kakaknya. Menyuapi makan, mengantar ke kantor, mengaji untuk jabang bayi di perut kakaknya, sampai menemani Jazmyn tidur. Hal itu tentu saja membuat suami Jazmyn cemburu sekaligus merasa tidak enak hati pada adik iparnya. Suami Jazmyn sudah berulang kali membujuk Jazmyn untuk berhenti menyusahkan Barra dan sebagai gantinya ia yang akan melakukannya. Sayangnya Jazmyn malah menangis keras dan membuat kelimpungan satu rumah. Tangisannya baru berhenti setelah disuapi salad buah oleh Barra.
"Kayaknya keponakan kita bakal mirip Kak Barra deh," kekeh Kaelyn.
"Hus! Sembarangan ngomong kamu. Makin ngambek 'ntar Kak Garda."
"Sana samperin Kak Jazzy. Sebelum si bumil ngamuk."
"Kakak minta Bunda bantuin kamu, deh. Kalau nggak ketemu, cari almet Kak Jazmyn di gudang. Kayaknya masih ada."
Kaelyn mengangguk lalu mengepalkan tangannya-memberi semangat pada Barra- untuk tetap sabar menghadapi Jazmyn yang super moodswing. Setelah itu ia kembali mengacak-acak lemarinya, mencari almamater tercinta.
"Kae! Ini kamar apa kapal pecah?" Seruan ibunya membuat Kaelyn lagi-lagi berhenti mengacak-acak lemarinya. Kaelyn dapat melihat wajah syok sang ibu yang berdiri di ambang pintunya.
"Kamar dong, Bunda Cantik." Kaelyn mencium pipi ibunya sekilas. "Almet Kae hilang, Bun."
"Almet kamu masih di ruang setrika. Dua hari yang lalu kamu minta Mbok Wat untuk nyuci almet kamu. Masa nggak ingat?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Amare
RomansaAmare (n.) A feeling of deep romantic or sexual attachment to someone. Cinta itu aneh. Kamu tidak tahu apa alasannya muncul atau menghilang. Kamu juga tidak bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa. Semua yang dilakukan cinta padamu adalah kejutan y...