Sesuai yang dikatakan Aero, keluarganya datang membesuk Kaelyn pada pukul lima sore. Keluarga Kaelyn belum ada yang kembali ke rumah sakit hingga sampai saat ini masih Aero yang menemani gadis itu. Selain Liam dan Aerilyn, mereka kedatangan satu tamu tambahan lagi. Ghiana datang bersama Liam dan Aerilyn.
"Aku kira cuma Pop sama Aerilyn yang mau datang," sinis Aero saat melihat sang ibu berdiri di sebelah ayahnya.
"Mom kamu kenal sama Kaelyn. Apa salahnya juga ikutan? Kaelyn aja nggak keberatan. Ya, kan, Kae?" Liam mencari pembelaan dari Kaelyn.
"I ... iya, Om," jawab Kaelyn gagap. Ia merasa canggung dengan situasi saat ini.
"Kakak sakit apa?" Si kecil Aerilyn mendekat. Ia berpegangan pada ujung kasur Kaelyn, menatap penasaran tangan Kaelyn yang diinfus. "Tangan Kakak kenapa?"
"Itu namanya diinfus, Princess." Aero menggendong adiknya, lalu duduk di pinggir kasur Kaelyn. Mendekatkan gadis kecil itu pada Kaelyn.
"Infus apa?"
"Karena Kak Kae bandel, jadi dia diinfus supaya badannya nggak lemes lagi." Aerilyn makin bingung dengan penjelasan Aero. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Pusing," cemberut gadis kecil itu. Semua orang tertawa melihat tingkah menggemaskan Aerilyn.
"Gimana keadaan kamu, Kae?" tanya Liam.
"Udah mendingan, Om. Besok udah boleh pulang. Aku ngerepotin Om sama Tante sampai ngeliat aku ke sini, padahal keadaan aku baik-baik aja."
"Baik-baik aja nggak bakal diterima rumah sakot kali, Kae," canda Liam. "Lagian nggak ngerepotin, kok. Masa calon mantu sakit nggak diliat sama sekali. Ya kan, Ghi?"
"Iya. Tante sama Om yang nggak enak kalau nggak liat kamu." Kaelyn memerah malu mendengarnya. Ia sudah dicap jadi calon menantu.
"Kamu besok udah boleh pulang?" Kaelyn mengangguk ditanya Liam. "Kenapa Aero baru liat kamu hari ini? Tadi dia buru-buru Om liat."
"E ... eh." Kaelyn kebingungan menjawabnya. Ia tidak mungkin jujur pada kedua orang tua Aero bahwa mereka sedang ada masalah sebelumnya.
"Aku yang–"
"Kae sengaja nggak ngasih tahu Aero, Om. Dia sibuk ujian beberapa hari ini. Kae nggak mau ganggu konsentrasi Aero," sanggah Kaelyn cepat.
"Gimanapun juga Aero pacar kamu. Aero wajib tahu kondisi kamu. Dia bakal jadi laki-laki nggak bertanggung jawab kalau nggak tahu keadaan pacarnya sendiri. Kamu juga, Ro. Harusnya kamu lebih perhatian lagi sama Kaelyn. Kalau Kaelyn nggak ngasih tahu kamu, kamu yang nanya. Kalian harus saling peduli satu sama lain. Ngerti?" nasehat Liam. Kaelyn dan Aero mengangguk bersamaan.
"Pop ngomong apa, sih? Aku nggak ngerti," celutuk Aerilyn yang bingung mendengar percakapan orang dewasa itu.
"Nggak usah ngerti, Princess. Kamu masih kecil." Aero mengacak rambut panjang Aerilyn gemas.
Selanjutnya ruangan Kaelyn dipenuhi dengan obrolan santai. Mereka saling bercengkrama, bahkan si kecil Aerilyn kadang ikut menyelutuk. Hanya Ghiana yang bertahan dalam diamnya. Wanita itu hanya sesekali mengeluarkan suara, paling banyak melukiskan senyum tipis.
Kaelyn menyadari Ghiana yang hanya diam. Gadis itu jadi kasihan pada ibu sang kekasih. Pasti canggung sekali rasanya. Ingin ikut bersuara namun tidak bisa karena salah satu orang di sana tidak peduli dan tidak menginginkan kehadirannya.
"Tante bawa apa, nih?" Kaelyn mengambil kotak roti yang diberi oleh Ghiana tadi. "Wah, The Breads. Toko roti kesukaan kamu, Ro."
"Tante bingung mau bawain kamu apa. Semoga kamu suka, ya, Kae."

KAMU SEDANG MEMBACA
Amare
RomanceAmare (n.) A feeling of deep romantic or sexual attachment to someone. Cinta itu aneh. Kamu tidak tahu apa alasannya muncul atau menghilang. Kamu juga tidak bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa. Semua yang dilakukan cinta padamu adalah kejutan y...