Sepuluh

422 46 0
                                    

Kaelyn berpapasan dengan Elisa di gerbang ketika Ardian menurunkannya disana, seperti biasa. Elisa yang saat itu membayar tagihan ojek online-nya mengerling jahil pada Kaelyn. Kaelyn yang mengerti maksud sahabatnya itu melototkan matanya, memberi peringatan agar Elisa tidak bertingkah macam-macam.

Elisa terkekeh lalu mendekati dua orang itu. Ia tidak peduli dengan Kaelyn yang makin melotot padanya.

"Hallo Ardian," sapa Elisa ramah. Gadis itu memperbaiki posisi tote bag-nya yang sedikit turun dari bahunya. Ia tidak menyapa Kaelyn tapi memeletkan lidahnya pada gadis itu, mengejek.

"Hai Lis," sapa Ardian balik. "Udah lama nih nggak liat lo."

"Sering main ke FKG makanya, sekalian cuci mata. Gue tahu penderitaan anak FT apalagi cowoknya yang kekurangan cewek sebagai penyegar hari-hari kalian." Elisa terkekeh setelah melemparkan candaannya. Ardian juga ikut terkekeh lalu mengiyakan ucapan Elisa.

"FKG kelebihan cewek tapi kekurangan cowok. Harusnya fakultas kita tetanggaan ya biar bisa simbiosis mutualisme gitu."

"Bener!" seru Elisa. Kemudian dua orang itu sibuk berbincang tanpa memedulikan Kaelyn yang mulai kesal dianggap makhluk kasat mata.

"Ehm! Masih ada orang disini," sindir Kaelyn. Pembicaraan Ardian dan Elisa seketika terhenti lalu mereka tertawa bersama. Menertawakan Kaelyn yang lucu karena merasa dikacangi.

"Ya kali setan," ledek Elisa.

"Lo tuh setannya. Ayo masuk. Bentar lagi kita skill lab." Kaelyn menarik tangan Elisa. "Ian, kalau nggak bisa jemput ntar chat aja ya."

"Oke bu Bos," balas Ardian. Ia memosisikan tangannya di atas alis, membentuk tanda hormat.

"Sampein salam gue sama bang Ganda ya, Ardian," seru Elisa. Ia diseret paksa oleh Kaelyn meninggalkan Ardian yang masih memerhatikan mereka.

"Ganjen banget sih lo nitip salam ke cowok," cibir Kaelyn.

"Biarin. Setidaknya gue berani ngungkapin perasaan gue daripada dipendam bertahun-tahun. Nggak tahu dan nggak jelas ujungnya gimana." Sindiran telak dari Elisa membuat Kaelyn tidak bisa membalasnya lagi. Jika sudah begini Kaelyn pasti kalah.

Mereka menuju ruang tutorial yang saat ini
digunakan sebagai ruangan skill lab. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompok tutorial. Dipenghujung minggu mereka akan skill lab gabungan dengan satu dosen pengampu ilmu sekaligus koordinator blok.

Di ruang tutorial sudah ada tiga orang teman mereka yang datang dan sibuk menulis sesuatu di kertas kuning khusus OM. Genta yang sadar dengan kedatangan Kaelyn dan Elisa mengangkat kepalanya lalu melambai pada dua gadis itu.

"Hai, girls."

"Hai, Gen. Ngapain nih sibuk-sibuk? Kita ada tugas?" Kaelyn meletakan tasnya di kursi sebelah Genta, diikuti Elisa yang duduk disebelahnya.

"Enggak. Ini kasus yang kemarin. Hari ini drg. Cory mau liat hasil anamnesis kitakan? Gue mau bikin rapi biar enak dibaca nanti," jawab Genta. Kaelyn mengangguk lalu beralih pada dua temannya yang sibuk menulis di kertas kuning.

"Mereka juga?"

"Iya. Kemarin kami bikin di kertas biasa. Jaga-jaga kalau disuruh kumpul hari ini. Lo udah bikin di kertas kuning?"

"Udah."

"Gue juga!" Elisa nimbrung seraya menggoyangkan tangannya yang memegang kertas kuning.

"Nggak ada yang nanya lo, Oneng!" Kaelyn menoyor pelan dahi Elisa yang tertutupi poni.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang