Delapan

429 43 0
                                    

"Nih minum dulu biar kepalanya nggak panas." Haikal meletakkan papper bag yang ia pegang lalu diikuti oleh Aero. Aero tadi sudah diberitahu Haikal jika Haikal membeli makanan dan minuman itu untuk mereka semua. Aero sendiri sudah paham dengan tingkah sahabatnya yang sangat royal. Haikal tidak akan segan-segan mentraktir semua temannya. Maklum, keturunan sultan.

"Widih sedap banget sore-sore gini ditraktir kopi sama cemilan. Gubernur BEM gue emang terbaik," puji Jefri seraya mengeluarkan semua isi papper bag satu-persatu. Ia dan Susan membagikan minuman serta cemilan ke semua orang.

"Kalau gini ceritanya, gue mau sering-sering diajak rapat bareng FKG. Thank you, Bro."

Haikal menoyor kepala Revan. Sahabatnya itu seperti tidak pernah ia traktir saja. "Lo seakan lupa kalau selama ini gue sering traktir lo. Kick aja nih anak dari grup, Ro. Nggak ada rasa syukurnya jadi sahabat anak sultan."

"Urusan rumah tangga diselesaikan nanti ya, Bapak-Bapak. Lanjut rapat lagi," sela Kaelyn seraya menyedot minumannya cuek. Haikal menatap Kaelyn jengkel tapi tetap menuruti perkataan Kaelyn. Laki-laki itu kembali duduk disebelah Kaelyn.

"Balas dendam lo hari ini ke gue sukses besar, Kae. Lo benar-benar bikin jengkel."

***

Rapat berakhir pada pukul enam lewat lima belas menit. Karena sudah adzan maghrib, mereka yang muslim memutuskan solat di musholla kampus sebelum pulang. Kaelyn bersama Liana dan Susan menuju tempat berwudhu khusus perempuan.

"Aero cakep banget ya, Kae. Anggotanya pasti betah kalau diajak rapat lama-lama sama Aero," kata Liana seraya menggulung lengan bajunya.

"Gue kaduin kak Riko, ya?"

"Kae mah gitu, mainnya ngancam mulu. Guekan cuma bilang ganteng, bukan suka," renggut Liana. Pacarnya yang merupakan kakak tingkat mereka dan sedang menjalani pendidikan profesi alis koas merupakan orang yang sangat cemburuan. Liana tidak boleh mengagumi laki-laki lain selain pacarnya sendiri. Posesif tingkat dewa.

"Gue sih kalau Aero suka sama gue, gue mau-mau aja jadi pacarnya. Lumayan jadi pacarnya gubernur BEM," nimbrung Susan.

"Pacaran aja sana sama Haikal. Lagian kayak Aero jomblo aja."

"Digantung emak yang ada kalau gue pacaran sama yang beda agama. Lo nggak tahu apa kalau LDR paling susah itu adalah beda keyakinan? Seamin tapi tidak seiman."

"Ini kenapa jadi pada ngobrol sih. Buruan wudhu. Ntar waktu maghribnya abis," lerai Kaelyn. Pembicaraan teman-temannya itu tidak akan berhenti jika tidak dihentikan.

"Eh gue jadi kepikiran, Aero kayaknya sama deh kayak Haikal. Bule gitu soalnya." Liana masih saja melanjutkan obrolan mereka selesai berwudhu. "Gagal keinginan lo pacaran sama gubernur BEM keren, San."

"Ah iya ya. Ya ampun sedih banget gue. Patah sebelum berju... anjir!"

"San, baru aja wudhu masa udah ngumpat aja," tegur Kaelyn.

"Ya Allah, engkau baik sekali menurunkan malaikat petang ini." Kaelyn dan Liana mengernyit bingung melihat Susan yang tiba-tiba bertingkah aneh. Mereka melarikan pandangan ke arah yang membuat Susan terpesona. Ternyata...

Aero yang sedang menurunkan celananya hendak memasuki musholla dengan wajah dan rambut yang masih basah terkena air wudhu.

"Ganteng banget ya Allah." Liana ikut-ikutan terpesona. Kaelyn berdecak lalu menyapukan tangannya kedua wajah temannya itu.

"Sana ulang wudhu."

Walaupun Kaelyn harus mengakui ia sempat terpesona melihat wajah dan rambut Aero yang basah oleh air wudhu. Astaghfirullah, ia harus ulang berwudhu lagi.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang