Tiga Puluh Tujuh

257 25 0
                                    

Kaelyn berdiri gamang di depan pintu rumah Aero. Ia ingin memencet bel tapi takut jika Aero menolak kehadirannya. Masalah kemarin masih belum terselesaikan sama sekali. Hal itu membuat Kaelyn gelisah dan tidak tenang semalaman. Gadis itu merasakan tidak nyaman di hatinya saat mendapati ia dan Aero sedang tidak baik-baik saja saat ini. Maka dari itu, ia nekat datang pagi ini. Ia tidak bisa menunggu lama karena masalahnya dengan Aero menyita seluruh pikirannya.

Kaelyn mengangkat tangannya, mengumpulkan segenap keberanian untuk memencet bel. Namun, saat tinggal beberapa centi lagi jarinya menyentuh bel, ia mendadak ragu sehingga tangannya menggantung di udara. Kaelyn menarik lagi tangannya lalu mengacak rambut panjangnya kesal. Ia takut, tapi ia ingin bertemu Aero. Ia tidak tahan dengan kondisi seperti ini. Diam-diam, ia merasakan kerinduan pada Aero.

"Ayo, Kaelyn. Lo nggak boleh jadi pengecut kayak gini. Lo yang salah, berarti lo yang harus tanggung jawab memperbaiki semuanya. Lo nggak bisa terus-terusan saling diam sama Aero. Lo pasti bisa!" Kaelyn meyakinkan dirinya sendiri. Gadis itu menarik napas sebentar sebelum memencet bel. Dengan basmallah dan segala keraguan yang ada, Kaelyn berharap Aero lah yang muncul membukakan pintu untuknya.

Tidak lama kemudian, pintu rumah bertingkat dua itu terbuka. Kaelyn mendesah lega saat melihat siapa yang membukakan pintu. Aero, sesuai dengan harapannya.

"Ha ... hai, Ro." Kaelyn merutuki mulutnya yang gagap seketika. Ia tidak pernah merasakan segugup ini saat berhadapan dengan Aero. Dan apa pula dengan sapaan itu? Apa ia tidak bisa memilih kalimat lain yang lebih baik? Aero pasti heran dengan tingkah bodohnya.

"Ngapain kamu ke sini?" Pertanyaan Aero menohok hati Kaelyn dengan cepat. Bukan seperti ini sambutan yang Kaelyn inginkan. Laki-laki itu jelas tidak menginginkan kehadirannya.

"Aku ... aku mau bicarain yang kemarin, Ro. Aku nggak tenang kita kayak gini."

"Bukannya aku udah bilang kalau aku nggak mau bicarainnya? Masih kurang jelas?" Kaelyn rasanya ingin menangis saat itu juga. Selama ini, Aero tidak pernah sedatar dan sekejam ini padanya. Aero selalu berbicara lembut dan tersenyum padanya. Aero kali ini terlihat begitu berbeda, sehingga menyakiti hatinya.

"Ro, aku minta maaf. Ta ... tapi kamu harus dengar dulu penjelasanku. Aku mohon, kasih aku kesempatan jelasin ke kamu," pinta Kaelyn. Gadis itu memegang erat tangan Aero. Menatap Aero dengan matanya yang berkaca-kaca.

Aero menghembuskan napasnya berat. Semalaman ia sudah berpikir bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Kaelyn. Sayangnya, yang ia dapati hanya kebuntuan. Aero tidak bisa berpikir jernih. Melihat Kaelyn pagi ini di depan pintu rumahnya, membuatnya makin tidak bisa berpikir jernih. Ia makin kalut.

"Ayo." Setelah berpikir cukup lama, Aero mengajak Kaelyn duduk di kursi di teras depan. Ia tidak mungkin membawa Kaelyn masuk ke dalam rumah karena akan membuat Aerilyn heboh. Yang ada nanti Aerilyn malah memonopoli Kaelyn dan mereka batal berbicara. "Maaf, aku nggak bawa kamu masuk. Aerilyn bakal heboh kalau ngeliat kamu."

"Iya, nggak papa. Makasih udah mau kasih aku kesempatan."

Mereka berdua duduk saling bersisihan dengan dipisahkan sebuah meja kecil. Kaelyn bingung harus mulai dari mana ia menjelaskan semuanya. Diamnya Aero makin memperparah keadaan. Setidaknya jika Aero bertanya, Kaelyn bisa dengan mudah mengatakan apa yang ingin Aero ketahui. Sayangnya, laki-laki itu seperti tidak peduli dengan tujuan kedatangannya pagi ini.

"Ro." Kaelyn membuka suara. "Aku ... minta maaf, Ro. Aku tahu, aku salah."

"Kenapa kamu nggak pernah bilang?"

"Ap ... apa?"

"Kenapa kamu nggak pernah bilang kalau cowok yang kamu maksud beberapa bulan yang lalu itu Ardian? Cowok yang kamu suka walaupun cowok itu nggak suka sama kamu adalah Ardian." Aero menolehkan kepalanya ke arah Kaelyn. Mata Aero menatap Kaelyn dengan nanar. Kali ini, ia biarkan Kaelyn melihat betapa hancurnya ia saat ini. Ia biarkan Kaelyn tahu apa yang sesungguhnya ia rasakan.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang