Amare

Lima

"Gue sangat tertarik sama penawaran Haikal tentang kerjasama BEM FEB sama BEM FKG. Dari awal gue emang udah nargetin salah satu kegiatan BEM harus ada yang turun langsung ke masyarakat. Tapi gue bingung sama konsep dan acara apa yang mau kami lakuin. Agak sulit bagi kami mencari acara dan konsep apa yang tepat dan disambut baik oleh masyarakat," buka Aero pada diskusi mereka siang itu. Genta sudah kembali dan duduk manis di sebelah Kaelyn. Haikalpun sudah biasa diajak serius.

"Gue sama anggotapun juga tertarik setelah Haikal jelasin apa yang udah kalian diskusiin. Tapi gue tetap butuh penjelasan lebih dari lo. Biar bisa dicocokin sama proker yang kita punya," balas Kaelyn. "Kalau lo belum tahu, proker yang dimaksud Haikal itu namanya S3. Senyum Sekolah Sehat. Biasanya dari tahun-ketahun, kegiatan S3 mencakup sikat gigi masal dan pemeriksaan gigi gratis bagi siswa-siswi SD yang kita tuju. Tapi kali ini S3 diminta punya inovasi atau terobosan, karena dianggap agak mirip dengan baksos. Walaupun cakupan dua proker itu beda. Gue sama anggota lain cukup pusing mikirin inovasi kayak apa yang harus kami lakuin. But thanks to kalian, penawaran kalian itu solusi bagi masalah kami."

"Gue udah dengar dikit sih tentang S3 dari Haikal. Tapi penjelasan lo yang tadi lebih lengkap. Jadi untuk rencana kasar dari kami sendiri, kami ingin mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya menabung sejak dini. Kami tahu acara kami akan sangat membosankan jika berdiri tunggal. Bergabung dengan sikat gigi masal di FKG akan membuat acaranya lebih menarik. Nanti kita juga akan mengadakan beberapa games dan kegiatan menarik lainnya sehingga bisa mendapatkan simpati dari para siswa SD tersebut. Menurut lo gimana?"

Diskusi antara Aero dan Kaelyn yang sesekali ikut ditimpali oleh Haikal dan Genta berlangsung selama dua jam. Aero dan Kaelyn memang yang paling aktif karena ide-ide mengenai program kerja sama mereka lebih banyak dari mereka berdua. Haikal sendiri merasa dirinya hanya sebagai jembatan dan yakin jika Kaelyn bisa mengatasi dengan baik tanpa ia ikut andil terlalu banyak. Sedangkan Genta lebih banyak menyimak dan menulis mengenai diskusi mereka siang ini.

"Gue rasa diskusi kita kali ini sangat cukup untuk dibawa sebagai bahan ke BEM masing-masing," kata Kaelyn setelah membaca hasil diskusi mereka yang dicatat oleh Genta. Aero mengangguk karena ia juga merasa cukup.

"Gue boleh foto catatannya? Gue bakal kirim ke koor Sospol gue untuk ditindak lanjuti sama anggotanya." Kaelyn menyerahkan kertasnya pada Aero. Aero mengeluarkan ponselnya lalu membuka fitur kamera. Tiga kali jepretan cukup untuk mengabadikan tiga halaman kertas.

"Thank you ya, Ro. Dari pihak kami bakal ngehubungin kalian secepatnya. Besok kami bakal sidang pengesahan program kerja sama DPM. Semoga DPM nge-acc proker gabungan kita ini," kata Haikal. Laki-laki itu cukup puas mendengar ide-ide yang berasal dari Aero dan Kaelyn. Haikal memang tidak pernah salah memilih Kaelyn sebagai koor Pengmas.

"Lo kabarin gue aja, Kal. Setelah dari pihak lo oke, kita bisa adain rapat gabungan secepatnya. Semakin cepat, semakin baik," balas Aero.

***

Tidak memiliki tujuan setelah pertemuannya dengan BEM FKG, Aero memutuskan pulang ke rumahnya. Rebahan di kamar sepertinya pilihan yang tepat. Ia harus pandai-pandai memanfaatkan waktu kosong seperti ini untuk beristirahat karena biasanya ia disibukan dengan perkuliahan maupun kegiatan BEM.

Aero menekan klakson beberapa kali agar satpam membuka pagar tinggi rumahnya. Satpam yang berusia akhir tiga puluh itu berlari tergopoh-gopoh begitu mendengar klakson motor sang tuan muda.

"Makasih, Pak." Aero melajukan motornya melewati halaman rumahnya yang luas. Mata coklat itu menyipit melihat sebuah mobil terparkir tidak jauh dari garasi. Itu jelas bukan mobil ayahnya, Aero sangat mengenal tiga mobil mewah milik sang ayah. Pajero berwarna putih bukanlah salah satunya.