Dua Belas

388 37 0
                                    

Aero dan Kaelyn memasuki kedai kopi yang terletak di depan toko buku. Kedai kopi itu terlihat cukup ramai sore ini. Beruntung masih ada meja kosong yang tersisa di pojok dekat jendela.

"Lo mau apa, Ro? Biar gue yang pesanin," tanya Kaelyn. Aero membaca menu yang terpampang di dinding belakang kasir.

"Es kopi susu doubleshot," jawab Aero.

"Yang lain? Nggak ada tambahan?" Aero menggeleng. Kaelyn mengangguk mengerti lalu menuju kasir untuk memesan pesanan mereka.

Seraya menunggu Kaelyn, Aero mengeluarkan ponselnya dari saku seragamnya. Mengecek beberapa pesan yang masuk dari chat pribadi maupun grup. Mungkin saja ada berita pentingkan?

Setelah membalas pesan yang masuk ke ponselnya, Aero beralih membuka instagram. Ada beberapa pemberitahuan serta follower baru. Aero mengecek siapa saja yang mengikutinya, kalau ada yang ia kenal, ia tidak segan-segan mengikuti kembali orang itu. Tapi jika tidak, Aero akan membiarkannya. Akun instagramnya memang tidak dalam mode private. Hal ini karena ia banyak mengunggah unggahan mengenai organisasinya maupun gerakan-gerakan mahasiswa yang ia ikuti. Ia ingin semua orang tahu, meskipun bukan pengikutnya di instagram, bahwa masih banyak mahasiswa yang peduli dan berani maju demi kesejahteraan negeri ini.

Aero sedang melihat instastory dari teman-temannya ketika Kaelyn kembali duduk di hadapannya dengan tangan memegang baki. Gadis itu meletakkan minuman miliknya dan Aero diatas meja serta dua piring cheese cake blueberry.

"Gue nggak tahu lo sukanya apa, jadi gue pilihin ini aja," kata Kaelyn seraya mengangsurkan piring kecil berisi cheese cake blueberry pada Aero.

"Eh? Guekan nggak mesan ini, Kae."

"Traktiran dari gue," jawab Kaelyn cuek. Gadis itu lalu menyeruput sedikit es kopi susu regalnya, lalu memotong kecil cheese cake sebelum menyuapkan ke mulutnya. Kaelyn mengalihkan pandangannya ke arah jalanan ramai yang terlihat dari jendela. Matanya menatap lekat kendaraan yang berlalu-lalang, seakan pemadangan itu begitu menarik baginya.

"Ehm," dehem Aero mengalihkan perhatian Kaelyn. Gadis itu menoleh ke arah Aero dengan tatapan polos dan sendok yang menggantung di mulutnya. "Kae?"

"Ya? Kenapa?" Kaelyn meletakkan sendoknya ke atas piring.

"Lo ke gramed buat nyari novel?" Setelah itu Aero merutuki pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Basa-basi sekali. Kaelynkan sudah menyebutkan tadi ia ingin beli novel.

"Iya. Sekalian mau me time sih. Udah lama gue nggak me time di gramed. Kebetulan hari ini gue senggang, ya udah deh."

"Eh berarti gue ganggu me time lo dong? Sorry." Aero merasa tidak enak karena sudah mengganggu me time Kaelyn.

"Nggak kok. Gue udah puas keliling-keliling. Sebelum nyamperin lo tadi, gue udah berniat mau ngambil novel yang gue cari terus pulang. Tapi karena ngeliat lo yang kayaknya lagi kebingungan, gue samperin deh."

"By the way, thank you ya udah nolongin gue tadi. Gue benar-benar bingung. Seumur hidup belum pernah beli novel, apalagi yang tentang romansa begitu. Kalau nggak karena kasian sama adik sepupu sendiri, nggak bakal mau gue belinya," kata Aero terselip curhat.

"Sama-sama. Gue senang bisa ngebantu lo. Kalau komik gimana, bisa nggak belinya?"

"Bisalah, tapi gue jarang baca komik. Kurang hobi gue sama bacaan gitu. Lebih suka game online," kekeh Aero. Kaelyn melemparkan tisu yang sudah ia gumpalkan pada Aero.

"Dasar cowok!"

"Oiya, gue udah baca proposal kegiatan kita. Ada beberapa koreksi dari gue dan beberapa pertanyaan. Ntar gue kasih ke Haikal ya biar lo bisa liat bagian yang gue coret. Gue juga bakal diskusiin lagi samaRevan. Gue mau proposal kita sesempurna mungkin supaya banyak yang mau jadi sponsor. Makin banyak sponsor, acara kita makan meriahkan?"

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang