Sepeninggalnya Milky dari ruang perawatan Kaelyn, Kaelyn dan Aero hanya saling bertatapan untuk beberapa saat. Belum ada di antara mereka yang ingin membuka suara. Mata mereka yang saling beradu, seakan cukup untuk menuntaskan rindu yang mereka pendam dua minggu lebih ini.
Aero yang melakukan pergerakan pertama untuk mendekat, namun Kaelyn yang dengan sigap memeluk tubuh laki-laki itu. Menyalurkan rasa rindu dan penyesalannya pada laki-laki yang tulus mencintainya.
"Maaf," sesal Kaelyn. Ia makin membenamkan wajahnya di dada Aero.
"Sst, aku juga salah. Maafin aku, ya?" Aero mengurai pelukan mereka. Ibu jarinya mengelus pelan pipi Kaelyn yang terlihat sedikit pucat. "Kenapa nggak bilang?"
"Hng?"
"Kenapa nggak bilang kalau kamu sakit?"
Kaelyn hendak menundukkan wajahnya, namun Aero menahannya agar gadis itu tetap menatapnya. "Takut."
"Takut?"
"Iya," angguk Kaelyn. "Aku takut kamu nggak peduli lagi saat aku bilang kalau aku sakit. Sebelumnya aku udah beberapa kali kirim chat ke kamu, tapi selalu kamu abaikan. Bahkan, saat Baksos, saat aku bilang aku butuh semangat kamu, kamu juga abai. Aku takut diabaikan lagi, makanya aku nggak bilang. Aku takut menghadapi kenyataan kalau kamu udah nggak peduli lagi sama aku."
"Maaf, aku keterlaluan sama kamu." Aero memeluk kembali Kaelyn. Ia sangat menyesal mengabaikan Kaelyn sedemikian rupa sampai gadis itu ketakutan seperti ini. Ia menyesal terlalu mementingkan egonya, mementingkan rasa sakitnya, sehingga tidak peduli pada Kaelyn padahal Kaelyn membutuhkannya.
"Bukan salah kamu. Kamu kayak gini karena kelakuan aku. Aku pantas nerimanya, Ro."
"Nggak, Kae. Aku terlalu mikirin diri sendiri sampai lupa kalau aku nyakitin kamu. Aku salah. Maafin aku," sesal Aero. Ia mengusap pelan belakang kepala Kaelyn.
"Nggak papa, Ro. Kamu tahu dari mana aku dirawat di sini?" Kaelyn memberi jarak pada mereka guna menatap wajah tampan kekasihnya itu.
"Ardian."
"Ian?"
Aero mengangguk. "Kemarin dia datang ke rumah aku, sama Elisa. Terus dia bilang kalau kamu sakit dan dirawat di sini."
"Hah? Kok dia bisa ke rumah kamu? Dia tahu rumah kamu dari mana?"
"Entah lah." Aero mengangkat kedua bahunya.
"Ian bilang apa lagi? Dia nggak mungkin cuma ngasih tahu keadaan aku." Kaelyn yakin Ardian tidak mungkin mengatakan hal itu saja. Pasti ada yang lain. Kaelyn takut Ardian mencium hubungannya yang sedang bermasalah dengan Aero dan malah melabrak Aero.
"Nggak ada." Aero berbohong. Ia sempat sedikit berselisih dengan Ardian sebenarnya. Ardian menuduhnya tidak peduli lagi pada Kaelyn sampai Kaelyn sakit saja ia tidak tahu. Tapi, Aero memilij untuk tutup mulut. Ia tidak ingin Kaelyn tahu.
"Kamu yakin?"
"Iya, Babe. Semuanya baik-baik aja." Aero menampilkan senyum manisnya agar Kaelyn yakin padanya. Berhasil, Kaelyn mengangguk pasrah.
"Ro, aku mau omongin tentang yang kemarin itu."
"Nggak usah. Aku anggap permasalahan kita udah selesai. Aku nggak mau kita berantem lagi," geleng Aero.
"Tapi ini perlu, Ro. Demi hubungan kita kedepannya. Kamu harus dengerin aku, aku mohon," pinta Kaelyn. Ia meremas pelan tangan Aero dengan tangan kanannya yang tidak dipasang infus.
"Baiklah. Tapi, kamu harus tahu kalau aku nggak peduli lagi. Kamu benar, dulu aku terima keadaan kamu yang menyukai cowok lain. Aku yang memaksa meminta kesempatan. Nggak sepantasnya aku semarah ini saat tahu siapa orangnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Amare
RomanceAmare (n.) A feeling of deep romantic or sexual attachment to someone. Cinta itu aneh. Kamu tidak tahu apa alasannya muncul atau menghilang. Kamu juga tidak bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa. Semua yang dilakukan cinta padamu adalah kejutan y...