Dua Puluh Lima

336 27 0
                                    

Ada perbedaan yang signifikan antara kegiatan Kaelyn ketika single dan ketika sudah punya pacar. Ketika single, Kaelyn biasa menghabiskan akhir pekan di rumah atau sesekali hang out dengan Ardian ataupun Elisa. Sedangkan ketika punya pacar, otomatis akhir pekan Kaelyn akan dihabiskan bersama sang pacar.

Contoh saja hari ini. Kaelyn sudah duduk manis di jok mobil Aero di siang hari sabtu yang mendung ini. Mereka sedang dalam perjalan menuju mall. Ada film baru yang tayang dan kebetulan Aero dan Kaelyn sama-sama menantikan penayangan film tersebut. Awalnya Kaelyn ingin memaksa Ardian untuk menemaninya nonton. Jangan berharap pada Elisa. Gadis itu hanya mau menonton drama korea. Tapi Aero sudah duluan mengajaknya, jadi terselamatkanlah Ardian dan akhir pekannya dari gangguan Kaelyn.

"Kamu beli tiketnya online-kan?"

Di zaman yang serba canggih dan mudah ini, tidak perlu capek-capek mengantri beli tiket bioskop. Ada aplikasi yang memudahkan sehingga pembelian tiket bisa dilakukan lewat ponsel saja.

"Udah. Aku yakin kita nggak bakal kebagian tempat duduk yang enak kalau beli langsung. Tadi aku cek lagi, tinggal dibawah doang yang kosong."

"Huft, untunglah. Mataku bisa sakit kalau nonton di kursi bawah," desah Kaelyn lega. Aero mengelus puncak kepala Kaelyn dengan tangan kirinya.

Dua puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di salah satu mall besar di Jakarta. Aero dan Kaelyn segera menuju lantai teratas karena lima belas menit lagi jadwal tayang film mereka.

"Kamu mau beli cemilan dulu? Popcorn?" tawar Aero.

"Um..." Kaelyn menatap layar menu. "Popcorn sama ice lychee tea aja."

Aero menyuruh Kaelyn menunggunya di kursi yang dekat dari studio yang akan mereka masuki selagi ia membeli cemilan untuk mereka nonton. Awalnya Kaelyn menolak, memaksa untuk ikut. Namun Aero tidak terima bantahan sehingga Kaelyn terpaksa menurut. Aero kembali tidak begitu lama, tepat saat pengumuman pintu studio sudah dibuka.

"Aku bantu bawa." Kaelyn mengambil popcorn berukuran besar dari tangan Aero. Ia tahu Aero kesulitan membawa semuanya.

"Makasih, Babe."

***

Kencan Kaelyn dan Aero berubah menjadi belanja bulanan ketika telepon dari Aletta masuk setelah mereka selesai menonton. Aletta bilang semua kebutuhan di rumah hampir habis dan tidak ada yang bisa pergi belanja. Aletta sedang merawat Jazmyn yang mual hebat karena Garda sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota bersama Cakra, Barra lembur di kantornya, dan mbok Wat sedang pulang kampung.

"Belanja bulanannya ntar aja deh. Pas mau pulang. Aku sendiri juga bisa," kata Kaelyn sungkan. "Sekarang kita kemana?"

"Belanja bulanan. Aku mau kok nemenin kamu keliling super market disini," ujar Aero santai. "Sekalian latihan kalau kita udah nikah nanti."

Kaelyn refleks memukul Aero. Aero yang dipukul malah tertawa lebar. "Mulutnya, Ro."

"Malu ya, malu?" Aero menoel-noel pipi Kaelyn jahil. Kaelyn berdecak, ia menjauhkan telunjuk Aero dari pipinya.

"Ish, siapa malu."

"Kamu tuh."

"Nggak tuh. Yuk, belanja sekarang daripada kamu godain aku mulu."

Kaelyn berjalan duluan meninggalkan Aero. Tidak bisa ditepis bahwa ia memang malu mendengar Aero menyebutkan kata pernikahan. Astaga, mereka masih tahun ketiga kuliah. Masih terlalu jauh untuk sampai kesana. Lagipula tidak ada orang yang pernah menggoda Kaelyn dengan kalimat sakral itu.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang