Empat Puluh Tujuh

299 23 0
                                    

Gedung perkuliahan FKG terlihat ramai oleh mahasiswa pada pukul tiga sore. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang, baik yang akan pulang atau yang masih ada kegiatan di kampus. Kaelyn menjadi salah satu orang yang berada di antara keramaian tersebut. Gadis itu tergesa-gesa membuka jas SL-nya seraya terus berjalan.

"Berhenti dulu kali, Kae. Buka jasnya yang bener baru lo balik jalan lagi," tegur Elisa yang ikutan rempong melihat Kaelyn. Kaelyn tidak mengindahkan teguran Elisa. Ia tetap melipat dan menyimpan jas SL di tas dengan kaki terus melangkah.

"Gue diburu waktu, nih. Lis, pesenin gue gojek ke The Wedding's dong. Gue mau telepon Tante Ghiana dulu." Kaelyn mengambil ponsel dari saku celananya lalu menghubungi ibu dari kekasihnya.

"Halo, Tan."

"...."

"Iya, Tan. Kae mau jalan ke sana. Kae baru aja selesai kuliah. Lupa kalau ada jadwal tambahan hari ini."

"...."

"Oke, Tan. Secepatnya Kae bakal nyampe sana. Maaf ya, Tan."

"...."

"Dah, Tan."

"Yang nikah bukan lo, tapi kenapa lo yang riweh gini?" celutuk Elisa setelah Kaelyn memutuskan sambungannya dengan Ghiana.

"Gue nggak enak sama Tante Ghiana. Gue janji nemenin dia fitting terakhir jam setengah empat. Gue malah lupa kalau hari ini ada jadwal SL pengganti."

"Nikahannya kapan, sih, Kae?"

"Sabtu depan. Lo datang kan? Temenin gue," pinta Kaelyn.

"Asal gue nggak dijadiin obat nyamuk aja nantinya."

"Siap, Bos! Aero pasti sibuk ntar. Bapak sama Emaknya ini yang nikah."

***

Kaelyn membantu merapikan tatanan rambut Ghiana. Tangan gadis itu bergerak hati-hati agar tidak semakin merusak rambut Ghiana yang sudah disanggul modern itu.

"Huh, akhirnya," desah Kaelyn lega. Tadi Ghiana tidak sengaja sedikit menarik rambutnya ketika hair stylist baru saja keluar dari kamar Aerilyn yang hari ini khusus dialih gunakan sebagai ruangan khusus Ghiana. Kebingungan mencari hair stylist yang entah berada di mana, Kaelyn berinisiatif membantu ibu kekasihnya tersebut.

"Makasih ya, Kae. Tante gugup banget sampai nggak sengaja narik rambut sendiri."

"Nggak papa, Tan. Wajar kok Tante gugup. Hari ini salah satu hari spesial untuk Tante." Kaelyn mengusap bahu Ghiana pelan.

"Makasih udah bantu Tante untuk baikan sama Aero. Tanpa bantuan kamu, Tante nggak yakin bisa ada di posisi ini sekarang." Ghiana memegang tangan Kaelyn di bahunya. Matanya menatap penuh rasa terima kasih lewat Kaelyn dari cermin.

"Kae nggak ngelakuin banyak hal, Tan. Hari ini adalah hasil dari perjuangan Tante, Om, dan Aero juga tentunya. Lagipula Kae dari awal yakin, Aero nggak pernah benar-benar membenci Tante. Dia hanya kecewa."

"I–"

"Mom." Aero tiba-tiba masuk sehingga memotong pembicaraan dua perempuan tersebut.

"Udah, Ro?" Suara Kaelyn terdengar menyahuti.

Aero mengangguk. Ia melangkah mendekati ibunya lalu menjulurkan tangannya. "Pop udah nunggu di bawah."

Air mata Ghiana seketika tumpah. Aero dengan cekatan menyapu air mata tersebut dengan sapu tangannya.

"Don't ruin your make up, Mom. You are so beautiful," lirih Aero. "Ayo, aku yakin Pop udah nggak sabar ngeliat pengantinnya yang sangat cantik ini."

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang