Sembilan

405 36 0
                                    

Kaelyn mendengkus kecil ketika melihat sosok sahabatnya yang bergabung sarapan bersama keluarganya pagi ini. Gadis itu memasang wajah jutek lalu duduk diantara Ardian dan Barra. Sepertinya kursi itu sengaja dikosongkan untuknya.

"Muka kamu kok ditekuk gitu, Dek? Nggak suka ya liat Kakak?"

Niatnya ingin jutek pada Ardian karena tidak menjemputnya kemarin, tapi malah kakak sulungnya yang sedang hamil muda yang merasa ia juteki. Kaelyn meringis lalu menggeleng cepat. Bisa-bisa ada drama pagi ini jika tidak diluruskan segera. Sejak hamil, Jazmyn dinobatkan sebagai drama queen di keluarga meraka.

"Bukan gitu, Kak. Aku suka kok Kakak sarapan disini, bareng keponakanku pula."

"Mas, besok kita sarapan di rumah aja. Kaelyn nggak suka kita disini. Dia jutekin aku." Bukannya mendengarkan penjelasan Kaelyn, ibu hamil satu ini malah merajuk manja pada suaminya yang sedang melahap sarapannya dengan tenang. Untung Garda sudah berpengalaman menghadapi istrinya yang akhir-akhir ini makin manja dan baperan.

"Kaelyn nggak bilang gitu loh, Sayang. Mana mungkin seorang adek nggak suka liat kakaknya disini?" Garda mengusap pelan kepala Jazmyn. Bicara dengan Jazmyn harus ekstra lembut dan hati-hati. Jika tidak ia akan tersinggung dan menangis keras. Hormon kehamilan mengusai Jazmyn saat ini.

"Tapi Mas-"

"Suami kamu bener, La. Ayah yang jitak Kaelyn nanti kalau dia jutekin kamu. Lanjut makan lagi, gih. Kasian cucu Ayah kelaperan." Cakra yang duduk di kepala meja menatap sulungnya lembut. Lalu ia menatap bungsunya dengan tatapan peringatan yang dibalas ringisan kecil oleh Kaelyn.

"Kamu sih Dek cari gara-gara. Kakak kita lagi super sensi gitu malah kamu kasih muka jutek," bisik Barra. Jangan sampai yang ia ucapkan terdengar oleh Jazmyn. Bisa-bisa Jazmyn merajuk lagi.

"Aku nggak jutekin kak Jazzy, Kak. Maunya jutekin si curut sebelah ini." Kaelyn menyikut kecil lengan Ardian kesal. Ardian yang sadar hanya terkekeh kecil seraya meringis. "Malah kak Jazzy yang baper."

"Berantem mulu kalian berdua kayak kucing sama tikus. Tapi yang bikin herannya kalian malah makin lengket. Persahabatan macam apa yang kalian jalani?" geleng Barra heran.

"Makanya punya sahabat kecil plus tetangga rumah, Kak. Lo bakal tahu resep rahasianya," balas Ardian.

"Punya sahabat macam Kaelyn? Nggak deh, makasih. Satu adek aja udah cukup."

"Kalian berdua matanya aku colok pake garpu, ya?" Ardian dan Barra memang kolaborasi yang sangat menyebalkan jika mem-bully Kaelyn seperti ini. Mereka akan terus membuat Kaelyn kesal hingga Kaelyn mengamuk. Kaelyn kadang heran, yang bersahabat dengan Ardian kan dirinya, tapi kenapa ia yang selalu diusili oleh dua laki-laki itu.

"Kalian bertiga kok bisik-bisik gitu? Lagi gibahin Kakak ya?"

Ardian, Kaelyn, dan Barra kompak beristighfar karena diserang tiba-tiba oleh Jazmyn yang duduk berhadapan dengan mereka. Salah lagi.

"Suudzon mulu sih, Kak. Lagi ngomongin Kaelyn nih, bukan Kakak," gerutu Barra.

"Bukan ngomongin, tapi nge-bully aku," koreksi Kaelyn cepat. Biar orang tuanya tahu sekalian jika si bungsu sering diusili oleh kakak dan sahabatnya. Siapa tahu dibelakan?

"Idih, situ ngadu apa gimana?"

"Berantem mulu ih kalian. Contoh Ardian, kalem dari tadi," decak Jazmyn.

"Nggak usah pura-pura kalem lo." Kaelyn berbisik lirih seraya mencubit paha Ardian keras yang membuat laki-laki itu tersentak kesakitan.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang