Enam

527 41 0
                                    

Kaelyn menatap pantulan dirinya di cermin, menilai apa yang kurang dari penampilannya. Baju oversize berwarna milo dipadukan dengan hotpants putih melekat sempurna di tubuhnya. Kaelyn sudah merias sederhana wajahnya agar terlihat lebih fresh. Ia memegang rambutnya yang tergerai, menimbang apakah diikat atau dibiarkan saja begitu. Kaelyn hendak meraih ikat rambutnya ketika ponselnya berbunyi nyaring. Kaelyn segera meraih ponselnya yang terletak di atas kasur. Ternyata video call dari sepupunya yang tinggal di benua berbeda dengannya.

"Kae!" Wajah sumringah Milky terlihat memenuhi layar ketika Kaelyn mengangkat panggilan video dari sepupunya itu.

"Milky tidur!" tegur Kaelyn. Milky yang sedang berada di New York dimana waktunya terpaut dua belas jam dengan waktu Indonesia bagian barat terkekeh kecil karena hal seperti ini selalu terjadi ketika ia menghubungi Kaelyn larut malam seperti ini.

"Aku baru aja marathon drakor. Aku nggak bisa tidur karena bayangin cowok-cowoknya yang ganteng pake banget," desah Milky seraya mesem-mesem sendiri. Kaelyn mencibir sepupunya yang lebih doyan laki-laki asal negeri ginseng daripada bule yang berkeliaran disekitarnya setiap hari.

"Aku masih bingung sama selera kamu. Lebih suka cowok Asia mata sipit daripada bule ganteng mata biru."

"Kamu nggak tahu aja pesona cowok Asia yang luar biasa bikin meleleh," cibir Milky. "Eh kamu kok tumben rapi weekend gini? Mau kencan ya?"

"Kencan mulu yang dipikirin sama playgirl satu ini. Mau pergi sama Ardian," jawab Kaelyn. Gadis itu beranjak menuju meja rias lalu meletakkan ponselnya bersandar pada cermin sehingga ia bisa mengikat rambutnya sambil tetap berbicara pada Milky. Kaelyn merapikan rambutnya dengan sisir sebelum mengucir rambutnya.

"Ardian oppa?!" pekik Milky dari seberang sana. Kaelyn mendengkus kesal melihat Milky yang selalu bersemangat ketika mendengar nama Ardian.

"Dia masih muda bukan opa-opa," ketus Kaelyn.

"Ih Kae. Nggak gaul banget. Kenalin dong aku sama Ardian oppa. Dia ganteng banget."

"Nggak. Malu-maluin aku doang ngenalin kamu sama Ardian. Kamu pasti bakal jejeritan nggak jelas. Udah ah. Aku mau pergi."

"Kae mah gitu. Selalu pelit sama sepupu sendiri."

"Aku matiin ya. Kamu tidur sana. Jangan sampai kena razia sama om Wira lagi." Kaelyn mematikan panggilan dari Milky lalu melanjutkan mengikat rambutnya. Sudah hampir jam dua. Ia harus segera selesai bersiap jika tidak ingin mendengar omelan Ardian.

"Kae, Ardian nih!" Suara Barra terdengar samar ketika Kaelyn merapikan ikatan rambutnya. Kaelyn buru-buru mengambil tas selempangnya lalu bergegas menuruni tangga. Di ruang keluarga ia dapat melihat Ardian duduk disamping Barra yang sedang bermain PS.

"Yuk, Yan," ajak Kaelyn. Ardian menoleh lalu menatap Kaelyn sebentar. Matanya seperti sedang menilai penampilan Kaelyn. Kaelyn jadi deg-degan ditatap seperti itu oleh laki-laki yang ia sukai.

"Celana lo nggak kependekan?" komen Ardian. Hotpants Kaelyn hanya sepanjang setengah pahanya.

"Males ganti, Ian. Lagian ini masih wajar kok," rengek Kaelyn. Ia tahu setelah ini Ardian akan menyuruhnya mengganti celana.

"Buru bawa tuh bocil pergi, Yan. Gue mau konsen main nih. Denger suara cemprengnya gue nggak bisa fokus," celutuk Barra tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Tangannya sibuk dengan stick PS.

Kaelyn menggeram kesal karena diledek kakaknya, menarik kuat rambut belakang Barra sehingga laki-laki itu hampir saja terjungkal kebelakang karena Kaelyn melepaskan begitu saja tangannya. Barra mengusap kepalanya yang terasa perih.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang