Sebelas

404 43 0
                                    

Aero mengunci pintu ruang BEM setelah menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam disana. Tadinya ia hanya berencana mengambil proposal kegiatan gabungan dengan FKG yang diletakkan Revan di dekat komputer BEM. Tapi Aero terlalu penasaran dengan isi proposal kegiatan itu dan memutuskan untuk membacanya disana. Ia bahkan mengoreksi serta menandai bagian yang ia tidak mengerti. Benar-benar panutan.

Ketika Aero hendak menyimpan kunci ruang BEM di tasnya, ponselnya berbunyi. Aero mengambil ponsel yang berada di saku celananya dan memeriksa siapa yang menelponnya. Ternyata adik sepupunya, Allegra.

"Hallo, Alle," sapa Aero.

"Hallo, kak Ro. Kakak dimana?"

"Masih di kampus, Le. Mau pulang. Kenapa?"

"Kakak mau nggak nolongin aku? Mampir ke toko buku terus beliin aku novel. Aku janji mau ngasih temanku novel sebagai kado ulang tahunnya besok. "

"Hah? Novel apaan, Le? Kakak nggak tahu soal novel gitu. Minta tolong ke kakak kamu aja. Dia pasti lebih tahu," kata Aero menolak. Mana tahu laki-laki itu tentang novel dan teman-temannya. Baca komik saja dia jarang, apalagi novel.

"Aku sama Kakak lagi dihukum Papa seminggu ini. Nggak boleh keluar rumah selain ke kampus atau sekolah. Terserah kakak milih novel apa aja, yang penting ada kisah cintanya. Kakak cari aja yang best seller biar gampang. Tolongin ya, Kak? Temanku ulang tahunnya besok. Meskipun aku nggak hadir besok di pesta ulang tahunnya, setidaknya aku ngirim hadiah," bujuk Allegra dari seberang sana.

"Tapi Le-"

"Please, Kak. Mau ya?" Suara memelas Allegra berhasil membuat Aero tidak mampu menolak . Aero menghela napasnya kasar. Mau tidak mau saat ini ia harus ke toko buku saat ini juga. Menunda pulangnya.

***

Akhirnya dengan terpaksa dan setengah hati, Aero sudah menginjakkan kakinya di lantai toko buku berlantai empat itu. Hawa dingin dari air conditioner segera menerpa tubuh Aero yang berbalut kaos dan jaket jeans. Aero memandang sekitarnya, bingung mencari lokasi rak novel di toko buku besar ini.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" Tiba-tiba seorang pramuniaga menghampirinya dan bertanya ramah. Sepertinya pramuniaga itu menyadari kebingungan Aero.

"Anu Mbak, kalau mau nyari novel, dimana ya?"

"Novel ada di lantai tiga, Mas. Mau saya antar?"

"Nggak usah, Mbak. Makasih ya." Aero tersenyum sopan sebelum meninggalkan pramuniaga itu. Ia menaiki undakan tangga hingga tiba di lantai tiga. Ketika menginjakkan kaki di lantai tiga, Aero disambut rak-rak yang berisi berbagai macam novel. Aero segera mencari rak yang biasanya memajang novel best seller. Dia akan membeli novel yang ada disana seperti pesan Allegra tadi.

Setibanya disana, Aero kembali bingung. Ada sepuluh novel yang dipajang disana dan rata-rata isinya mengenai percintaan. Aero bingung harus memilih yang mana. Masa ia beli sepuluh novel itu?

"Aero?"

Aero tersentak begitu ada yang memanggilnya. Aero membalikkan badannya, mendapati seorang gadis yang ia kenal belum lama ini berdiri tidak jauh darinya.

"Hai, Kae," sapa Aero sedikit terkejut. Tidak menyangka akan bertemu Kaelyn di toko buku.

"Lo ngapain? Mau beli novel?" Aero mengangguk. Ia menggaruk tengkuknya canggung. Malu karena dipergoki Kaelyn sedang mencari novel.

"Cari novel apa?" tanya Kaelyn lagi.

"Nggak tahu. Adek sepupu gue nitip novel yang isinya ada cinta-cintaan gitu. Gue jadi bingung sendiri mau beli yang mana. Dia cuma suruh beli tapi nggal sebut judul."

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang