Kaelyn sedang berada di fase sangat sibuk. Tiga minggu lagi Baksos akan dilaksanakan. Ia dan seluruh panitia sibuk menyiapkan semua keperluan Baksos yang serba mepet ini. Kaelyn bahkan hampir tiap hari berada lebih lama di kampus karena mendiskusikan mengenai Baksos bersama panitia atau pun dosen.
"Kae, izin peminjaman alat dari RSGM belum turun. Gue udah nemuin Bang Dino-staff RSGM yang bertanggung jawab tentang alat-kemarin, katanya dia belum nerima surat izin dari pimpinan RSGM," lapor Genta-kordiv perlangkapan-di rapat sore hari itu.
"Gue coba konfirmasi lagi ke Dokter Rajat besok. Seminggu yang lalu beliau bilang suratnya bakal segera dibuat," sahut Kaelyn seraya menulis di catatannya-sebagai pengingat apa saja yang harus ia lakukan. "Lokasi gimana, Na? Aman?"
"Aman, Kae. Seminggu sebelum acara kita udah bisa masang poster sama spanduk di sekitar kawasan sana. Pesanan gue udah lo catat, Gen?" Liana-kordiv humas-bertanya pada Genta.
"Design poster, spanduk, sama banner belum gue terima dari pubdok. Kata mereka paling telat hari rabu minggu depan. Setelah dapat design, anggota gue bakal langsung ke percetakan. Humas kapan rencananya ke sana?"
"Semingguan lagi kayaknya. Sebelum Minggu gue udah dapat poster sama banner-nya ya, Gen." Genta mengangguk menyanggupi.
"Buat kestari, jangan lupa siapin print out daftar nama co-ass yang jadi delegasi. Jumat setelah ujian minggu depan, kita ada rapat sekaligus briefing sama delegasi. Insert dari delegasi udah lunas semua, jadi kita bisa bagiin baju Baksos sekalian di hari Jumat itu," jelas Kaelyn. "Ada pertanyaan atau kendala lain dari teman-teman?"
Ananta-kordiv danus- mengangkat tangan. "Bantuan dari PT Tabeka udah cair. Beberapa hari yang lalu gue ditelepon sama pihak mereka dan mereka udah transfer ke rekening kita. Mereka juga pesan jangan lupa masukin logo mereka ke poster, banner, sama spanduk."
"Makasih, Nan. Pubdok jangan lupa sama semua permintaan divisi lain," kata Kaelyn tegas. "Ada lagi?"
Semua peserta rapat yang terdiri dari inti, kordiv, dan gubernur BEM menggeleng.
"Kalau gitu, kita akhiri rapat sore ini. Kita akan rapat bidang hari senin jam tiga. Jangan lupa ingetin anggotanya. Nggak ada yang boleh izin kecuali dengan alasan sangat mendesak dan harus izin langsung ke gue. Baksos kita makin deket, kita nggak bisa main-main lagi. Oh ya, kemungkinan kita juga akan rapat sama dosen-dosen. Gue masih belum dapat info pasti kapan harinya, kemungkinan di minggu ujian. Yang ikut rapat presidium doang. Dari sekarang siapin semua list persiapan kita atau pertanyaan ke dosen. Sampai sini, ada pertanyaan?"
"...."
"Oke, kayaknya nggak ada. Kita tutup rapat hari ini. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
***
Aero menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hampir pukul lima sore. Aero sedang menunggu Kaelyn yang sedang rapat. Awalnya Kaelyn menolak ajakan Aero untuk pulang bersama karena ia pasti akan membuat Aero menunggu. Ia akan pulang sendiri dengan transportasi umum. Namun, Aero bersikeras ingin pulang bersama dengan alasan ia juga harus mengurus sesuatu yang berkaitan dengan BEM sehingga ia tidak akan menunggu. Nyatanya, urusan BEM Aero lebih cepat daripada rapat Kaelyn sehingga laki-laki itu tetap harus menunggu. Tapi tak apa bagi Aero. Ia rela.
Omong-omong tentang BEM, sebenarnya Aero tidak pernah membayangkan dirinya berada di posisi sebagai gubernur BEM. Dari pertama kali ia menginjakkan kaki di lantai FEB, ia tidak berencana menjadi gubernur BEM. Kalau menjadi seorang aktivis kampus, mungkin ada. Tapi, tidak sampai menduduki jabatan tertinggi di BEM FEB seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amare
RomanceAmare (n.) A feeling of deep romantic or sexual attachment to someone. Cinta itu aneh. Kamu tidak tahu apa alasannya muncul atau menghilang. Kamu juga tidak bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa. Semua yang dilakukan cinta padamu adalah kejutan y...