Empat Belas

376 42 0
                                    

Revan
Kae, sorry. Gue tiba-tiba tumbang dan harus dirawat di rumah sakit.
Gue kena tifus.
Gue minta Aero gantiin gue, gapapakan?
Dia udah paham kok sama kegiatan kita. Selama ini gue sering diskusi sama dia.
Lo merangkap jadi ketua pelaksana ya? Anak-anak gue nggak ada yang berani ambil posisi gue karena mereka juga sibuk sama beberapa proker lain. Aero bakal bantu nge-back up lo.
Sekali lagi, maaf banget😞
Sampein juga maaf ke gue panitia dari FKG yang lain.

Kaelyn menahan pekikannya ketika membaca pesan singkat dari Revan. Kegiatan S3 akan dilaksanakan kurang lebih delapan hari lagi tapi ketua pelaksananya sakit dan dirawat di rumah sakit. Kaelyn tahu tifus bukan penyakit dengan pengobatan yang sebentar. Butuh beberapa hari bahkan minggu berada di rumah sakit dan tetap harus istirahat meskipun sudah pulang dari rumah sakit. Revan sudah dipastikan tidak akan hadir ketika kegiatan mereka berlangsung dan hal itu sukses membuat Kaelyn panik seketika.

"Kenapa, Kae?" tanya Genta. Ia yang awalnya sibuk mengecek alat dan perlengkapan apa saja yang belum dilengkapi untuk kegiatan S3 sabtu depan menoleh begitu mendengar pekikan tertahan dari Kaelyn.

"Revan masuk rumah sakit karena tifus," jawab Kaelyn lesu. Jawaban Kaelyn tersebut tidak hanya didengar oleh Genta, tapi Haikal, Susan, Liana, dan Jefri. Agenda mereka siang ini adalah rapat presidium kegiatan S3 bersama BEM FEB.

"Hah? Gimana, Kae?"

"Revan sakit tifus. Dia minta maaf nggak bisa hadir di sisa persiapan kegiatan dan udah pasti nggak juga hadir pas kegiatan. Dia minta gue gantiin dia merangkap jadi ketua pelaksa. Aaa gue bisa gila!" Kaelyn meremas rambutnya frustasi. Ia dan Revan sudah berbagi job desc ketika hari H nanti. Ia tidak mungkin meng-handle semua kegiatan tanpa Revan. Kegiatan sikat gigi massal akan diadakan bersamaan dengan kegiatan sosialisasi menabung sejak dini. Mereka hanya diberi waktu dari pukul sepuluh hingga pukul dua belas siang oleh pihak sekolah. Oleh karena itu mereka harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

"Anggotanya nggak ada yang bisa gantiin dia?" tanya Haikal.

"Nggak. Mereka juga lagi sibuk sama proker lain jadinya nggak ada yang berani megang langsung. Tapi kata Revan, Aero bakal gantiin dia meskipun tetap gue harus merangkap."

"Tenang, Kae. Gue yakin kegiatan kita bakal tetap berjalan lancar. Lo nggak sendiri." Haikal menepuk bahu Kaelyn, memberi kekuatan pada gadis itu. Kaelyn tersenyum kecil lalu mengangguk. Meskipun ia tetap memiliki kekhawatiran dalam dirinya. Ia dan Revan sudah menyusun dengan baik apa yang akan mereka lakukan. Meskipun Revan digantikan, Kaelyn masih merasa tidak yakin.

Lima belas menit kemudian, panitia dari BEM FEB datang. Aero segera menghampiri Haikal yang duduk bersebelahan dengan Kaelyn. Ia menepuk pundak sahabatnya lalu duduk disebelah Kaelyn.

"Lo udah tahu kabar dari Revan?" tanya Aero pada Kaelyn. Kaelyn mengangguk.

"Tadi Revan chat gue."

"Gue bakal bantu lo ambil alih bagian Revan. Gue tahu nggak mungkin lo semua yang handle," kata Aero. Kaelyn mengangguk kecil.

"Dari FEB udah lengkap? Bisa kita mulai rapatnya?"

***

Semua anggota rapat sudah bersiap pulang setelah menghabiskan waktu selama empat puluh menit untuk rapat. Mereka sudah hendak meninggalkan ruang BEM FKG namun tertahan ketika Susan mendekati Kaelyn dan memperlihatkan layar ponselnya pada Kaelyn.

"Dinas pendidikan nggak mau ngasih surat izinnya kalau lo sama Revan nggak langsung kesana," kata Susan khawatir. Mata Kaelyn menyipit membaca pesan dari salah satu anggota humas yang hari ini ditugaskan meminta surat izin mengadakan kegiatan dari dinas pendidikan. Surat izin tersebut merupakan salah satu syarat dari sekolah tempat mereka melaksanakan kegiatannya.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang