Tiga Puluh Empat

266 24 0
                                    

Kaelyn sedang belajar ketika Aero datang berkunjung ke rumahnya. Aero lupa jika hari senin depan Kaelyn mulai ujian blok, padahal Kaelyn sudah mengingatkan beberapa hari yang lalu. Jadwal ujian FKG dan FEB memang berbeda. FKG biasanya lebih duluan beberapa minggu dari FEB karena menggunakan sistem pembelajaran yang berbeda. Jika FEB mengenal UTS dan UAS, FKG hanya mengenal ujian blok dan osce.

"Kita punya rencana ketemu hari ini?" tanya Kaelyn heran melihat Aero di rumahnya.

"Enggak, sih. Tapi aku pengen ketemu aja. Biasanya tiap sabtu aku juga ke sini."

"Kamu nggak lupa kan aku senin depan ujian blok?"

Aero menepuk dahinya. Ia lupa. Pantas saja Kaelyn heran dengan kedatangannya. Biasanya, meskipun tidak direncanakan sebelumnya, Kaelyn tidak pernah bertanya kenapa ia tiba-tiba datang. "Astaga, aku lupa."

"Belum tua tapi udah pikun," ejek Kaelyn. Aero mengacak gemas rambut Kaelyn.

"Ya udah deh, aku pulang aja. Semangat belajarnya."

"Ro, tunggu." Kaelyn menahan Aero yang hendak pergi. "Aku bentar lagi udahan belajarnya. Kalau kamu mau, kamu boleh di sini aja," lirih Kaelyn. Ia menundukkan kepalanya malu. Kaelyn tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sehingga menawarkan Aero tetap tinggal. Mungkin ia merasa kasihan karena Aero sudah terlanjur datang, atau mungkin ia memang menginginkan kehadiran Aero ditengah kemumetannya belajar.

"Beneran? Aku nggak ganggu kamu?"

"Iya," angguk Kaelyn masih dengan mata menatap lantai.

"Kok nunduk, sih?" Aero terkekeh kecil melihat tingkah malu-malu Kaelyn namun menggemaskan di matanya.

"Masuk aja, yuk." Tanpa memedulikan godaan Aero, Kaelyn masuk duluan ke dalam rumah. Namun, ia merasakan tidak ada orang yang mengikutinya setelah beberapa langkah ia berjalan. Kaelyn menoleh ke belakang, mendapati Aero masih berdiri di luar dengan senyum yang terkulum. Kaelyn cemberut, menyadari Aero mengerjainya. "Masuk, Ro."

Aero tertawa karena berhasil mengerjai kekasihnya. Laki-laki berambut coklat itu masuk dan menutup pintu, sebelum Kaelyn makin cemberut.

"Aku belajar di ruang keluarga. Kamu mau nunggu di sana atau gimana?"

"Kalau aku di sana, kamu keberatan?"

Kaelyn menggeleng. "Asal kamu nggak iseng gangguin aku."

"Nggak janji," jawab Aero jahil.

"Ih, Ro." Kaelyn menyubit pinggang Aero yang membuat Aero meringis kesakitan.

"Ssh, pedih banget cubitan kamu."

"Siapa suruh kamu jahil banget."

"Iya-iya. Nggak aku ganggu."

Aero dan Kaelyn duduk lesehan di atas karpet tebal yang berada di ruang keluarga. Sebuah meja bundar dengan kaki pendek ada di hadapan mereka-yang di atasnya penuh dengan print-an materi untuk ujian blok. Tampak bahwa kertas-kertas tersebut sudah dicoret dengan stabilo atau pun ada catatan kecil di ujung kertasnya.

"Anak FKG emang gini, ya?" celutuk Aero. Ia mengambil kertas materi di atas meja lalu melihat-lihat sekilas isinya.

"Gini gimana?"

"Rajin kayak kamu."

"Semua orang rajin kali kalau mau ujian. Udah, ah." Kaelyn merebut kertas yang dipegang Aero lalu mendorong pelan tubuh laki-laki itu. "Aku belajar dulu. Nanggung banget ini. Inget ya, kamu nggak boleh usil gangguin aku."

"Siap, Ibu Bos," hormat Aero.

Selagi Kaelyn fokus dengan kertas-kertas dihadapannya, mata Aero menjelajah sekeliling. Rumah Kaelyn terlihat sepi hari ini. Ntah ke mana para penghuni rumah yang lain di hari sabtu ini?

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang