Dua Puluh Dua

345 29 2
                                    

Aero
Good morning, Babe.

Kaelyn baru saja bangun ketika Aero mengirimkan pesan singkat padanya. Kaelyn yang tidak biasa menerima pesan manis semacam itu merasakan perutnya tergelitik geli.

Kaelyn
Pagi, Ro.
Masih pagi udah manis aja🤭

Aero
Supaya kamu cepat luluh.
Pagi ini aku jemput ya?

Kaelyn
Kalau telat, aku pergi duluan.

Aero
Siap, Bos.

Setelah membalas pesan Aero, Kaelyn langsung menghubungi Ardian. Mengatakan bahwa pagi ini ia tidak berangkat bersama laki-laki itu. Ardian yang masih setengah sadar ketika mengangkat telepon Kaelyn manut saja. Laki-laki itu banyak menjawab dengan deheman. Kaelyn yang kurang yakin dengan jawaban setengah sadar itu tetap mengirim chat pada sahabatnya. Bisa saja Ardian lupa dan tetap ke rumah Kaelyn, menjemputnya seperti biasa.

Pintu kamar Kaelyn terbuka tiba-tiba saat Kaelyn selesai melipat alat solatnya. Kaelyn tidak pernah mengunci pintu kamarnya saat tidur karena larangan dari orangtuanya. Begitupun Barra dan Jazmyn saat masih tinggal disini dulu. Kata Aletta agar gampang mengecek kamar anak-anaknya, takut terjadi sesuatu yang buruk.

Sosok Jazzy dengan daster dan kardigan yang melapisi tubuhnya adalah pelaku yang membuka pintu kamar Kaelyn tanpa permisi. Ibu hamil itu menghampiri adiknya yang keheranan. Tentu saja Kaelyn heran. Kenapa kakaknya tiba-tiba muncul saat masih subuh begini? Biasanya Jazmyn datang saat matahari sudah muncul.

"Loh Kak, kok udah di rumah aja?"

"Kamu larang Kakak pulang ke rumah?" cemberut Jazmyn. Kaelyn lupa kalau Jazmyn sedang dalam mode gampang tersinggung.

"Maksudnya tumben jam segini Kakak ke rumah. Biasanya paling cepet jam setengah tujuh," koreksi Kaelyn buru-buru. Jangan sampai kakaknya menangis karena kasihan kakak iparnya yang harus membujuk sang istri agar berhenti menangis.

"Kae, masakin Kakak nasi goreng dong," pinta Jazmyn. Ia duduk di atas kasur Kaelyn seraya menatap sekeliling kamar ber-wallpaper unicorn itu.

"Hah? Nggak salah nih Kakak minta masakin nasi goreng?" Meskipun Jazmyn sering ngidam yang aneh-aneh, tapi selama ini wanita itu tidak pernah melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Sejak kecil, Jazmyn tidak pernah mau dan bisa sarapan dengan nasi. Ia lebih suka roti dan segelas susu. Jikapun ia tidak menemukan dua hal tersebut, Jazmyn lebih memilih tidak sarapan sama sekali. Ia bisa muntah jika memaksakan makan nasi di pagi hari.

Namun kini, karena kehamilannya, Jazmyn tiba-tiba ingin makan nasi. Nasi goreng pula. Apakah ngidam bisa membuat seseorang berubah seperti ini?

"Debaynya pengen banget makan nasi goreng. Tapi buatan ate Kae sama pupu Barra." Jazmyn mengelus perutnya yang membucit. Puppy face andalannya sudah muncul kepermukaan. Tidak ada yang bisa Kaelyn lakukan lagi selain setuju.

"Matahari belum terbit tapi kamu udah kelaparan. Ini yang rakus kamu atau Maminya sih?" Kaelyn seolah berbicara dengan calon keponakannya yang masih betah bergelung hangat di rahim ibunya.

"Debaynya lah! Aslinya Kakak mana mau makan nasi," bantah Jazmyn.

"Iya-iya. Aku ke dapur sekarang deh. Ada kuliah pagi soalnya. Kak Barra udah bangun, Kak?"

"Nggak tahu. Tadi pas mau ke kamar Barra dilarang sama Garda. Katanya sih dia yang mau bangunin."

Kaelyn terkekeh melihat kakak iparnya yang masih cemburu pada Barra. Salah Jazmyn juga sih yang terlalu manja pada Barra sejak ia hamil. Jadi suaminya merasa tersaingi oleh adik ipar sendiri.

AmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang