Aero dan ketiga sahabatnya memiliki kebiasaan nongkrong setiap rabu malam. Kenapa tidak malam minggu? Karena pada malam itu biasanya digunakan untuk berpacaran, bagi yang punya pacar. Jomblo kayak Haikal sih di rumah aja. Kalau kata orang-orang, menuhin jalan doang para jomblo kalau keluar pas malam minggu. Oh satu lagi lupa, yang LDR kayak Revan juga di rumah aja, pacaran lewat ponsel.
"Gue perhatiin sejak pacaran sama Kaelyn, muka lo lebih cerah bercahaya gitu. Glowing, shimering, splendid. Ganti skincare ya lo?" celutuk Haikal.
"Guoblog!" Revan melempar Haikal dengan kentang goreng. "Jomblo diam aja. Nggak akan ngerti gimana rasanya pacaran. Lagian mana ada glowing, shimering, splendid. Shining, shimering, splendid kali ah."
"Belagu amat lo, kang LDR. Gini-gini gue juga pernah pacaran. Lo kira gue jomblo abadi?" kesal Haikal tidak terima dikatai.
"Emang gitukan? Udah empat tahun tapi masih setia menyandang status jomblo. Apa nggak jomblo abadi itu namanya?" Meskipun cara bicaranya kalem, tapi perkataan Abi menusuk relung hati Haikal yang paling dalam.
"Bi, sakit tahu nggak. Sakit banget disini." Haikal meremas baju bagian dadanya, mendramatisir keadaan dengan pura-pura terluka. "Lo melukai hati gue yang lebih lembut dari pantat bayi."
"Ngucap, Kal." Revan menyapukan telapak tangannya ke wajah Haikal, membuat Haikal makin kesal.
"Capek banget gue jadi bahan bully-an kalian terus. Nggak ada wibawanya gue jadi gubernur BEM FKG," gerutu Haikal.
"Emang lo nggak punya wibawa. Gue aja heran kenapa lo bisa kepilih. Lo sogok berapa tuh anak-anak FKG buat milih lo?"
"Meskipun gue keturunan sultan, nggak level banget gue main sogokan. Anak FKG tahu kharisma, wibawa, dan jiwa kepemimpinan gue. Nggak kayak lo semua. Dzolim mulu kerjaannya ke gue," tunjuk Haikal ke wajah para sahabatnya satu-persatu. Aero yang diam dari tadi juga kena.
"Diam aja gue salah, Kal," kata Aero.
"Lo kalau ngomong juga bakal bully gue. Eh, balik ke topik awal. Lo bahagia ya pacaran sama Kaelyn? Berseri terus mukanya," tanya Haikal.
"Pertanyaan lo nggak mutu banget. Nggak ada orang pacaran yang nggak bahagia, dodol." Revan menoyor kepala Haikal. "Kelamaan jomblo bikin lo lupa rasanya pacaran. Cari pacar sono. Rasain indahnya dunia karena punya pacar."
"Heh! Kepala gue ini masa depan gue. Gue jaga seperti anak sendiri. Enak aja lo toyor sesuka hati. Gue toyor balik lo." Haikal yang tidak terima, menoyor balik kepala Revan. Akhirnya, dua orang itu saling toyor-toyoran. Aero dan Abi hanya sebagai penonton.
Sekitar lima menit kemudian, Haikal dan Revan belum terlihat akan berhenti. Mereka masih gelut dengan tangan yang aktif saling menoyor dan mulut yang berkicau terus macam bayi burung belum dikasih makan. Aero melihat ke arah Abi. Abi menghela napas, menangkap maksud dari tatapan Aero. Laki-laki itu berdiri dari duduknya yang diikuti oleh Aero. Aero menarik Revan menjauh lalu mendudukkan laki-laki itu disebelahnya. Sedangkan Abi memegang tangan Haikal agar tidak brutal lagi. Posisi duduk mereka sekarang bertukar. Abi yang awalnya duduk disebelah Aero, jadi di depan Aero, menggantikan Revan yang sebelumnya duduk disana. Sedangkan Revan duduk di kursi Abi.
Inilah yang selalu Aero dan Abi lakukan jika Haikal dan Revan mulai gelut. Mereka tidak akan berhenti sebelum dipisahkan, meskipun hanya saling toyor seperti tadi.
"Kayaknya kelakuan lo berdua yang mirip anak kecil ini udah jadi ritual tiap kita ngumpul. Heran gue sama kalian, gelut mulu," kata Abi.
"Si jomblo tuh yang salah," bela Revan tidak mau disalahkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amare
RomanceAmare (n.) A feeling of deep romantic or sexual attachment to someone. Cinta itu aneh. Kamu tidak tahu apa alasannya muncul atau menghilang. Kamu juga tidak bisa memilih akan jatuh cinta pada siapa. Semua yang dilakukan cinta padamu adalah kejutan y...