46- PUTUS?

213 31 35
                                    

Semoga suka^^
•••

Nayyara mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar ucapan Nolan yang terlihat serius. Ia mengalihkan pandangannya, ia tidak suka Nolan bicara seperti itu. Seolah ia dan Nolan akan pisah.

Nayyara memilih mengarahkan pandangannya ke luar jendela, sekarang suasana di mobil menjadi sunyi dan canggung. Bahkan Nolan tidak mau berbicara apa-apa lagi, lelaki itu sedang bergelut dengan pikirannya.

Untungnya mereka sudah sampai di sebuah restauran, Nayyara langsung turun dari mobil. Entah mengapa mood Nayyara mendadak buruk. Sedangkan di mobil, Nolan mengusap wajahnya frustasi. Segera ia keluar mobil mengikuti Nayyara.

"Meja nomor?" tanya Nolan membuka pembicaraan, Nayyara menoleh sejenak.

"Delapan," jawab Nayyara singkat. Keduanya langsung berjalan menuju meja nomor delapan. Di sana sudah ada Nafa, Nico, Narendra juga Natasha. Nolan dan Nayyara segera ikut duduk.

"Telat ya?" tanya Nolan sembari duduk, yang lainnya menggeleng. Di meja yang muat delapan orang itu sudah tersedia banyak makanan. Yang tentunya dengan harga bukan kaleng-kaleng.

Dengan berbagai bincang-bincangan kecil, mereka mulai makan malam. Diselangi dengan berbagai candaan, di sini Natasha merasa canggung sendiri. Apalagi ia tidak akrab dengan Nayyara.

"Gimana rasanya pacaran?" celetuk Nolan bertanya, semuanya langsung mengalihkan pandangannya pada Nolan. Dan tiba-tiba Nico mengangkat kedua jempolnya ke depan wajah Nolan.

"Mantab! Mantabb!!"

Seketika Nafa mencubit perut Nico, membuat si empunya meringis kesakitan. Yang lainnya mungkin cukup kaget karena tiba-tiba Nafa dan Nico jadian. Apalagi Narendra dan Natasha.

"Udah ngapain aja lo sama Nafa?" tanya Narendra memancing, Nico hanya nyengir seraya melirik genit Nafa.

Sejauh ini mereka hanya pacaran di batas normal. Hanya sekadar pelukan, pegangan tangan, dan bahkan belum melakukan ciuman apapun. Termasuk di pipi saja belum, apalagi bibir.

"Main aman sih," jawab Nico lesu. Nafa menenggelamkan wajahnya di belakang punggung Nico karena malu terus-terusan menjadi bahan obrolan.

"Rencana nikah kapan nih?" Lagi-lagi pertanyaan konyol itu dari mulut Nolan.

"Nafsu banget lo, Lan," cibir Nico seraya menoyor kepala Nolan. Nolan hanya terkekeh saja.

Nolan melirik ke arah Nayyara, ia mendengus karena sedari tadi Nayyara hanya mengaduk-aduk makanannya. Nolan langsung mengambil alih piring Nayyara.

"Eh?"

"Gabisa makan apa?" sinis Nolan, ia menyodorkan suapan nasi pada Nayyara. Awalnya Nayyara gengsi, tapi karena Nolan memaksa akhirnya ia menurut.

Aksi suap-suapan itu membuat yang lainnya memilih tidak peduli. Toh, mereka sudah punya pasangan masing-masing. Tapi Nico merasa iri, ia melirik ke arah Nafa yang mulai makan dengan tenang.

"Aduhhh! Aw aw," ringis Nico seraya memegangi tangan kanannya. Nafa langsung panik mendengar Nico kesakitan.

"Lo kenapa sih?"

"Aduh Yang, tangan aku tiba-tiba keram ini," ucap Nico berbohong. Padahal itu modusnya saja agar Nafa menyuapinya.

"Setiba-tiba itu?" tanya Nayyara curiga, Nico langsung melotot ke arah Nayyara. Tapi setelahnya ia kembali menatap Nafa dengan berganti raut, kembali kesakitan.

"Sakitt Yang, aku gabisa makan ini. Masa pakek tangan kiri. Gabaik."

Nafa memutar bola matanya malas, fakta mengenai Nico yang baru ia tahu ialah Nico itu banyak modusnya. Padahal saat awal-awal pdkt tidak semodus ini.

N & N [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang