65- PERJANJIAN?

132 20 34
                                    

Semoga Suka^^
•••

Nayyara memasuki kamarnya sembari bersenandung riang. Ia menutup kembali pintu kamarnya, begitu senang sebab ia baru saja menghamburkan burung-burung puyuh itu. Melirik sekilas ke Nolan, lalu mengernyit.

Tapi namanya bumil dan sensitif, ia  tetap tak peduli. Ia rebahan di samping ranjang. Tentu membuat Nolan menghela napas jengah.

"Aku cemburu," ucap Nolan memilih mengangkui perasaannya langsung.

Nolan sadar mereka sudah menikah, bukan saatnya untuk gengsi-gengsian lagi. Apalagi soal perasaan. Tapi sepertinya perkataan Nolan itu tidak dipedulikan oleh Nayyara.

Semenjak hamil sikap Nayyara memang menyebalkan sekali. Jadi Nolan harus sabar-sabar. Maklum dan sabar.

"Aku hamil."

Nolan menyipitkan matanya, maksudnya apa itu? Nolan dan semuanya juga sudah tahu jika gadis itu hamil. Untuk apa Nayyara membuat pengakuan macam itu?

Menghela napas, lalu Nayyara mendekatkan dirinya ke Nolan. Ia menaruh kepalanya di paha Nolan, sembari memejamkan matanya.

"Aku hamil. Aku ngidam. Aku sensitif. Aku mau burung puyuh, dan aku pengen siapapun yang kasih burung puyuh itu aku peluk. Dan itu Bang Naufal."

Nolan menghela napas lelah, ia mengusap rambut Nayyara. "Aku kan juga kasih."

"Telat."

Nolan memilih mengalah, ia memang terlambat sebab tadi di jalan macet sekali. Lagi-lagi ia hanya bisa sabar dan maklum.

•••

Jam terus berjalan, tidak akan pernah berhenti sebelum waktunya. Hari terus berganti, bulan demi bulan bergantian. Matahari dan bulan terus bergantian untuk menerangi bumi. Dan tak terasa, kehamilan Nayyara sudah memasuki usia 5 bulan.

Terasa begitu cepat memang. Segala tingkah Nayyara kerap kali membuat Nolan geleng-geleng dan memijat pelipisnya pusing. Tapi dengan sabar Nolan menjalaninya. Menjadi suami siaga itu sedikit susah.

Seperti saat ini, baru Nolan pulang kuliah, ia sudah harus mengantarkan si istri chek-up kandungan di rumah sakit. Ingin tidur dan istirahat, tapi rasa sayangnya pada sang istri mengalahkan itu semua.

Hampir 30 menit Nolan menemani Nayyara antri untuk chek-up. Ngantuk dan lapar. Dua hal itu yang sedari tadi Nolan tahan-tahan. Demi istri dan buah hatinya nanti.

"Kamu laper pasti. Cari makan sana," ucap Nayyara yang peka dengan Nolan.

Ia paham Nolan pasti capek dan lapar. Ia tadi sudah memaksa agar besok saja chek-up nya. Tapi Nolan berikeukeuh, katanya takut terjadi apa-apa dengannya. Padahal telat chek-up sehari saja tidak apa-apa bukan?

"Nggak ah. Aku mau temenin kamu dulu."

"Gapapa, aku juga laper. Cariin makanan ya?"

Nayyara terpaksa bohong dan mengatakan ia lapar, padahal ia sudah sangat kenyang. Tapi jika ia tidak bohong, Nolan tidak akan mau beli makanan.

"Kamu laper? Yaudah aku cariin dulu. Tunggu sini baik-baik ya? Kalau ada apa-apa langsung telpon aku."

Nayyara mengangguki ucapan Nolan. Lelaki itu segera pergi menuju kantin. Benar kan, Nolan akan mau jika itu menyangkut dirinya dan si buah hati.

•••
Nolan berjalan menyusuri kantin rumah sakit yang tidak terlalu ramai. Perutnya sudah berbunyi ramai sejak tadi. Ia segera memesan makanan dan menunggu di salah satu meja.

Ia mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi belum ia sentuh. Banyak notif dari berbagai aplikasinya masuk, tapi Nolan tidak membukanya. Tiba-tiba saja seseorang menarik kursi di hadapannya.

N & N [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang