55- KEPUTUSAN

163 27 22
                                    

Semoga suka
•••
Sebagai seorang kekasih sudah semestinya untuk saling mendukung dan menguatkan. Seperti halnya Nayyara dan Nolan saat ini, dengan genggaman tangan yang tak lepas mereka memasuki rumah Nolan. Detak jantung Nayyara sejak tadi tidak normal, genggaman tangan Nolan tidak juga membuat jantungnya membaik.

Dan di dalam sana sudah banyak orang berkumpul. Ada kedua orang tua Nayyara, serta Nolan, juga Nando, Naufal, Nafa, Nico dan Narendr a. Nolan tersenyum tipis lalu ikut duduk bersama mereka, diikuti oleh Nayyara.

Nolan masih erat menggenggam tangan Nayyara yang dingin dan bergetar. Ia menoleh ke arah Nayyara dan tersenyum lebar, mengisyaratkan untuk tetap tenang.

"Nolan," panggil Pak Alberto pada sang putra. Nolan menoleh dengan tersenyum lebar. "Kenapa kamu mengumpulkan kami semua di sini?" tanyanya.

Ya, memang Nolan yang mengundang mereka semua. Ia juga mendesak sang papa agar cepat pulang ke Indonesia karena Nolan bilang ada hal yang sangat penting.

"Oke, semua makasih udah mau kumpul malam ini," ucap Nolan membuka pembicaraan dengan serius.

"Alah, nggak usah sok serius lo, dek," celetuk Nando dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang mama.

Nolan tidak mempedulikan abangnya itu, ia menatap semua orang yang ada di sana dengan bergantian. Ia menarik napas sejenak sebelum mengucapkan sesuatu.

"Jadi, aku sama Nayyara akan menikah."

Deg! Tentu ucapan Nolan itu membuat semua orang melotot tidak percaya. Mereka menatap Nolan dan Nayyara dengan tatapan tidak percaya. Dan Nayyara hanya mampu menunduk seraya meremas erat tangan Nolan.

Brak!

Tiba-tiba Pak Alberto menggebrak meja dengan kencang, membuat semua orang terlonjak kaget. Tapi Nolan tetap tenang, ia tahu pasti semua orang sudah berpikir negatif.

"Nolan jelasin dulu, pa," ucap Nolan seakan tahu arti tatapan papanya itu. "Kita enggak melakukan hal diluar nikah yang membuat alasan kami akan menikah sekarang. Ini murni kemauan kita, pa."

"Kalian masih kuliah, nikmati saja masa-masa pacaran kalian," ucap Bu Widi.

"Maaf, tante. Tapi kami tidak mau menunda lagi. Untuk menunggu lulus kuliah itu masih terlalu lama. Kita bisa nikah sambil kuliah kan?"

"Apa kamu bisa jamin untuk kelangsungan hidup putri saya? Memangnya kamu bekerja jadi apa?" tanya Pak Ferry mencoba tetap tenang. Nolan tersenyum sejenak.

"Ada Tuhan yang menjamin rezky hamba-Nya, om. Saya tidak khawatir akan hal itu, saya punya Tuhan yang Maha Kaya. Maka saya tidak takut jika kekurangan," jawab Nolan membuat semuanya tercengang.

Pak Ferry cukup terkesima dengan pemikiran Nolan itu. Ia sebenarnya tidak mempermasalahkan jika anaknya akan menikah muda.

"Saya tidak bisa janji untuk terus membahagiakan putri, om. Tapi saya akan bertekad sekeras mungkin untuk tidak menyakiti hatinya, om."

Nayyara merasakan pipinya memanas, Nolan benar-benar menunjukkan keseriusannya di depan banyak orang. Nayyara merasakan matanya berkaca-kaca karena ucapan Nolan.

"Saya hanya ingin sehidup semati dengan Nayyara. Saya tidak tahu umur saya sampai kapan, jadi sebelum Tuhan mengambil saya, saya ingin membangun keluarga kecil bersama gadis yang amat saya cintai."

Nayyara merasakan pelukan di pundaknya, ia mendongak dan melihat Nolan merangkulnya dengan mesra. Dan tangan kirinya menggenggam tangan kanan Nayyara.

"Tolong restui kami."

Nayyara melirik ke arah Nolan, air matanya sudah menetes. Ia takut jika kedua orang tuanya akan marah dengan keputusannya ini. Apalagi mereka masih sangat labil.

N & N [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang