67- NOLAN BOHONG?

166 20 32
                                    

Semoga Suka Selalu
•••

"Nay, percaya sama gue. Ini demi Nolan!"

Nayyara terdiam sejenak, ia mencoba mencerna ucapan Natasha. Seolah ada sesuatu hal tersirat yang Natasha ingin ungkapkan tapi tak bisa. Kepo, tapi Nayyara juga takut jika Natasha berbuat hal nekat.

Bisa saja kan Natasha menjadikan Nolan sebagai pancingan agar Nayyara mau ikut dengannya? Bagi Nayyara, sekali licik tetap licik. Tidak semudah itu Nayyara langsung percaya dengan Natasha.

"Nay, gue nggak akan jahatin lo. Percaya sama gue, Nay. Ayo ikut gue."

Natasha kembali menarik tangan Nayyara, kali ini Nayyara pasrah saja. Ia hanya bisa berharap yang terbaik pada Tuhan. Mereka segera memasuki mobil Natasha.

Natasha sedari tadi tampak cemas, bahkan ia tidak bisa slow dalam mengendalikan mobilnya. Nayyara jadi takut, ia memilih meng-chat Naufal, tapi ternya lelaki itu tidak aktif, Nayyara beralih ke Narendra. Hanya lelaki itu yang bisa ia andalkan.

"Sha? Kita mau ke mana?" tanya Nayyara ketakutan.

"Jalan Cempaka 32," jawab Natasha tanpa menoleh ke Nayyara.

Nayyara manggut-manggut dan mengetik alamat itu di ponselnya lalu di kirim ke Narendra. Nayyara menghela napas, ia sangat ketakutan saat Natasha makin tidak bisa santai mengemudikan mobilnya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Ke mana dan ada apa dengan Nolan? Kenapa Natasha se panik ini? Itu lah yang terus Nayyara pertanyaankan dalam hatinya.

"Sha ... bisa pelanan dikit?"

"Maaf, Nay. Pegangan yang kuat, kita harus cepat sampai sana. Kalau lo masih mau Nolan di sisi lo."

Ucap Natasha tanpa menatap Nayyara. Sedangkan Nayyara mengernyit heran, seakan-akan ucapan Natasha itu menandakan jika Nolan sedang dalam bahaya. Nayyara semakin cemas, ia sudah ketakutan sebab Natasha yang ugal-ugalan di tambah pikirannya tentang Nolan.

Natasha menoleh ke Nayyara sejenak, ia berdecak saat melihat gadis dengan perut buncit itu merenung.

"Jangan banyak pikiran, Nay. Kasihan bayi lo," ujar Natasha kembali menatap ke depan.

Nayyara mengerjapkan matanya beberapa kali, benar apa kata Natasha. Menghela napas, lalu melihat ke luar jendela. Mata Nayyara menyipit kala melihat sosok lelaki paruh baya yang ia kenali.

"Sha, berhenti dulu!"

Natasha menoleh, lalu perlahan ia menghentikan laju mobilnya yang ada di tengah jalan sepi.

"Bentaran."

Nayyara turun dari mobilnya, ia menatap sekitar sejenak. Sepi dan gelap. Di tepian jalanan ini dipenuhi oleh pohon bambu yang membuat jalanan terlihat gelap namun sejuk. Nayyara segera berjalan menuju sebuah warung di depannya itu.

Pak Samsul. Yah, Nayyara melihat supir nya itu. Tapi saat Nayyara datang, tiba-tiba Pak Samsul langsung pergi begitu saja. Tentu membuat Nayyara heran. Nayyara ingin mengejar, tapi Pak Samsul sudah menghilang. Nayyara memilih mendekati bapak-bapak yang ada di sana.

"Permisi, apa bapak-bapak kenal Pak Samsul?" tanya Nayyara ramah.

"Iya, mbak. Orang sini dia."

"Apa istrinya mau lahiran ya, Pak?"

"Loh? Yo enggak to mbak, orang istrinya aja sudah nggak ada kok."

Nayyara terenyuh, sebuah fakta itu langsung mengingatkan Nayyara pada ucapan Nolan. Suaminya itu bilang jika Pak Samsul mau menemani istrinya lahiran. Tapi, istrinya sudah meninggal.

N & N [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang