Dor!

2.5K 444 91
                                        

Judulnya serem gak?

Follow akun kedua ku dung
👇👇👇
meliyanajiaa

Makasii💙

***

Devano sampai lupa memberitahu Iqbaal tentang ini. Ia tengah mengendarai mobilnya membelah jalan raya yang tidak terlalu padat.

Devano mencari kontak Iqbaal lalu menelponnya. Sambungan mulai terhubung, tinggal menunggu Iqbaal menjawab panggilannya saja.

"Halo?" sahut Iqbaal di seberang.

"Kak, anak gue nemuin Rora deh kayanya," ujar Devano. Ia tidak terlalu yakin, tapi tempatnya meyakinkan.

"Jangan bercanda," sinis Iqbaal.

"Gue gak bercanda kak, napa sih lo selalu berprasangka buruk sama gue?"

"Di mana?"

"Lo masih ingat tempat (Namakamu) di culik dulu?" tanya Devano.

Devano menatap layar ponselnya ketika tak mendengar sahutan dari seberang.

"Syalam di matiin," umpat Devano.

***

"(Nam), Devano bilang, kayanya Ganen nemuin Rora." Iqbaal langsung menghampiri (Namakamu) di dapur. Wanita itu membalikkan badan dengan kaget.

"Serius mas?"

Iqbaal mengangguk.

***

Cassie berhasil mengikat ketiga anak remaja ini di kursi dengan saling membelakangi. Ketiganya diam tak berkutik saat melihat pistol tadi, mau tidak mau mereka menurut.

"Sampai berani kabur, gue tembak!"

Aurora menangis sesegukkan. Kenapa jadi begini? Ganendra dan Raffa juga di ikat karena dirinya. Mereka harus apa sekarang? Bagaimana cara mereka keluar dari sini?

Setelah itu Cassie keluar dan mengunci pintu.

"Ra jangan takut," ujar Ganendra menoleh ke samping.

"Ra, udah jangan nangis," timpal Raffa.

"Emangnya itu siapa sih Ra?" tanya Ganendra saat Aurora sudah tidak menangis sesegukkan.

"Gak kenal."

"Sekarang, cari cara supaya tali ini bisa putus," ujar Raffa.

"Pakai apa?" tanya Ganendra. Mata ketiganya menyapu segala arah mencari benda tajam yang sekiranya bisa memutuskan tali yang mengikat tangan mereka, badan lalu kaki.

"Itu pisau bukan?" tanya Ganendra menatap sudut ruangan.

Raffa di sebelahnya kini menoleh ke arah yang Ganendra tunjuk dengan bibirnya. Raffa menyipitkan mata. Aurora tidak bisa melihat karena ia membelakangi arah yang Ganendra tunjuk.

"Tapi jauh," gumam Raffa.

"Kita gerakin kursi ini barengan," celetuk Ganendra.

"Bisa, tapi Rora?"

"Ra, lo bisa kan ikut gerakin kursi belakang?"

"Bisa."

Ketiganya mencoba menghentakkan kursi perlahan hingga mendekati tembok. Perlahan mereka berhasil bergerak. Sedikit lagi mendekati pisau itu.

Beberapa menit mereka menghentakkan kursi dengan ngos ngosan. Tapi usaha mereka tak sia sia.

"Ambilnya gimana?" tanya Ganendra. Sementara tangan dan kaki terikat.

Flat Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang