Yuk spam comment:)
Yang spam banyak aku follback, iseng aja:v***
Aurora melangkah ke halaman belakang rumah, mengambil Luga yang di jemur setelah Iqbaal cuci semalam. Aurora memegangnya, sudah kering. Ia melepaskan jepitan di sirip dan tali jemuran.
"Mau di bawa ke mana bonekanya?"
Aurora menoleh saat melewati (Namakamu) yang tengah mengotak atik laptop di meja.
"Rora habis ambil di jemuran," jawab Aurora.
"Jemuran?" (Namakamu) mengerutkan kening.
"Semalam ayah cuci." (Namakamu) melongo mendengarnya. Segitunya Iqbaal?
"Rora ke kamar ya bun." (Namakamu) mengangguk. Aurora melanjutkan langkahnya.
(Namakamu) berdecih, tidak mengerti jalan pikiran Iqbaal.
"Hei!" kejut seorang pria membuat (Namakamu) menoleh.
"Ngapain lo?" Ternyata Devano. Masuk tanpa permisi, memang tetangga durhaka.
"Minta minum dong (Nam)," ujar Devano. Ia melangkah ke dapur seolah rumah sendiri. (Namakamu) membiarkannya saja.
"Lo ke sini cuma minta minum?" tanya (Namakamu) tak percaya setelah Devano kembali dengan segelas air di tangannya.
"Nggak, lagi bosen di rumah." Devano duduk di sofa.
(Namakamu) menutup laptop lalu menatap Devano serius. "Heh, anak lo kasih boneka ke Rora."
Devano tertawa. "Tau gue, orang gue bayarin setengahnya." (Namakamu) menganga.
"Rora belum boleh pacaran ya Dev! Bilangin ke anak lo!"
"Iya, iya, santai. Namanya anak remaja, lagi rasain yang namanya cinta cintaan."
"Ya kecepatan kali Dev."
"Iya, bawel!" Devano meneguk habis minumannya.
"Kak Iqbaal marah?" tanya Devano.
"Nggak," ujar (Namakamu). Devano mengelus dadanya.
"Selamat," gumamnya.
Terdengar suara pintu rumah tertutup, sepertinya Iqbaal sudah pulang.
Tak lama Iqbaal menampakkan dirinya. Di lihatnya Devano yang tersenyum padanya.
"Hei kak!" sapa Devano menyengir.
Iqbaal berdeham, tersenyum tipis. Devano terkesiap, angin apa Iqbaal tersenyum padanya? Biasa selalu memasang wajah datar atau bahkan tatapan sinis.
"Tumben senyum?" tanya Devano.
(Namakamu) menghampiri Iqbaal lalu menyalimnya, mengambil tas dari tangan Iqbaal. Bibir Iqbaal mendarat di kening (Namakamu).
Devano berdecak, ia di hiraukan. (Namakamu) pamit membawa tas Iqbaal ke kamar.
Iqbaal beralih menatap Devano. Alisnya terangkat. Devano langsung menghampirinya, merangkul Iqbaal ala sahabat. "Kak, anak gue naksir Rora."
"Udah tau."
Devano menarik tangannya. Ia menatap Iqbaal serius. "Restuin gak?"
Raut wajah Iqbaal berubah, seperti 'apa sih?'.
"Maksud gue kalau mereka udah gede, restuin gak?" Devano gemas dengan Iqbaal.
Iqbaal mengedikkan bahunya lalu melangkah pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flat Daddy (Completed)
FanfictionSEQUEL KETUA OSIS KILLER BACA DULU, NANTI BINGUNG Apa jadinya punya suami berwajar datar? Senyum saja sulit rasanya.