Tidur bareng

4K 455 82
                                    

Mobil Iqbaal berhenti di depan rumahnya. (Namakamu) melirik tanpa menoleh. Iqbaal menatapnya.

"Turun," ujar Iqbaal. (Namakamu) malah menggeleng.

"Jemput Rora," timpal Iqbaal. Ia berdecak lalu turun duluan, apa yang (Namakamu) pikirkan?

(Namakamu) terhenyak lalu turun. Menyusul Iqbaal yang sudah melangkah ke rumah Aldi. Devano dan Dinda juga.

Saat Aldi membuka pintu, yang pertama ia lihat adalah keempat remaja yang tewas di meja. Ganendra, Arsen, Aurora dan Ivana tertidur di karpet, menopang kepala di meja dengan lipatan tangan.

Iqbaal baru sampai, (Namakamu) sudah di sebelahnya. Iqbaal melotot saat melihat Ganendra tertidur dengan tangannya yang menimpa tangan Aurora. 

Iqbaal hendak memggendong Aurora tapi di tahan Aldi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iqbaal hendak memggendong Aurora tapi di tahan Aldi. "Udah biarin tidur sini aja, kasian nanti kalau kebangun," ujarnya. Salsha melangkah ke kamar mengambilkan dua selimut. 

"Gapapa mas," timpal (Namakamu). Iqbaal berdecak.

"Dev, anak lo tuh," cibir Dinda.

"Romantis banget," kekeh Devano. Iqbaal melirik sinis. Ia hendak menyingkirkan tangan Ganendra dari tangan Aurora tapi Devano memukul tangan Iqbaal. Makin sinis tatapan Iqbaal.

"Biarin ih," ujar Devano.

Salsha kembali dengan dua selimut di tangannya, lalu memberikan satunya pada Dinda. Keduanya lalu menyelimuti mereka.

"Udah yuk pulang," ajak Dinda.

***

Baru menutup pintu dan menguncinya, Iqbaal langsung menggendong (Namakamu) ala bridal style.

Malam ini Aurora tidak di rumah, Iqbaal semakin leluasa. Ia tersenyum aneh pada (Namakamu) yang lantas memalingkan wajah.

Iqbaal membawanya ke kamar. (Namakamu) terkejut saat di banting Iqbaal ke ranjang. Kasar sekali pria itu. Ia berjalan mengunci pintu.

"Mas!" kesal (Namakamu).

"Apa?"

"Di kira gak sakit di banting gini?" gerutunya. Bagaimanapun juga badannya sedikit nyeri.

Iqbaal terkekeh lalu naik menindih (Namakamu). "Aku capek," tolak (Namakamu).

Iqbaal menatap melas. (Namakamu) berdecih, jarang Iqbaal menatap begini jika bukan ia gunakan saat (Namakamu) menolaknya.

"Rora gak di rumah," ujar Iqbaal.

Giliran (Namakamu) yang menatap melas, lihat apa Iqbaal akan luluh.

Iqbaal mengigit telinga (Namakamu) membuat wanita itu mendesah. Lantas menutup mulutnya. Bibir Iqbaal kini menabrak lembut bibir (Namakamu). Sudahlah, memang (Namakamu) yang sok jual mahal. Lihat, gampang terbuai.

Flat Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang