Masa Lalu yang Tak Terucapkan

748 69 121
                                    

Kayaknya ini cerita tentang si putih kagak abis-abis yak..
Yah.. lanjutkan sajalah

Planet Titanium-10

Seorang profesor tua berjalan perlahan ke laboratoriumnya. Ia melihat sekeliling, betapa bangganya ia karena sudah melakukan semuanya sendiri.

Salah satu robot ciptaannya datang mendekatinya.

SRB:"Halo tuan, apa yang anda perlukan?"
Prof:"tidak ada..terima kasih, ah setelah ini aku akan mempunyai anak..anak yang manis dan kuat, aku sangat tidak sabar"
SRB:"tuan, saya turut bahagia"
Prof:"sekarang waktunya.."

Profesor itu mendekati sebuah tabung dan mengeluarkan bayi dari sana. Namun tidak seperti yang ia inginkan, bayi itu hanya berwarna putih, sama sekali tidak imut seperti yang ia inginkan.

Prof:"apa..ini.. APA-APAAN INI!!?? SEMUA KERJA KERASKU TIDAK TERBAYARKAN!!"

Bayi itu menangis dengan keras. Profesor yang marah dengan melempar anak itu ke luar jendela. Berharap anak itu mati terbentur.

SRB langsung mendekati jendela, mencari-cari keberadaan anak itu.

Prof:"anak seperti itu tidak usah dicari, nanti juga mati sendiri"

SRB menunduk dan langsung keluar dari lab. Mencari-cari bayi itu di tengah semak-semak. Suara lemah si bayi adalah satu-satunya petunjuk.

Ia menemukan bayi itu. Ada darah di kepalanya, namun seketika itu juga darah itu menghilang.

SRB:"kau bayi yang luar biasa, saya sangat bingung mengapa profesor tidak menyukaimu"

Bayi itu tidak berbunyi sedikitpun, ia mulai merangkak meninggalkan SRB.

SRB:"bayi..jangan pergi"

Prof:"SRB!! KEMANA KAU?!! SUDAH KUBILANG JANGAN CARI BAYI ITU!!"

SRB pun kembali ke lab.

Bayi itu terus merangkak pergi ke sebuah desa. Di desa itu warganya menjauhi bayi itu. Bayi itu tetap pergi, sampai ada seorang gadis yang menggendongnya.

Gadis:"kau ini dari mana? Kau sangat kotor..ah aku bawa kau pulang ya"

Bayi itu hanya menatap si gadis dengan bingung.

Gadis:"aku anggap itu iya"

Gadis itu menggendong si bayi dan membawanya pulang. Sampai di rumah, ibu dari si gadis terkejut melihat bayi itu. Sang ibu meminta sang gadis untuk mengusir bayi itu.

Ibu:"bayi monster apa yang kau bawa ke rumah?"
Gadis:"tapi dia sendirian di jalan bu, lihat dia sama sekali tidak menyakitiku"
Ibu:"tidak sayang! Keluarkan bayi itu!"
Gadis:"jangan bu.. tolong biarkan dia tinggal bersama kita, boleh ya bu.."
Ibu:"Tidak!!"
Gadis:"aku mohon bu..."

Bayi itu hanya diam. Menatap di ibu yang sudah kesal mendengar anaknya. Tatapan kosongnya menunjukan kalau ia sudah pasrah untuk mati.

Gadis:"ibu.."
Ibu:"ah..baiklah, hanya sementara"
Gadis:"HOREE!!"

Alhasil bayi itu tinggal bersama keluarga di gadis. Namun baru sebulan berlalu, sang ibu membawa bayi itu keluar tanpa sepengetahuan anaknya. Meletakan bayi itu di sebuah keranjang dan meninggalkannya sendirian di bawah pohon dengan dinginnya angin malam yang mencekam.

"Ta...kut..."

Sejak saat itulah bayi itu tumbuh sendiri. Bertahan hidup dengan makanan sisa yang ia temukan. Ia sangat iri dengan anak-anak yang bisa hidup bahagia dengan orang tuanya. Terkadang ia heran dengan anak yang tak menghargai orang tuanya.

Mengapa mereka tidak menyayangi orang tua yang menerima mereka saat lahir?

Ia juga terkadang iri melihat anak lain yang bisa berteman dengan banyak orang. Namun terkadang mereka tidak menghargai pertemanan itu dan meninggalkan temannya saat susah.

Mengapa mereka tidak menolong teman yang sudah mengulurkan tangan mereka?

Waktu terus berjalan, anak berwarna putih itu menemukan anak kaiju yang ditangkap oleh para alien yang kejam. Ia melepaskan dan menolong kaiju itu, meskipun dirinya sendiri harus tergores pedang yang dibawa di alien.

Lukanya itu langsung hilang dan itulah saat pertama ia mendapatkan seorang "sahabat".

Kaiju itu adalah anak Miclas yang ingin dijadikan senjata kapsul perang. Mereka berdua selalu bersama, tumbuh besar bersama. Sampai sekelompok orang yang menyebut mereka "petugas keamanan Titanium" memburu si putih karena laporan dari warga yang takut padanya.

Miclas dan si putih melarikan diri namun mereka akhirnya terpojok. Saat itulah Miclas menjadikan dirinya tameng saat para petugas menembaki si putih. Miclas tewas, putih merasa hancur. Ia berhasil meloloskan diri, namun saat itulah ia kehilangan satu-satunya yang menerima dia apa adanya.

"Kenapa... KENAPA BUKAN AKU SAJA YANG MATI DI SANA!!??"

Suara tangisan yang memilukan dari makhluk putih menyeramkan itu terdengar oleh warga. Para warga melaporkan keberadaan si putih dan ia akhirnya memutuskan untuk melarikan diri. Diam-diam pergi ke bandara dan menggunakan salah satu pesawat secara diam-diam.

BOOM!!!

Si putih sampai di planet tandus. Tubuhnya terluka parah, pesawatnya hancur tak terbentuk. Seketika tubuhnya itu kembali ke wujud semula, tanpa luka tanpa goresan sedikitpun.

Lagi-lagi ia menyayangkan keselamatannya. Ia sudah tak sanggup lagi untuk hidup. Semua penderitaan ini akan mencekiknya seumur hidup. Di sanalah, ia bertemu dengan gadis pengembara yang tertidur.

"Jika aku menguasainya..apa ia akan menerimaku?"

SCHOOL OF ULTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang