Rembulan pt. 2

915 90 213
                                    

Tok tok tok
CEKLEK

Geed:"oh..kalian..masuk"

Dua gadis yang baru saja pulang dari misi masuk ke kosan.

Aru:"ah..yang lain dah tidur"
Iru:"kok kamu nggak?"

Geed:"aku? Haha, ngerjain proyek desain"
Iru:"eh? Itukan dikumpulin 2 Minggu lagi"
Aru:"anak rajin mah beda"
Geed:"oh ya, Iru, Taiga bilang dia nitip sesuatu di meja kamar kode 5543"
Aru:"hah?"
Iru:"ohh, itu kode rahasia, hanya diantara aku dan Taiga.."

Iru langsung lari ke kamarnya, sedangkan Aru hanya melihat kembarannya pergi dengan semangat.

Aru:"ada makanan apa?"
Geed:"ehm...tinggal ada sih tapi tinggal mi goreng"
Aru:"lah perasaan ada sayur, ada daging, ada telor"
Geed:"taulah.."
Aru:"...."

Iru membuka pintu kamar pelan-pelan dan membuka laci rahasianya. Untung Grigio sudah tidur. Ia mulai membuka lipatan kertas yang ia temukan dan membacanya.

Matahari, indah sekali bukan
Menerangi kehidupan siang
Namun ia tak mampu
Menyinari malam yang gelap gulita

Bulan, ia ada untuk melengkapi
Menyinari malam nan gelap
Yang tak bisa disinari matahari
Nampaknya matahari tak bisa sendiri

Andaikan aku adalah matahari
Kau adalah bulan
Sama-sama menyinari
Sama-sama melengkapi

Marilah kita bersinar bersama
Terangi bumi yang berisi kehidupan
Masa depan dan juga harapan
Iru tolong jadilah bulanku

Taiga

Iru menutup wajahnya yang memerah.
Iru:"Taiga..."

Iru langsung melompat-lompat bahagia. Bagaikan putri yang baru saja bertatapan dengan pangeran tampan.

Sementara itu di dapur..

Aru:"Orb..entah ada apa di perutnya"

Zero:"eh Aru?"

Aru menengok ke asal suara..
Aru:"blom tidur?"

Zero menggeleng
Zero:"laper"

Aru:"ya.. baru aja aku abisin mie nya"
Zero:"hah??"
Aru:"yodah masak lagi aja, aku juga blom kenyang"

Aru mengambil bahan dan menyiapkan alat masak. Zero memilih untuk duduk di kursi.

Aru mulai memotong bahan-bahannya...

Srrrt
Aru:"auw.."

Baru aja mulai, udah kena pisau aja..

Zero:"napa"
Aru:"nggak apa-apa, keiris doang"
Zero:"coba liat"
Aru:"dibilang nggak apa-apa"

Zero menarik paksa tangan Aru..
Ia melihatnya, Aru memang terluka..

Zero:"plester dimana"
Aru:"di atas kulkas, bentar yak aku ambil dulu"

Tangan Zero menahan Aru.
Zero:"kamu diem sini"

Zero pergi ke tempat kulkas berada..
Aru hanya bisa bengong sambil memegangi tangannya yang terluka.

Aru:"ini satu kenapa coba, padahal aku udah rela dia sama Grigio, sayang banget malah kalo Grigio nolak"

Zero:"ngomong apa?"
Aru:"eh.. enggak, haha"
Zero:"tangan"

Aru menyodorkan tangannya..
Zero memasangkan plester di tangannya.

Zero:"dah.."
Zero melepas tangan Aru.

Aru masih kebingungan, dia lanjut aja masak.

Skip Mateng

Aru:"makanan udah siap"
Zero:"banyak amat"
Aru:"ya..tau lah pasti ada yang bakal bangun"

Orb:"Yo..ada apa ini"

Zero:"eh Orb"
Aru:"makan sini"

Orb yang girang langsung duduk di meja makan.

Mereka makan bertiga dan tentu saja punya Orb paling cepet abis.
Anehnya, dia langsung balik ke kamar tanpa bilang apa-apa.

Meninggalkan Zero dan Aru di sana.

Aru berusaha meyakinkan dirinya, Zero nolongin hanya karena dia laper. Namun ada rasa senang yang tak bisa ia hilangkan.

Sedangkan Zero, dia hanya makan dengan tenang. Ia tampaknya tak memikirkan apa yang baru saja ia lakukan.

Zero:"aku selesai, terima kasih"

Zero mengambil piringnya dan langsung mencucinya.

Aru:"eh nggak usah, nanti aku aja, lah lah lah"
Zero ngambil piring Aru.

Zero:"dah selesai kan"
Aru:"iya tapi.."
Zero:"tidur sana, kan baru pulang misi"

Aru akhirnya milih untuk pergi ke kamarnya.
Aru:"ah..mungkin cuma karena laper.."

Aru masuk ke kamar dan melihat..

Iru:"KYAAA GILEE, TAIGA!! HIHIK UWUWU"
Aru:"IRU!!"

Aru langsung menempelkan tangannya ke jidat Iru.
Aru:"keluar..keluar kau"

Iru:"ngapa sih Ru"
Aru:"keluar kau"
Iru:"aku nggak dirasukin, aku cuma...ehmmk uwuwuwu"
Aru:"apaan, ah..sakit jiwa, ayo ke RSJ"
Iru:"bukan..aku kayaknya suka sama Taiga deh"
Aru:"bucin?"
Iru:"bukan..."
Aru:"trus"
Iru:"ihh rasanya tuh berbunga-bunga, dia bahkan ngasih aku puisi cinta"

Aru tersenyum melihat kembarannya.
Beruntungnya ia, bisa mendapat perhatian dari orang yang disukainya.

Ia merasa semuanya lucu sekali.
Mengapa Zero peduli saat dia sudah berusaha untuk melepaskannya?
Lapar, lapar, lapar. Dia hanya lapar.
Ia berusaha terus berpikir begitu.






Geed:"eh tumben mau nyuci piring"
Zero:"hehe, eh sini dah"

Geed menghampiri Zero.
Zero:"pegang piringnya, nih sponsnya"
Geed:"terus"
Zero:"selamat bekerja"
Geed:".....sudah kuduga, ada yang aneh.."


"HUWAA KENAPA JADI AKU YANG NYUCI PIRING!!!??"

"MAKASIH BRO!!!"

"NOH KAN, SUDAH KUDUGA DIA HANYA NGE-PRANK"

"KYAAHAHHAAH"

"JANGAN TERIAK-TERIAK, INI JAM 3 PAGI!!"

Maap teman-teman
Hari ini ceritanya sedikit
Makasih udah baca

SCHOOL OF ULTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang