P R O L O G

27.1K 1.4K 165
                                    

WARN!Cerita ini belum sempat aku revisi di wattpad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


WARN!
Cerita ini belum sempat aku revisi di wattpad. Banyak banget typo, maafin oke.

- - -

Dear, pembaca.
Sebelum lanjut ke setiap partnya, ada yang mau aku ucapkan.

"Selamat menangis!"
Semoga, air mata kalian bisa mengobati rasa sakit orang-orang yang di posisi Allena.

~~ Batas Air Mata ~~

Allena Mutiara Agatha.
Sepanjang hidupnya, seolah tak ada bahagia yang benar-benar tercipta. Baik dari keluarganya, maupun dari orang terdekatnya. Mungkin bersama kawan ia bahagia, tetapi kebahagiaan itu hanyalah mimik wajah belaka, untuk mengelabuhi mereka yang sekadar ingin tahu, bukan benar-benar peduli.

Menangis, meringis, meminta pertolongan, terkadang Allena lakukan karena tak ada opsi lain untuk memilih. Hal nekat mungkin bisa ia lakukan, ketika hatinya benar-benar hancur, nyaris tak bisa menyatukan kembali kepingan hati itu.

Katanya, punya saudara kembar itu menyenangkan. Nyatanya, kerapuhannya kian bertambah sejak Alleta Mutia Agatha kembali dipersatukan dengannya dalam satu atap, tempat terkurasnya air mata Allena ketika seseeorang yang ia harapkan menyayanginya itu justru membencinya.

Serapuh itu Allena, saat kambing hitam bersemayam dalam selimut itu kian memaksakan Allena untuk tetap tegar. Ditambah lagi, saat orang-orang yang ia sayang perlahan menghilang, kembali ke pangkuan-Nya, hanya meninggalkan bekas memar dalam lautan rintih.

"Allena gak pengin dicintai banyak lelaki, Allena hanya ingin dicintai mereka, mama dan papa."

Allena percaya, jika manusia tidak bisa berperilaku adil, setidaknya masih ada Tuhan yang Maha Adil.

Sajadah, tempat Allena bersujud.
Sujud, tempatnya menumpahkan air mata.
Mengadu kepada Sang Pencipta, adalah caranya melampiaskan luka.
Menangis, bahkan ia lelah dengan kata itu. Entah berapa ribu tetesan air mata yang jatuh dalam satu hari. Entah berapa kali jari tangannya sendiri yang terulur untuk menghapus air mata itu. Entah, seberapa sering ia mengeluh, tapi Tuhan masih menguatkan, atas dirinya yang sudah terlalu rapuh.

"Allena berjanji, jika suatu saat ada orang yang bisa buat mama sayang sama Allena, Allena akan belajar mencintai orang itu. Jika orang itu perempuan, Allena akan menyayanginya seperti Allena menyayangi mama. Maaf, karena terlalu berobsesi untuk menjadi gadis yang kausayangi, ma."

Bandung, 20 Desember 2020.
Allena.

---

Bisakah ia merasakan dicintai? Tanpa terus mengemis agar bisa dicintai.
Bisakah Allena bangkit, atas rapuhnya yang sudah mendominasi?

Semua tersirat di sini. Dalam gambaran rapuhnya Allena.
Semua tercerita di sini. Bersama sendu yang masih mendominasi dalam kalbunya.

---

“Tidak ada yang benar-benar bahagia. Yang ada, hanyalah kepura-puraan semata.”

—Alleta Mutia Agatha.

•••

“Luka dan tawa itu layaknya cinta, bisa berdusta kapan pun tanpa diminta.”

—Allena Mutiara Agatha.

•••

Tetap tegar, gadis kuat! Jika kamu percaya Tuhan Maha Adil, maka percayalah ... suatu saat akan ada tawa yang tercipta, meski tak sebesar luka."

—Author.

Bagaimana prolognya? Tunggu part-part lain yang akan membuat kalian merasakan di posisi Allena.

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini! Bantu aku meramaikan cerita ini, yaa^^

RAPUH! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang