Jangan lupa vote dan komen!
-
-
-
“Iya-iya tahu yang sayang sama sebelahnya mah!”Deg. Allena dan Bagas hanya saling tatap namun, lelaki itu malah tersenyum dan mengajaknya untuk ke kelas.
Pulang sekolah Alleta mengalah, ia mengikuti Allena untuk menemui Sekar di rumahnya. Tak bersama Bagas kali ini, karena Allena melarangnya untuk ikut namun, Bagas tetap mengikuti mereka tanpa sepengetahuan mereka.
Kedua perempuan berseragam putih abu ini telah tiba di kediaman Sekar yang tertera di kertas tadi. Benar, kediaman ini tak jauh dari kompleks tempat Nadin tinggal. Rumah yang cukup mewah, dengan kolam renang di halaman belakang namun, halaman depan yang minimalis.
“Ternyata papa lebih perhatian ke mereka,” kekeh Alleta.
Alleta teringat kejadian masa lalu, saat ia berusia 7 tahun, ia sangat ingin dibuatkan kolam renang agar bisa berenang sepuasnya di rumahnya dulu. Namun, Rahman menentang keras, alasannya takut Alleta ternggelam tanpa pengetahuan Nadin ataupun dirinya.
“Permisi ….” Alleta mengetuk pintu itu, tak lama keluarlah wanita cantik namun, usianya tak jauh dari Nadin.
“Iya, ada apa? Cari siapa, ya?” tanya wanita itu sambil tersenyum.
“Benar, ini dengan Tante Friska?” tanya Alleta hati-hati.
“Iya benar. Kalian siapa, ya? Hm, masuk aja, yuk! Ngobrolnya di dalam,” ajak Friska, keduanya mengangguk menuruti.
Banyak foto-foto mendiang Rahman di sana, membuat luka lama Allena dan Alleta kembali membekas.
“Mau ketemu Sekar, ya? Kalian teman sekolahnya? Sekarnya lagi tidur siang, saya bangunkan dulu, ya,” ucapnya namun, Allena menahannya.
“Kita mau bicara sama Tante.”
“Silakan! Ada yang bisa saya bantu?”
“Saya Alleta dan kembaran saya Allena. Anak kembar dari mama Nadin dan mendiang papa Rahman.” Deg. Baru saja Alleta memperkenalkan diri, air mata Friska sudah jatuh tak tertahankan.
“Ja—jadi kalian sudah tahu?” Alleta mengangguk.
“Kita gak benci sama Tante. Kita cuma mau berdamai dengan masa lalu. Dan yang harus Tante tahu, kita gak pernah temuin keluarga yang utuh dari kecil, enggak seperti Sekar yang selalu mendapatkan kasih sayang dari keduanya, tapi kita sadar, itu semua udah masa lalu, dan kita cuma mau memperbaiki semuanya dengan cara kita saling menerima, apa Tante bisa?” tanya Alleta ragu, ia takut respon Friska tak mengenakkan.
“Bantu saya dan Sekar bertemu dengan mama kalian. Sekar tumbuh menjadi anak yang nakal karena dia tahu masa lalu saya. Sekar mengira saya pel**ur dan perusak rumah tangga orang lain. Tapi itu semua salah, saya hancur sejak bertemu papa kalian, dia yang menghancurkan saya, dan mau tak mau saya harus menikah dengannya, hiks ...,” jelas Friska sambil terisak.
“Kita bisa bertemu mama kalian sekarang juga?” tanya Friska setelah menghapus jejak air matanya. Alleta megangguk sebagai jawaban. Wanita itu bangkit untuk membangunkan Sekar.
“Ka—kalian?” gumam Sekar melihat kedua putri kembar itu. Rasanya sesak saat tahu mereka adalah saudarinya, tadi Friska yang memberi tahunya.
“Ma, ini bohong, ‘kan?!” Friska menggeleng kuat.
“Mereka saudari yang kamu cari. Anak kembar dari papa Rahman,” terang Friska. Detik itu juga ketiganya langsung berpelukan, berusaha menerima satu sama lain saat semuanya sudah hancur seperti abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH!
Roman pour Adolescents"Kaca yang telah retak memang tak bisa disatukan kembali. Sekalipun bisa, wujudnya tak 'kan seutuh dulu. Mudah rapuh, seperti kata maaf pada sebuah penyesalan." Setelah kepergian Papanya, sahabatnya, serta luka yang tak kunjung sembuh, lantas kerap...