Jangan lupa vote dan komen!!!
---
"AAAAA!!!"
Bruk! Gadis itu sontak kaget. Ada lngan kekar yang menjatuhkannya, bukan ke air sungai, melainkan ke dalam dekapannya. Allena mendongak, memastikan ini semua nyata, yang artinya ia masih ada di alam dunia, benar, lelaki itu nyata, bukan khayalan semata.
(Anggap aja di sungai:v)
"Hiks ... hiks ...." Hanya terdengar suara isakan di sana. Lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa lo nolongin gue? Hiks ... bukannya lo benci gue? Hiks ... gue mau mati aja! Kenapa lo larang-larang gue?!"
Tak ada jawaban, lelaki itu justru ikut menangis sambil mengeratkan pelukannya. Allena bisa merasakan, lelaki itu mencium rambutnya dengan mata berair.
"Maafin gue," lirihnya. Ya, lelaki itu Bagas, entah apa yang terjadi Bagas datang di waktu yang tepat. Jika saja ia telat satu detik, ia pasti akan kehilangan gadis ini.
"Bagas jahat! Hiks ... ke mana aja selama ini?! Lo tahu, gue butuh lo! Hiks ... gue kehilangan banget, gue kesepian, gue butuh sandaran, Gas, hiks ... kenapa baru sekarang?! Kenapa saat gue mau mengakhiri semuanya lo kembali datang?!" Allena benar-benar kembali rapuh. Dekapan ini yang ia rindukan, dada bidang ini yang sangat ingin ia jadikan sandaran.
"Gue gak bisa nyakitin orang yang gue sayang, Lena. Gue temperamen, lo tahu sendiri kalau gue marah apa akibatnya," ujar Bagas tanpa melepaskan pelukannya, sedangkan gadis itu hanya bisa menangis.
"Maaf, gue tahu gue egois. Harusnya gue gak marah, harusnya gue bicara baik-baik. Gue gak bisa, Len, gue butuh waktu sendiri. Maafin gue udah hilang," lirih Bagas.
"Lena yang minta maaf, hiks ... Lena tahu Bagas sayang Lena, tapi kita udah bukan kita yang dulu, Gas. Lena gak larang buat lo dekatin Lena terus, tapi Lena cuma minta kita dekat jangan saling mendam rasa kalau gak mau menyakiti diri sendiri," ujar Allena, Bagas mengangguk mengerti.
"Iya gue paham, gak usah dibahas, ya! Tolong, Len, jangan lakuin hal kayak tadi. Dengan cara lo bunuh diri, emang bisa buat lo bahagia? Enggak, 'kan?!" Geram Bagas sambil melepaskan pelukannya, menghapus jejak air mata di sudut mata Allena.
"Gue buntu, Gas. Gue udah gak kuat, hiks ... gue udah kehilangan segalanya, jadi untuk apa gue bertahan hidup?" lirh Allena.
Bagas menyelipkan anak rambut Allena ke belakang kuping gadis itu sambil berkata, "lo masih punya gue. Masalah perasaan, biarin itu jadi urusan gue. Janji ya, jangan ngulangin lagi?" Allena hanya bisa mengangguk lemah.
"Ikut gue, yuk! Ke tempat bersejarah," kekeh Bagas di akhir kalimat.
Allena mengerti apa maksud lelaki itu, tentu saja tujuannya ke dekat danau yang tak jauh dari tempat mereka berpijak saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH!
Fiksi Remaja"Kaca yang telah retak memang tak bisa disatukan kembali. Sekalipun bisa, wujudnya tak 'kan seutuh dulu. Mudah rapuh, seperti kata maaf pada sebuah penyesalan." Setelah kepergian Papanya, sahabatnya, serta luka yang tak kunjung sembuh, lantas kerap...