Part baper dulu yaa sampai dekat ending, okay!
Vote dan komen untuk 2k dipart ini!
-
-
-“Tuhan itu tidak jahat. Ketika kamu belum menggapainya, artinya Tuhan sedang mengujimu.” —Allena Mutiara Agatha.
Bagas menepati janjinya untuk mengajak Allena ke suatu tempat. Tempat ini bukan tempat megah seperti mal atau tempat lainnya. Bagas mengajak Allena ke suatu perkampungan. Sawah-sawah yang hijau terbentang di sana dengan pemandangan langsung Gunung Tangkuban Parahu dari sawah itu. Allena terpukau, ia memang sudah lama tak main ke pedesaan.
“Ih, ada orang-orangan sawah! Jelek banget kayak lo, Gas!” ujar Allena sambil terkekeh. Lelaki itu tak marah disebut jelek, sebab ia hanya ingin melihat kebahagiaan dari Allena.
“Iya gue jelek, jelek banget malah, jauh banget sama si Wildan ketos itu, ‘kan?” cibir Bagas sambil duduk di saung kecil tempat para petani beristirahat.
Allena terkekeh, nyatanya Bagas jauh lebih tampan dibandingkan dengan Wildan bagi Allena. Namun, lelaki itu selalu bisa membuatnya tertawa dalam hal sekecil apa pun.
“Idih, baperan pisan euy aa-nya teh,” cicit Allena.
“Gas, gue ke sana dulu ya, udah lama gak main di pesawahan.”
Bagas mengangguk, membiarkan gadis itu berlarian menyusuri jalan setapak sambil tersenyum bahagia. Allena merentangkan tangannya, memejamkan matanya, sambil menghirup dalam-dalam aingin yang berembus. Sejuk, suasana sore ini sangat membuat hati Allena ikut sejuk.
Sejenak, ia dalam posisi itu sampat tiba-tiba ada seorang perempan yang memanggilnya.
“Lena!” panggil perempuan itu sambil dibantu oleh seorang lelaki untuk menyusuri jalanan setapak untuk mencapai keberadaan Allena.
Allena mengenal suara itu namun, ia menggubrisinya, karena pikirnya tak mungkin itu suara orang yang ia kenal.
“Allena!” panggilnya lagi. Allena membuka matanya, belum berani melihat ke belakang namun, ada bayangan yang ia lihat hadir mendekatinya.
Perempuan itu memeluk Allena dari belakang, menangis sambil mempererat pelukannya. Allena tersentak, lengan ini lengan yang ia rindukan tiga minggu terakhir.
Allena membalikkan badannya, ia langsung merengkuh Alleta kuat.
“I—ini beneran lo, Al?” lirih Allena dalam pelukannya.
“Iya, ini gue, Alleta Mutia Agatha,” ujar Alleta sambil tersenyum.
Allena melihat ke belakang Alleta, ada Elang disusul dengan Bagas yang juga ikut tersenyum melihat pertemuan mereka kembali.
“Hiks … gu—gue gak mimpi lagi, ‘kan? Hiks … ini benaran lo ‘kan, Al?! Ya Allah, Alhamdulillah kita udah sembuh, Al,” lirih Allena.
“I—iya, Le—Len, lepasin dulu! Pengap.” Allena terkekeh, ia langsung melepaskan pelukannya.
“Lo kapan sampai ke Indo-nya?” tanya Allena.
“Tadi siang, sekitar habis zuhur gue sampai di rumah, terus Bagas ngasih tahu katanya lo sama dia lagi di sini, yaudah gue susul,” jelas Alleta.
“AAAAA! Gue seneng banget!! Gue kira kalian bakal menetap di sana,” ucap Allena.
“Gue sih pengin, tapi takut Kak El bangkrut,” canda Alleta sambil melirik Elang di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH!
Ficção Adolescente"Kaca yang telah retak memang tak bisa disatukan kembali. Sekalipun bisa, wujudnya tak 'kan seutuh dulu. Mudah rapuh, seperti kata maaf pada sebuah penyesalan." Setelah kepergian Papanya, sahabatnya, serta luka yang tak kunjung sembuh, lantas kerap...