"ASTAGFIRULLAH, AL! AWAS!!!" Alleta terpekik saat Allena berteriak. Ia tak bisa menghindar lagi, sebuah truk dengan kecepatan tinggi melesat dari arah kirinya.
BRUK! SRET!!!
"AAAAA!!!" pekik mereka bersamaan saat mobil yang Alleta kendarai hilang kendali dan memasuki kolong truk tersebut. Entah, mereka langsung tak sadarkan diri. Kaca depan sebelah kiri mobil itu hancur parah, sedangkan sang supir terbentur cukup keras ke stir.
Mobil itu mengeluarkan asap di pinggir jalan, membuat beberapa orang yang melihat kejadian itu langsung menghampiri. Kedua putri yang sudah tak sadarkan diri itu mereka bawa ke tepian.
Elang mematung ketika melihat mobil miliknya terparkir mengenaskan di jalanan. Perasaannya campur aduk, tanpa berpikir panjang ia langsung menuruni motor dan menghampiri kerumunan warga disusul oleh Bagas.
Menerobos keramaian, berharap itu semua tak terjadi. Namun, nyatanya ini realita, keringat Elang dan Bagas bercucuran menahan tangisan.
"ASTAGFIRULLAH, AL, LENA?!" pekik mereka bersamaan. Salah satu warga yang sedang menompang Alleta pun mundur beberapa langkah membiarkan kedua pemuda itu menghampiri korba kecelakaan itu.
"Kalian kenal?" tanya salah satu warga.
"Dia istri saya, dan yang satu lagi kembarannya," lirih Elang, sesedih apa pun ia tetap menjawab pertanyaan tersebut.
Wajah Alleta dan Allena seolah tak dikenali lagi karena bersimbah darah.
Allena, darah bercucuran di dahi, mata, hingga hidungnya begitu banyak. Sedangkan Alleta ... lengan, dahi serta kakinya banyak goresan dan bercak darah.
"Please, kalian berdua bertahan," lirih Elang.
Meskipun Elang seorang Dokter, tetapi tak ada yang bisa ia lakukan kali ini, karena ini bukan kecelakaan kecil yang bisa ditangani dengan pertolongan pertama. Elang memutuskan untuk menghubungi Febi dan membawa dua ambulan ke tempatnya. Beruntung Febi sedang bertugas di rumah sakit, jadi dengan cepat ia bisa menyusul Elang.
Allena bersama Bagas, Alleta bersama Elang, keduanya sama-sama dihantui rasa bersalah karena tak bisa menjaga orang yang mereka sayangi. Tangisan mereka berdua terbuyarkan saat kedua ambulan suruhan Elang telah sampai. Febi yang melihat itu langsung menjerit histeris.
"AL?! LENA?! ASTAGFURULLAH KENAPA BISA KAYAK GINI?!" teriak Febi. Tanpa menunggu lama Bagas dan Elang langsung membawa Allena dan Alleta ke dalam ambulan yang berbeda.
Febi berada di ambulan Allena bersama Bagas, karena ia yakin Alleta bisa ditangani oleh Elang untuk memberikan pertolongan sebisanya. Sedangkan Febi, ia berusaha memasangkan infusan yang ia bawa ke tangan Allena. Bagas menggenggam satu tangan Allena, menangis sejadi-jadinya di sana. Sedangkan Febi yang baru selesai memasangkan infusan langsung mengambil kapas dan peralatan lainnya untuk membersihkan luka Allena sebelum ditindaklanjuti di rumah sakit.
"Bertahan, Len! Gue tahu lo pasti kuat. Please, jangan tinggalin gue," gumam Bagas sambil mencium lengan Allena.
Di sisi lain, Elang yang sibuk sendiri tak kuasa menahan sesaknya. Kaki Alleta mengalir darah, membuat sesaknya semakin menyeruak.
"Aku mohon, bertahan, demi dia! Hiks ...," lirih Elang sambil mencium tangan kiri Alleta. Beralih ke perut perempuan itu sambil berkata, "kamu kuat 'kan, sayang? Bertahan, ya! Hiks ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH!
Novela Juvenil"Kaca yang telah retak memang tak bisa disatukan kembali. Sekalipun bisa, wujudnya tak 'kan seutuh dulu. Mudah rapuh, seperti kata maaf pada sebuah penyesalan." Setelah kepergian Papanya, sahabatnya, serta luka yang tak kunjung sembuh, lantas kerap...