Siapin tisu lagi!
~~Batas air mata~~
"Lena, AWAS!!"
Bruk!
Sret!
Rahman meneriaki Allena namun, justru tubuhnya sendiri-lah yang tak terkendalikan.
Sebuah truk dari arah barat melindas Rahman yang tak sempat meloloskan diri usai terserempet oleh sebuah mobil sedan. Alhasil, Rahman langsung tak sadarkan diri di tempat kejadian.
"PAPA?!" teriak Allena. Isakannya seketika semakin menjadi ketika mendekati papanya yang sudah berlumuran darah.
Warga berdatangan untuk menolongnya, seorang warga yang mengenali Rahman pun langsung memanggil Nadin dan Alleta agar datang ke tempat kejadian.
"PAPA!!! Jangan pergi, hiks ...." Lagi, air mata itu turun begitu deras tanpa ingin dihentikan oleh uluran jari tangannya.
Sakit, tentu saja, ketika melihat orang yang kita sayangi tak berdaya sampai darah itu membuat kita takut akan kematian.
Usia Allena saat itu baru beranjak 14 tahun, belum sepenuhnya mengerti akan hal ini. Takut, hanya itu yang Allena pikirkan saat memeluk Rahman tanpa peduli darah Rahman yang bercucuran menempel di bajunya.
"Mas Rahman?!" teriak Nadin histeris disusul oleh Alleta ketika melihat Rahman tak bedaya di pangkuan Allena di pinggir jalan.
"Kenapa ini bisa terjadi?! Hiks ... Mas, bangun, Mas!!" teriak Nadin.
"INI PASTI GARA-GARA KAMU, 'KAN?! DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!!!" teriak Nadin histeris.
Plak!
"Jangan dekati dia lagi!" lanjut Nadin usai tangannya mendarat di pipi kanan Allena."Kalau sampai Mas Rahman kenapa-kenapa, demi Tuhan saya gak akan memaafkan kamu!!"
Degg.
Batin Allena terus menggerutu, ini bukan salahnya! Allena hanya mengikuti perkataan Nadin tadi yang menyuruhnya pergi tanpa tahu papanya yang menyusulnya.
Selalu salah, Allena menyayangi pun mereka tak peduli.
Selalu rapuh, Allena mengadu pun tak ada yang mau mendengarkan.Tak ada bahu untuk bersandar, tetapi bagi Allena itu semua tak apa, selagi masih ada lantai untuk bersujud. Tak ada dada untuk berlindung, tetapi Allena yakin bahwa Tuhan selalu melindunginya di setiap detik kerapuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH!
Novela Juvenil"Kaca yang telah retak memang tak bisa disatukan kembali. Sekalipun bisa, wujudnya tak 'kan seutuh dulu. Mudah rapuh, seperti kata maaf pada sebuah penyesalan." Setelah kepergian Papanya, sahabatnya, serta luka yang tak kunjung sembuh, lantas kerap...