Lino datang menuju rumah sakit sendirian, changbin bilang lebih baik berbicara 4 mata saat akan meminta maaf daripada harus beramai-ramai. Lino menurutinya. Membawa sekeranjang buah dan juga makanan kesukaan jisung yang ia ketahui dari felix.
"Permisi"
Jisung menoleh kearah pintu saat ia tengah mengunyah apel yang baru saja selsai dikupas oleh suster.
"Eh? Kak lino? Kak changbin mana?" Tanya jisung
"Changbin ga ikut, katanya nanti sama felix" jawab lino
Jisung mengangguk. Ia memasukkan lagi apel kedalam mulutnya yang masih penuh dengan apel. Alasan jisung melakukannya? Karna ia malu, dan juga merasa canggung didekat lino.
"Gimana? Udah baikan?" Tanya lino
"Iya kak, kata dokter besok pagi udah boleh pulang kok. Hasil tes kesehatannya juga udah mulai normal semua" jawab jisung
Suasana menjadi canggung kembali. Lino membawa kursi didekat nakas mendekat, duduk disamping jisung dengan sedikit gugup dan juga canggung.
"Gue minta maaf" ucap lino
"Eh?"
Jisung menatap lino bertanya-tanya. Kenapa harus lino yang meminta maaf? Harusnya dia yang meminta maaf pada lino.
"Kemarin, gue mungkin keliatan ga ramah banget sama lo" ucap lino
"Nggak kak! Gue yang harus minta maaf, seandainya gue ga nyinggung privasi lo, mungkin mood lo ga gitu. Maaf kak" ucap jisung
Lino terkekeh lalu menggeleng pelan.
"Bukan, pertanyaan lo itu biasa aja. Gue mungkin udah beratus-ratus kali jawabin pertanyaan itu dari orang lain. Kemarin gue gugup aja, gue baru kali itu duduk disekeliling banyak orang. Gue ga tau kenapa gue gugup dan merasa gue terlalu melindungi diri gue disitu" jelas lino
"Kenapa?" Tanya jisung spontan
"Eh! Maaf kak! aduh, ini mulut ga bisa di kontrol banget!" Monolog jisung lalu menepuk pelan bibirnya
"Gapapa ji, santai aja. Jangan takut gitu"
"Gue agak takut duduk bareng gitu, apalagi kalo ga kenal. Gue ngerasa gue harus ngebangun tameng gue, contohnya ya gue datar gitu. Gue salah sih, harusnya gue ga gitu. Kalian baik, kocak banget juga" ucap lino
Jisung mengangguk. Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar, tawa kecil lino begitu menawan. Benar-benar tampan dan lucu disatu waktu.
"Gue juga dikasih tau changbin, lo sering dateng pas gue manggung. Kenapa? Lo suka nyanyian gue ya?" Tanya lino
"Iya! Gue itu suka banget sama suara kakak, terus gue itu suka semuanya tentang kakak. Dari mulai suara lo kak, lembut banget. Terus, lo ganteng banget. Ga bisa boong sih lo ganteng banget kak! Terus lo juga talent! Gue kaget banget lo bilang bisa drum. Pokoknya keren! Kak lino kalo dinilai, 99/100 deh!" puji jisung
Lino tertawa cukup keras, baru kali ini ia mendengar seseorang menilainya seceria jisung. Menceritakan sedetail mungkin bagaimana ia bisa jatuh pada pesonanya.
"Kok ga 100?" Tanya lino
"1 lagi ditambah kalo kakak nanti jadian sama jisung. Jadi hidup kakak sempurna" ucap jisung
Tawa lino kembali pecah, jisung benar-benar bisa membuatnya tertawa sekeras ini. Ia mengira ia tak bisa tertawa lagi sekeras ini, namun jisung membuatnya berbeda. Hidupnya terasa berubah detik itu juga. Lino. Lee Minho. Merasa dirinya lebih istimewa lagi dibumi semenjak lelaki bernama Han jisung menemuinya malam itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [MINSUNG]
Fiksi PenggemarCafe sunshine menjadi tempat awal dimana seorang han jisung, mahasiswa kedokteran bertemu dengan seorang lelaki tampan yang tengah bernyanyi dipanggung cafe bernama Lee minho. Nyanyian minho malam itu membuat jisung terpana dan mengaguminya, lalu m...