Lelah

896 137 3
                                    

Siang itu benar-benar cerah serta udara cukup sejuk membuat siapapun betah berlama-lama diluar. Namun tidak dengan jisung. Ia ingin berlama-lama didalam kamarnya. Tak ingin barang sedetik keluar dari zonanya.

"Ji, mama masuk ya?"

"Iya ma" jawab jisung

Mama masuk kedalam kamarnya, menatap putra bungsunya tengah menonton Tv dikamarnya. Selimut ditumpuk diatas kasur, bantal berserakan dilantai, dan beberapa kertas berceceran dilantai. Pemandangan pagi yang menjengkelkan.

"Yatuhan ji, bantal sama selimutnya beresin dong" omel sang mama

Jisung hanya tersenyum jail, tak bergerak sedikitpun untuk membantu.

"Kamu ini, beda banget sama brian. Dia rajin banget beresin tempat tidur, semuanya rapi, bersih. Kamu harusnya belajar dari dia ji"

Jisung hanya diam. Sebenarnya ia cukup tersindir dan merasa sakit hati. Namun ia hanya diam, tak ingin berucap sesuatu hal. Ia tak ingin mamanya tersinggung karna kata-katanya. Mungkin mamanya tengah rindu dengan sosok kakaknya? Ntahlah.

"Liat! Yatuhan sampahnya numpuk! Ji, setidaknya sifat bri......"

Mama berhenti berucap saat beliau mengangkat tong sampah. Beliau merasa sesuatu hal yang salah telah ia ucapkan. Beliau benar-benar merasa bersalah telah mengungkit brian dihadapan putra bungsunya.

"Iya ma" jawab jisung lembut

"Jiji mau mandi dulu ya, abis ini mau pulang ke flat" ucap jisung

Jisung beranjak dari tempatnya, mengambil handuknya lalu bergegas menuju kamar mandinya. Mama menatap putranya yang masuk kedalam kamar mandi. Beliau duduk diatas kasur, lalu mengusap wajahnya kasar.

Apa yang baru saja ia katakan?! Putra bungsunya itu baru saja pulang setelah 2 tahun pergi meninggalkan rumah. Lalu dengan lancangnya ia memulai hal yang ia sendiri hindari?

"Maafin mama ji" lirihnya

Jisung selsai dengan acara mandi paginya. Mengeringkan rambutnya cepat ia segera turun untuk sarapan? Atau makan siang? Ntahlah, jisung mengatakannya sebagai sarapan siang karna jam sudah menunjukkan jam 10.38 pagi.

"Ji, kamu mau ke flat?" Tanya mama

"Iya ma. Tugas ji semuanya disana, ji juga banyak tugas berat. Harus kerjain bareng-bareng. Susah kalo disini" jelas jisung

"Maafin mama ya" ucap mama

"Gapapa ma, jiji oke kok" ucap jisung

Ia melahap lagi nasi kedalam mulutnya. Sebenarnya kerongkongannya sangat sulit untuk menelan makanannya setelah sang mama meminta maaf padanya. Untuk apa mamanya meminta maaf? Hal itu bisa saja terjadi bukan?

"Ma, jiji pamit ya. Taxinya udah didepan" ucap jisung

"Ji, bawa ini ke flat ya. Ini asinan kepiting kesukaan kamu. Ini kimchi, letakin di kulkas paling atas ya. Yang ini daging teriyaki, makan bareng felix sama yang lain juga. Nah ini buahan, kamu taro di tempat buahan. Ini vitamin, sama ini suplemen kesehatan. Nah ini mama selipin obat-obatan. Kalo kamu sakit nanti. Jadi ga usah beli obat lagi"

Mama benar-benar menyiapkan banyak hal untuknya. Jisung mengangguk, memasukkan satu persatu box kedalam bagasi taxi. Ia memeluk sang mama sebelum berangkat dan mencium kedua pipi mamanya lalu berpamitan.

"Kamu cepet pulang lagi ya" ucap mama

Jisung hanya tersenyum sambil melambai kearah mamanya. Taxi yang ia tumpangi mulai bergerak. Ia menghela nafasnya berat lalu mengusap kasar wajahnya.

Pulang ya? Tapi kemana? Ia sendiri merasa tak memiliki rumah lagi. Katakanlah ia terlalu berlebihan. Dengan mendengar nama brian, jisung ingin meraung sekerasnya meminta semuanya berhenti mengucap namanya.

Berhenti menyalahkannya, berhenti mengatakan semua salahnya, berhenti mengatakan jika brian lebih baik darinya, berhenti cukup!

"Pak agak dipercepat ya" ucap jisung

Jisung menyandarkan dirinya, merasa lelah akan realita. Dalam sehari saja realita bisa menamparnya beratus kali. Jisung beruntung, masih bisa bertahan sampai hari ini.

💐💐💐💐💐💐

Esoknya jisung kembali ke kampusnya. Hari ini ia hanya memiliki 1 mata kuliah dipagi hari. Lalu bisa bersantai hingga siangnya. Jujur saja ia lelah. Setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini, ia jadi lebih cepat lelah.

"Jiii!!"

Jisung menoleh kebelangang, menatap seungmin yang berjalan kearahnya.

"Gimana kemarin?" Tanya jisung

"Seru sih, tapi kurang seru juga karna lo balik" ucap seungmin

"Btw, gimana rumah?" Tanya seungmin

"Udah banyak yang berubah ya selama gue ga balik. Dulu gaada taman, sekarang taman dimana-mana. Terus ada lapangan basket baru" jelas jisung

Mereka berjalan menuju kantin, jisung terus mengoceh apa saja yang berubah di komplek rumahnya. Seungmin bersyukur, jisung berbicara banyak hal meski ia baru pulang dari rumahnya.

"Min, lo mau ga temenin gue nyari kak lino nanti?" Tanya jisung

"Ngapain?" Tanya seungmin

"Ada yang mau gue omongin sama dia, tentang lia dan semuanya" ucap jisung

"Lo yakin ji?" Tanya seungmin

"Iya, gue udah yakinin diri gue. Gue siap denger semuanya" ucap jisung

Seungmin sebenarnya ingin menolak, namun melihat kegigihan jisung ia jadi sungkan untuk mengatakan tidak padanya. Itu keputusan jisung. Artinya ia sudah tau konsekuensinya nanti.

Disinilah mereka, fakultas teknik. Beberapa orang menatap mereka karna merasa baru melihat. Ada yang mulai menggoda ada pula yang tidak tertarik.

"Ji, yakin?" Tanya seungmin sekali lagi

"Iya min, yakin" ucap jisung

Matanya kembali mencari sosok lino diantara kerumunan orang. Maklum. Siang itu seluruh kelas baru selsai secara serentak.

"Ji, itu kak lino"

Jisung langsung menoleh kearah telunjuk seungmin. Lelaki yang ia cari ada disana. Bersama changbin.

"Gue degdegan" ucap jisung

"Ayo ji, semangat!"

Baru saja jisung melangkah mendekat, sosok lain sudah berdiri didepan lino. Lia. Ada disana. Mereka berbincang lalu lino merangkul gadis itu, setelahnya memeluk erat gadis itu didepan banyak orang.

"Ji" panggil seungmin

Seungmin menarik lengan jisung, membawa lelaki itu menjauh. Namun jisung sama sekali tak bergeming dari tempatnya.

"Min, gue ga salah liat kan?" Tanya jisung

"Plis ayo pergi" ucap seungmin

"Min, jawab" ucap jisung

Seungmin mengangguk ribut sambil terus menarik lelaki manis itu pergi dari sana. Mereka segera menjauh sebelum lino atau changbin menyadari keberadaan mereka.




TBC

Destiny [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang