Hari besar

817 138 14
                                    

Jisung duduk disamping papanya, menatap ke arah jalanan yang mulai sepi. Hanya suara radio yang terdengar disana setelah beberapa menit mereka mengendara. Membuat jisung muak dan ingin tidur dengan cepat.

"Anak muda zaman sekarang, kumpul-kumpul malah pergi minum"

Jisung menoleh pada papanya lalu kembali menatap jalanan.

"Abis minum pasti ngelakuin hal yang nggak-nggak. Makannya anak zaman sekarang banyak yang hamil diluar nikah"

"Ga semua gitu pa" jawab jisung

"Cih, kamu nyangkal aja. Kenapa kamu malah minum sama mereka? Kenapa ga belajar di flat kamu. Ngerasa pinter banget kamu?"

Jisung hanya diam, tak ingin menjawab apapun. Ia berharap mereka sampai dirumah dengan cepat.

55 menit mereka tempuh untuk sampai dirumah jisung. Sang mama menunggunya di ruang tamu. Memeluk putranya saat melihat jisung masuk kedalam rumah.

"Mama kangen kamu nak" ucapnya

"Jiji juga ma" jawab jisung

"Udah! Kamu sana tidur, besok bangun subuh" ucap sang papa tegas

"Pa, biarin jiji dulu sama mama. Mama kangen sama dia" ucap sang mama

Sang papa tak berucap lagi, memilih untuk pergi ke kamarnya. Jisung menatap mamanya. Ia rindu mamanya. Ia kembali memeluk mamanya erat.

"Jiji kangen mama" ucap jisung

"Kamu bau soju, habis minum ya?" Tanya mama

"Tadi lagi sama felix sama yang lain di villa. Main sambil ngobrol, jiji minum dikit" ucap jisung

Sang mama mengangguk, membawa putranya ke ruang keluarga untuk berbincang dengannya.

"Gimana kuliah kamu? Lancar? Kamu ga maksain diri kan?" Tanya mamanya

"Nggak kok ma, semuanya lancar kok" jawab jisung

"Bagus deh. Kamu mau makan malam? Mau mama bikinin apa?" Tanya mama

"Nggak ma, udah kenyang banget" ucap jisung

Mama menatap putra bungsunya lekat, mengusak rambut legam milik putranya lembut. Putra bungsunya yang jarang pulang setelah kejadian mengerikan itu. Kejadian yang membuat semuanya runyam kini.

🌃🌃🌃🌃🌃🌃

Jisung sudah berpakaian serba hitam hari itu. Bersama papa dan mamanya pergi menuju kuil. Mereka melakukan ritual peringatan 8 tahun kejadian kecelakaan brian. Putra sulung keluarga Han.

Jisung masih begitu ingat malam itu. Malam dimana sang papa menyumpah serapahinya. Memakinya didepan banyak orang. Suara teriakan, suara tangisan, suara sirine polisi, sirine ambulance. Semuanya menyatu.

Jisung benar-benar menginginkan stetoskop malam itu. Setelah mendengar dari guru Kim, ia mendapat nilai sempurna di pelajaran biologi ia dengan semangat meminta dibelikan stetoskop malam itu juga.

"Besok ji" ucap papanya

"Tapi papa janji malem ini!" Ucap jisung

"Pa, beliin aja. Jiji udah berusaha banget dapet nilai sempurna" ucap brian

"Ayo paa" ucap jisung

Papa menghela nafasnya. Mengiyakan permintaan putranya. Mereka bertiga pergi menuju tempat teman papa jisung. Membeli stetoskop untuk jisung. Lelaki manis itu benar-benar serius ingin menjadi dokter dimasa depan.

"Kalo udah gede, mau jadi dokter apa?" Tanya brian

"Kardiolog! Mau sembuhin kak brian" ucap jisung

"Beneran nih? Oke deh, kakak tunggu jiji jadi dokter kardiolog kakak ya" ucap brian

"Iya! Kak brian harus jadi pasien pertama jiji ya. Pokoknya harus!" Ucap jisung

Mereka bertiga tertawa keras mendengar impian putra bungsu keluarga Han. Brian mendadak mengerang keras. Jantungnya berulah. Jisung menatapnya panik dan mencoba memberikan CPR didalam mobil.

"Paa cepet pa!" Ucap jisung

Papa mengendarai mobilnya dengan cepat. Takut putra sulungnya tak sadarkan diri atau lebih parahnya kehilangan putranya. Naas, papa melanggar lampu merah hingga menabrak pengendara lain. Jisung memeluk sang kakak erat. Tak ingin kakaknya terhempas keras saat kecelakaan terjadi.

Sirine polisi dan sirine ambulance bersahutan, membawa jisung beserta kakaknya kerumah sakit terdekat untuk diberi pertolongan. Jisung menangis saat dipisahkan dengan brian. Ia ingin bersama kakaknya.

"Kalo aja kamu ga minta stetoskop... brian masih ada!" Teriak papanya

"Dasar anak goblok! Anak ga tau diri kamu! Anak pembangkang!!"

Didalam rumah sakit yang ramai, papanya menyumpahinya dengan banyak sumpah serapah. Menyalahkannya atas perginya kakak tercintanya. Brian di nyatakan meninggal setelah 3 menit diselamatkan dirumah sakit. Keadaan jantungnya sudah parah, mengakibatkan lelaki berumur 22 tahun itu pergi menghadap tuhan.

Jisung termenung didepan kuil. Ia benar-benar masih bisa mendengar betapa menyakitkannya suara papanya berkata keras didepannya. Suara keras kecelakaan itu. Dan suara tangisan mamanya malam itu.

"Ayo ji, kita pulang" ucap mama lembut

Jisung mengangguk, berjalan menuju mobil lalu mulai meninggalkan kawasan kuil.

Sebenarnya ia masih trauma. Duduk di kursi penumpang dibagian belakang. Tepat dibelakang papanya. Ia jadi mengingat semua kenangan buruk itu. Kenangan terakhirnya bersama kakak tercintanya. Sebelum papanya membencinya seperti sekarang.

"Seandainya waktu itu yang mati adalah kamu, papa ikhlas"

Jisung menutup erat matanya. Suara-suara itu kembali. Suara yang sudah hilang selama 2 tahun belakangan itu mendadak kembali.

"Pa, berhenti" lirih jisung

Mama langsung menatap putra bungsunya. Keadaan jisung benar-benar kacau. Keringat dingin di sekujur tubuhnya serta wajahnya yang pucat membuat mama segera meminta suaminya untuk menepikan mobil.

Jisung keluar dari mobil, terduduk di trotoar sambil terus mencoba bernafas. Mama ikut turun, mengusap punggung putranya sambil menyeka keringat dingin putranya.

"Mama pulang aja, udah deket. Jiji bisa jalan" ucap jisung

"Kamu kenapa?" Tanya mama

"Jiji gapapa ma, agak pusing" ucapnya

"Yaudah ayo masuk mobil lagi, kita kedokter sekarang"

Jisung menggeleng, menggenggam tangan mamanya lembut lalu meyakinkan mamanya ia baik-baik saja.

"Jiji butuh udara ma, gapapa. Mama duluan aja" ucap jisung

Mama akhirnya mengangguk, meninggalkan putranya disana sendirian. Jisung mulai bangkit dan berjalan sedikit demi sedikit. Ini jalan yang ia lalui dulu. Jalan yang dulunya ia sukai karna ini jalan pulangnya.

Tapi apa sekarang ia bisa mengatakan ini jalan pulangnya? Ia tak tau. Ia seperti kehilangan arah pulangnya. Rumah yang dulu jadi tempat untuknya pulang, kenapa menjadi tempat yang paling ia takuti untuk didatangi?






TBC

Destiny [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang